Soraya mulai sibuk mengemasi barang-barangnya yang ada di dalam kamar.
Beberapa koper ia isi terlebih dahulu dengan barang-barang yang jarang dipakai, baru kemudian barang-barang maupun pakaian yang sering dipakai akan ia pindahkan ketika sudah mendekati hari pernikahannya.
"Buku-buku kamu itu, mau dipindahin juga?" tanya Mama sambil menunjuk mini library yang ia buat.
"Iya, tapi itu nanti dulu, ada beberapa buku yang masih aku baca" jawab Soraya sambil memasukkan beberapa pakaian formalnya ke dalam koper.
Mama hanya menatap putri sulungnya diambang pintu itu mengemas barang-barangnya.
Tidak menyangka putrinya ini akan menikah diusia yang cukup muda, dua puluh tiga tahun. Padahal dulu Mama yang paling menentang jika kedua putrinya menikah muda. Namun sekarang malah Mama merestui pernikahannya dengan pria yang bahkan baru Mama kenal beberapa bulan lalu.
"Barangmu banyak begini, apa Sultan gak marah?" tanya Mama melihat beberapa kardus yang sudha dilakban diatur sedemikian rupa oleh Soraya agar lebih mudah untuk diangkut.
"Ya namanya juga cewek Ma, pasti barangnya banyak. Kayak dia gak pernah ngeliat printlian barang pac... Mama atau kakak iparnya aja" jawab Soraya. Hampir saja ia keceplosan mengatakan pada Mama bahwa Sultan masih memiliki kekasih.
Siapa pun anggota keluarganya tidak boleh tahu jika Sultan masih menjalin kasih dengan pacarnya itu.
Mama hanya mengangguk dengan jawabannya, kemudian berlalu keluar dari kamarnya.
****
Sultan membereskan lemari pakaiannya untuk memberi ruang pada baju-baju Soraya.
Ia juga mulai menyortir
Harapannya membangun rumah tangga bersama Gisela pupus sudah. Padahal bayang-bayang indahnya membangun rumah tangga dengan Gisela sudah terbayang diotaknya. Namun ternyata takdir berkata lain.
Dengan harap-harpa cemas, Sultan terus memandangi ponselnya.
Sengaja hari ini ia mengosongkan jadwal untuk tidak belajar, ada satu hal penting yang hendak ia lakukan, dan pastinya ia tidak akan konsentrasi belajar jika melakukannya sambil belajar begini.
Barusan, ia mengirimkan pesan pada Gisela.
Ia ingin sekali bertemu dengan kekasihnya sebelum akhirnya Sultan nanti menikah dengan Soraya.
Oh tentu saja Soraya tidak mengetahui pertemuannya dengan Gisela.
Walau mungkin pertemuan mereka justru dapat menyakiti hati Gisela, namun ia ingin sekali menatap wajah kekasihnya itu.
Beberapa saat kemudian, ponselnya berdenting, tanda ada sebuah pesan masuk.
Ia buru-buru mengambil ponselnya dan membukanya.
Gisela
Mau ketemu dimana?
Sultan tidak ada habisnya berdecak lega ketika kekasihnya itu tidak bertanya macam-macam.
Bisa ia bayangkan bagaimana tertekannya Gisela ketika mereka akhirnya bertemu setelah kekasihnya itu memilih untuk break dari hubungan mereka.
"Calon istrimu itu gak marah kalo kita ketemuan begini?" tanya Gisela dengan nada sedikit jengah.
Sultan dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Tau kita ketemuan juga enggak kok" ujar Sultan.
"Kamu gimana kabarnya?" tanya Sultan membuka pembicaraan mereka.
"As you can see, aku baik-baik aja" jawab Gisela dengan nada datar.
Ia tahu kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja.
Mana ada yang bisa baik-baik saja begitu mengetahui kekasihnya akan menikah dengan perempuan lain?
"Aku gak tau kita masih bisa ketemu apa gak setelah ini. Aku harap sih kita masih bisa ketemu" ujar Sultan.
"Yang bener aja, kita masih ketemuan sedangkan kamu udah nikah. Mau dibilang apa sama orang-orang?" tanya Gisela dengan nada tidak terima.
"Aku ngerahasiain pernikahan aku sama Soraya" ujar Sultan.
Jawaban Sultan seketika mendapatkan perhatian dari Gisela.
"Ngerahasiain?" tanya Gisela tidak mengerti.
"Aku dan Soraya sepakat gak mau acara nikahan besar-besaran. Dia pun setuju-setuju aja, jadi cuman orang terdekat aja yang bakalan dateng, hampir bisa dipastiin cuman keluarga sama temen-temen deket aku aja yang dateng" ujar Sultan.
"Dengan begitu, kita masih bisa bebas. Aku juga gak mau go public sama Soraya. Gak penting banget" tambahnya lagi, dengan nada tidak suka, bahkan lebih terkesan jijik.
Gisela tidak mau langsung setuju dengan ucapan Sultan begitu saja.
"Kalo keluarga kamu tau gimana?" tanya Gisela dengan nada khawatir.
"Gak bakalan tau!" ujar Sultan berusaha membuat Gisela yakin.
Gisela terlihat menimbang-nimbang ucapan kekasihnya itu.
Tentu saja ia yang masih cinta setengah mati dengan Sultan ini tidak semudah itu mengakhiri hubungan mereka begitu saja.
"Kamu gak usah mikirin tentang Soraya, gak perlu dianggep dia mah" ujar Sultan. Terlihat dengan jelas jika Sultan sangat tidak mengharapkan kehadiran Soraya. Bisa dibilang, Soraya adalah orang yang paling Sultan benci ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkan keduanya.
"Okay kalo gitu, kita backstreet"
****
Soraya duduk ditengah-tengah berhadapan dengan empat orang teman dekat Sultan.
"Ini Baskara, dia ambil spesialis urologi. Emir, ambil spesialis ortopedi dan traumatologi. Fauzan, ambil spesialis bedah toraks dan kardiovaskular. Cynthia, ambil spesialis bedah plastik" ujar Sultan menunjuk satu per satu teman-temannya pada calon istirnya.
Keempat orang dengan tinggi yang kurang lebih sama ini duduk dihadapannya dengan ekspresi ramah.
"Hai Soraya!" ujar Fauzan ramah pada calon istri sahabatnya ini.
Soraya membalasnya dengan tersenyum ramah.
Persahabatan suaminya dengan keempat temannya mengingatkannya pada sesuatu.
"Kalian kalo aku liat-liat kok mirip Hospital Playlist ya" ujar Soraya menatap bergantian keempat teman dan suaminya.
"Beda kok. Kita berempat udah temenan dari SMA, dan diantara kita juga gak ada cinta segitiga. Gak ada yang macarin adik sahabatnya juga" ujar Sultan enteng.
Soraya hanya mengangguk mengerti saja mendengar penjelasan suaminya itu.
"Kalo Sultan bandel kasih tau kita aja ya, dengan sukarela kita gebukin anak ini" ujar Cynthia.
Seakan mengetahui situasi seperti apa yang akan dihadapi Sultan dan Soraya setelah menikah nanti, Cynthia benar-benar sukarela menghajar temannya ini jika benar Sultan membuat masalah.
"Iya cerita aja, gak usah sungkan" timpal Emir.
"Kalian juga mau lanjut kuliah spesialis kayak Sultan?" tanya Soraya.
Keempatnya mengangguk dengan kompak.
"Lu udah belajar belom buat ujian?" tanya Baskara tiba-tiba pada Sultan.
"Ya udahlah! Orang gue udah belajar dari sebelum resign dari rumah sakit" ujar Sultan.
"Eh maaf, aku ke toilet sebentar ya" Soraya berdiri sambil mengambil beberapa lembar tisu.
Setelah gadis itu berjalan agak jauh, tiba-tiba keempat temannya segera memberi pertayaan pada Sultan bertubi-tubi.
"Terus sama Gisel gimana?"
"Kalian beneran mau backstreet?"
"Kenapa gak lu putusin aja sih?"
"Dapet istri sebaik Soraya begini, terus lu mau diem-diem backstreet sama Gisel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceEntah apa alasan kedua orang tuanya tidak merestui hubungannya dengan Gisela, yang pasti mau tidak mau Sultan harus menurut untuk menikah dengan Soraya, wanita yang akan selalu ia anggap sebagai perusak masa depannya. Soraya yang sudah angkat tangan...