7

2.2K 80 3
                                    

Sebelum benar-benar keluar dari mobil, Sultan berusaha mencerna pikirannya dengan baik.

Setelah berhari-hari memikirkan tentang keputusannya untuk pasrah menikahi Soraya, ia akhirnya sampai pada keputusan finalnya, bersedia menikahi Soraya.

Ia tentu saja akan memberitahu Gisela tentang ini, namun tidak dalam waktu dekat, tapi secepatnya sebelum ia dan Soraya menikah. Ia juga harus memberitahu Soraya tentang hubungannya dengan Gisela yang sudah terjalin lama namun tidak kunjung mendapatkan restu orang tua.

Ia akhirnya keluar dari mobilnya dan segera menemui Soraya disebuah toko kue yang sudah Soraya janjikan.

Anehnya, Soraya justru mengalamatkannya untuk langsung datang ke bagian kantor, bukan toko kue yang dimaksud.

Apa dia kerja disini?

Begitu sampai di kantor yang dimaksud, ia langsung menemui resepsionis dan kemudian mengutarakan maksudnya untuk bertemu dengan Soraya.

Ia pun langsung diarahkan ke sebuah ruangan semi outdoor dengan pemandangan asri yang memanjakan mata.

"Boleh pesan dulu Pak, sambil menuggu Bu Soraya datang" ujar seorang karyawan dengan begitu sopan, menyerahkan buku menu padanya.

Bisa ia pastikan, Soraya memiliki jabatan penting di sini.

"Gausah, saya sudah sarapan juga. Nanti saja pesannya" Sultan menolak halus tawaran itu.

Setelah ditinggal pergi oleh karyawan tersebut, ia duduk dan melihat ke sekitarnya.

Gedung kantor berlantai tiga ini ternyata memiliki pemdangan yang indah. Jika saja karyawan yang bekerja disini merasa penat, mereka bisa melepas kepenatan hanya dengan melihat pemandangan indah ini disela-sela kesibukan mereka.

"Maaf aku baru dateng, tadi mobilku bermasalah ditengah jalan" ujar Soraya ketika baru saja sampai.

Gadis itu langsung duduk dihadapannya, menghadap tepat padanya.

Soraya bukan pilihan yang buruk, namun ia masih belum bisa menerima perjodohan ini semua secara dadakan.

Ia pun butuh waktu untuk benar-benar menerima takdir bahwa ia dan Soraya akan menikah.

Entah gadis dihadapannya ini sudah punya kekasih atau belum, ia pun tidak tahu.

"Jadi........" ujar Soraya menggantung sambil memajukan kursinya mendekat ke meja.

"Kita mulai darimana?" sambungnya, sambil menatap Sultan dan sedikit memiringkan kepala.

Sultan masih diam dan tidak bergeming.

"Alasan kamu nerima ini semua apa?" tanya Sultan dengan nada datar, sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Namun dengan ekspresi seriusnya.

Soraya sedikit mendelik.

"Aku tuh udah capek drama ini itu urusan cinta, makanya akhirnya pasrah aja sama usul nenekku, aku bilang kalo mau jodohin silahkan asal aku okay sama cowoknya" ujar Soraya dengan kesal mengingat kisah cintanya gagal semua.

"Gak ngerti kenapa dapet pacar gak ada yang beres" keluhnya lagi.

"Kamu sendiri?" tanya Soraya sambil menunjuk Sultan dengan dagunya.

"Orang tuaku gak setuju sama pacarku. Gak tau alesannya kenapa, padahal dia cantik, pintar, keluarga juga baik-baik dan dari segi status sosial pun kita setara. Tapi orang tuaku bersikeras gak setuju sama dia" ujar Sultan.

"Aku udah capek juga berdebat sama orang tua juga kakak adik aku soal ini. Akhirnya setelah mikir beberapa hari, aku akhirnya mutusin buat nikahin kamu. Aku bahkan belum cerita apapun ke pacarku" jawab Sultan.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang