41

2.2K 81 0
                                    

"Aku deg-degan tapi" ujar Sultan ketika hendak menerima pengumuman kelulusan ujiannya kemarin.

"Udah ah! Buruan buka!" omel Soraya yang tidak sabar dengan hasil ujian suaminya itu. 

Sultan membuka laptop dan menyalakannya, ia segera membuka laman website kampusnya, masuk ke akunnya dan membuka kolom pengumuman kelulusan.

"Udah sini kalo kamu takut, aku aja yang buka!" Soraya menarik sedikit laptop suaminya, kemudian segera membukanya sendiri. Sultan memalingkan wajahnya dari layar laptopnya, dan tidak ingin melihat hasilnya.

"Alhamdulillah lulus" ujar Soraya sambil menepuk-nepuk pundak suaminya itu. 

Sultan segera menoleh ke layar laptopnya, dan kemudian melihat pengumuman tersebut.

Ia menghela napas super lega karena hasil kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil.

Impiannya sejak SMP untuk menjadi seorang dokter sudah ada di genggamannya.

"Selamat ya! You did it!" Soraya memeluk pundak Sultan dari belakang, memberikan ucapan selamat atas kerja keras suaminya selama ini.

"Kasih tau Mama sama Papa gih" sejurus kemudian, pelukan hangat tersebut dilepaskan oleh Soraya.

Kok udahan sih pelukannya ....

"Kamu mau kemana?" Sultan bertanya pada istrinya yang bergerak keluar dari kamar.

"Aku mau masak, baru inget udah jam setengah sebelas. Cuman masak nasi doang tadi pagi" sahut Soraya tanpa menoleh ke belakang. 

Sultan hanya duduk mematung  melihat istrinya keluar dari kamarnya. 

Ia kemudian membalikkan badannya, dan menatap layar laptop yang masih menyala, membaca sekali lagi pengumuman kelulusannya.

Ia tersenyum melihat hasil jerih payahnya selama ini membuahkan hasil. 

Semua jerih payah dan juga Soraya yang tetap berada di sisinya selama ini. 

Dengan semua sakit hati yang pernah ia buat, istrinya itu tetap berada di sisinya. Tidak meninggalkannya walau bisa saja Soraya lakukan kapan pun ia mau. 


****


"Akhirnya kita lulus semua ya" ujar Emir setelah menenggak minuman kaleng setelah berlari cukup jauh. 

"Iyah, lulus juga. Walau pun babak belur" Fauzan membenarkan ucapan temannya itu sambil mencoba mengatur napas. 

Sejak masuk sekolah spesialis, kelima sahabat ini belum pernah lagi berolah raga bersama. Biasanya hampir setiap akhir pekan mereka melakukan aktivitas ini bersama.

"Kita jadi praktek bareng guys!!!" pekik Baskara senang.

"Girang amat gue liat-liat lu" sahut Cynthia yang sama lelahnya dnegan keempat temannya.

"Beli kopi yuk!" pinta Sultan yang sudah kelaparan.

"Orang dimana-mana laper tuh makan Tan, bukan minum kopi" ujar Emir.

"Ya kan kita sekalian makan, beli roti kek. Makan mie ayam kek, nasi uduk kek" Sultan menyahut dengan nada tidak terima.

"Heh! Kalo kita abis lari begini ending nya makan mie ayam, apa guna nya pinter?!" omel Cynthia kesal, kemudian memukul lengan Sultan.

"Padahal yang paling pinter lu loh Tan, kenapa jadi bego begini sih" Baskara menggelengkan kepalanya. 

"Sultan kan gitu, kalo udah laper, otak sama mulut gak sinkron. Mau sekolah kedokteran ampe 10 tahun gak bakalan berfungsi kalo dia udah laper" ujar emir, yang sudah hapal dnegan tingkah temannya itu.

"Oh satu lagi!" Fauzan memekik, seakan-akan dia telah menemukan suatu penemuan jenius.

"Gak pas laper doang! Pas jatuh cinta juga sama!"


Kelima sahabat itu berakhir di sebuah coffee shop yang tidka jauh dari tempat mereka berolah raga. 

Maisng-masing memesan kopi dan makanan mereka. 

"Lu pada nanti wisuda siapa aja yang dateng?" tanya Fauzan pada yang lain.

"Gue, bokap nyokap sama adek gue. Ohh Oma gue juga mau dateng" jawab Emir.

"Nyokap, bokap aja sih" jawab Cynthia.

"Emak bapak gue, oh sama abang gue" jawab Baskara.

"Bokap, nyokap, Soraya" jawab Sultan.

"Lu sendiri?" tanya Cynthia balik pada Fauzan.

"Bokap, nyokap aja sih" sahut temannya itu.

"Cuman Sultan doang wisuda udah ada istri" Baskara mulai menggoda temannya itu. 

Sejak menemukan fakta tentang keluarganya, Sultan yang akhirnya memutus semua hubungan dan komunikasi dengan Gisela, jadi lebih pendiam dan selalu menyebut Soraya. Padahal dulu ia paling malam dengan istrinya sendiri. 

"Ngiri ya?" Sultan bertanya balik dengan ekspresi jahilnya.

"Seneng lu ya wisuda udah ada istri?" tembak Cynthia.

Walau Sultan pasti akan mengelak, namun ia tidak bisa mengelak dari tingkahnya jika ia sayang sekali dengan istri yang ia sia-siakan itu. 

"Ya siapa sih yang gak seneng wisuda bareng istri? Lu juga kalo wisuda ditemenin suami emang gak seneng?" tanya Sultan balik, berusaha menutupi perasaannya.

"Iya iyaaaa" Cynthia yang tidak mau berdebat menjawabnya, ia berpura-pura kalah di hadpaan temannya yang jelas-jelas sudah kalah.

"Soraya ngomong-ngomong apa kabar?" tanya Emir yang sudah lama, tidka mendengar kabar istir sahabatnya.

"Baik kok, ya dia sibuk smaa kerjaannya. Lagi bikin bisnis baru sama temennya juga" Sultan menjawab dengan santai.

"F&B lagi?" Fauzan bertanya sambil menyeruput kopinya.

Sultan mengangguk.

"Ntar gue bilanign deh, kalo mau opening kalian di undang" ujar Sultan.

"Yeay!!!" Emir dan Baskara memekik senang mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Urusan makan aja nom/' tanya er satu!"


**** 


"Aku besok gladi bersih di kampus, aku bawa mobil aja. Sekalian sama yang lain, kamu besok ke kantor aja?" tanya Sultan sambil membersihkan kacamatanya dengan ujung kaosnya.

"Aku ke kantor kayak biasa aja kok, kenapa emangnya?" Soraya bertanya balik, sambil menyiapkan pakaian kerjanya untuk besok pagi.

"Gapapa, nanya aja" sahut Sultan enteng. 

"Pulangnya kayak biasa?" tanya Sultan, dengan nada memastikan.

"Kalo gak ada yang urgent atau mendadak gitu, ya kayak biasa. Kenapa emangnya?" tanya Soraya lag.

"Makan malam yuk" ajak Sultan dengan nada sedikit merendah.

"Makan malem? Dimana?" tanya Soraya. 

"Ntar aku aja yang cari tempatnya. Kamu besok gausah bawa mobil ya, biar pulangnya bisa bareng, aku jemut dari kantor kamu nanti" dengan nada lembut, Sultan menawarkan untuk mengantar jemputnya besok ke kantor. 

Soraya hanya mengangguk sambil mencerna ucapan suaminya itu.

Kayaknya Sultan abis kejedot deh, kok jadi lembut begini 





It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang