38

2.3K 88 0
                                    

 "Ini sepupu kamu dari pihak apa apa Mama?" tanya Sultan yang nampak bingung ditengah-tengah acara pernikahan sepupu istrinya itu.

"Mama" jawab Soraya singkat. 

Ibu mertuanya sibuk menyeka air mata menyaksikan keponakan yag sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu melepas masa lajangnya. 

Sedangkan ayah mertua dan adik iparnya, sibuk merancang strategi akan menyantap makanan mana setelah akad nikah ini selesai. 

Melihat adik iparnya, Sultan teringat akan Soraya yang pernah bercerita tentang saudari kembarnya yang meninggal saat baru lahir. 

Wajah keluarga Soraya nampak asing namun tak asing baginya. Ia pernah beberapa kali bertemu dengan om, tante, dan beberapa sepupu istrinya itu. Namun tidak begitu banyak berinteraksi karena memang dirinya dulu tidak ingin terlalu dekat dengan Soraya maupun keluarganya.

Tapi kini semuanya berubah. Keluarga istrinya menerimanya dengan tangan terbuka, dan hati yang tulus. Ada rasa tidak enak jika meningat sikapnya dulu yang terkesan acuh ddan sombong. 

"Kamu laper gak?" tanya Soraya sambil menepuk pelan paha suaminya. 

Sultan mengangguk. 

"Yaudah yuk ayo kita ke meja buffet" ajak Soraya. 

Sultan pun berdiri setelah istrinya itu berdiri terlebih dahulu bersama adiknya. Meninggalkan kedua orang tua Soraya yang masih sibuk terharu biru dengan suasana akad nikah. 

Memasuki ruangan yang terpisah dengan sekat, Sultan melihat deretan makanan dnegan papan nama yang cukup familiar dengannya.

"Ini bukannya catering kamu?" tanya Sultan sambil sedikit menunduk, berbisik ke telinga kiri istrinya.

Soraya mengangguk enteng sambil memanggil salah satu petugas catering yang juga karyawannya.

"Ini semua udah siap? Stock di belakang masih aman?" tanya Soraya.

"Sudah siap semua Bu, semua stock juga sudah aman. Sudah diturunkan dari mobil" ujar karyawannya dengan mantap.

"Laper niih" keluh adik iparnya, sambil mengleus perutnya.

"Ntar! Belom waktunya dibuka ini makanan semua. Sabar aja dulu" ujar Soraya.

"Minuman  pun belom boleh juga?" tanya adiknya dengan tatapan tidak percaya. 

"Bawel! Kalo mau bisa makan dapet akses duluan, nikah dulu" ujar Soraya.

Sultan hanya bisa mengulum tawanya melihat kedua kakak beradik ini sedikit bertengkar. 

Beberapa saat kemud ian, petugas catering pun membuka menutup makanan atas arahan dari kru WO yang hari ini bertugas untuk mengatur berjalannya acara pernikahan.

"Minggir kalian semua! Gue udah laper!" ujar adik iparnya, yang kemudian segera menghambur ke arah meja buffet

Sultan yang tidak mengenal banyak orang, hanya Soraya yang dikenalnya. Jadi sekarang Sultan hanya bisa menempel kemana-mana bersama Soraya. 

"Kamu kenapa nempel mulu sih sama aku" ujar Soraya, ketika Sultan yang kemana-mana menempel terus dengannya. 

"Ya soalnya kenalnya sama kamu doang, jadinya ya nempelnya sama kamu" ujar Sultan.

"Emang gak kenal sama adik aku? Mama papa aku? Om Tante aku? Sepupu-sepupu aku?" tanya Soraya kemudian.

"Ya kenal, tapi kan gak akrab" jawab Sultan.

"Udah ah, aku mau ke buffet kambing guling" ujar Soraya yang gerah sendiri karena suaminya ini terus mengekorinya. 

Sultan pun memilih duduk di salah satu kursi di bagian keluarga pengantin yang kosong. Ia duduk di situ sambil menunggu Soraya yang pasti akan datang menghampirinya.

Ternyata tidak, Soraya bertemu dan terlihat sibuk menyapa beberapa kerabat yang hadir di pesat pernikahan ini.

"Soray akemana Tan?" tanya ayah mertuanya menepuk pundaknya.

Sultan sedikit terlonjak kaget, namun kembali santai ketika mengetahui yang menepuknya adalah mertuanya sendiri. 

Ayah mertuanya duduk di sebelahnya.

"Papa udah makan?" tanya Sultan, mencoba untuk mengakrabkan diri dengan mertuanya ini.

"Udah, udah kenyang banget Papa. Mama masih asyik aja ngantri pempek" tunjuk Papa dengan dagunya.

"Gimana hasil ujian kamu? Udah ada hasilnya?" tanya Papa lagi.

"Belum Pa, baru seminggu yang lalu ujiannya" jawab Sultan.

Papa hanya mengangguk-angguk mnegerti saja kemudian mengedarkan pandangannya ke ruangan yang mulai terasa sesak dengan banyaknya tamu undangan yang hadir. Semakin malam, pesta pernikahan berjalan semakin riuh.

Sultan teringat akan pesta pernikahannya dan Soraya yang di gelar super private. Hanya sedikit undangan yang di undang, selebihnya hanya keluarga. Ia bahkan bersikeras tidak ingin ada resepsi pernikahan, hanya makan malam bersama keluarga dan kerabat.

Tanpa memikirkan Soraya juga pasti seorang wanita yang memiliki pernikahan impian. 

Soraya juga apsti memiliki pernikahan impiannya sendiri. Dengan dekorasi idamannya, bunga-bunga kesukaannya, gaun pengantin impiannya. 

Ia beralih mencari keberadaan istrinya yang asyik bercengkrama dengan seorang kerabatnya. Wanita yang sudah lima tahun menemaninya dalam suka dan duka ini, tidak pernah mengungkit tentang pernikahan super simple mereka. 

Mungkin Soraya tidak ingin mengungkit hal tersebut karena sadar diri dengan posisinya saat itu. Sultan tidak menginginkannya apalagi pernikahan itu. Jadi Soraya memilih menurut saja dengan pernikahan simple itu. 


"Tumben belom tidur" ujar Soraya sambil menangkupkan ponselnya diatas meja nakas kamar hotel. 

Keduanya memutuskan untuk memesan kamar hotel, sekaligus menghabiskan akhir pekan bersama keluarga Soraya. 

"Ini udah mau tidur kok, nanggepin Emir dulu, cewek yang dia suka dilamar ama cowoknya" ujar Sultan yang sebenanrya tidak bisa menahan tawa ketika Emir yang sedang patah hati itu menceritakan kisah patah hatinya pada teman-temannya.

"Loh kok bisa? Emang Emir gak tau cewek itu punya pacar?" tanya Soraya yang seketika duduk mendekat ke samping suaminya di atas tempat tidur.

"Gak, gak pernah di kasih liat kayaknya, tau-tau dilamar soalnya" jawab Sultan yang kembali fokus dengan layar ponselnya, namun sadar jika istriya ini agak mendekat padanya. 

"Yaudah ah, aku mau tidur, rontok juga badanku seharian pake sepatu heels"' Soraya pun berbaring dan menarik selimutnya hingga sebatas dada. Mematikan lampus nakas dan terlelap.


****


Soraya menggeliat di atas tempat tidurnya. Matanya menangkap perlengkapan sholat yang tergeletak bernatakna di lantai setelah sholat subuh tadi. Mukena miliknya dan sarung milik Sultan yang berserakan di lantai.

Ia tersadar karena rasa hangat disekitar tubuhnya, padahal yang ia ingat semalam ia menyetel suhu pendingin ruangan agak dingin. 

Soraya menoleh ke kanan setelah menyadari ada hembusan napas yang menerpa tangannya.

Terkejut setengah mati karena Sultan yang selama ini menjaga jarak dengannya, tahu-tahu tertidur sambil memeluknya seakan ia adalah guling.

Mau gue sikut tapi dia lagi keenakan tidur 

Soraya hanya bisa menghela napas dan pelan-pelan menyingkirkan tangan Sultan kemudian bangun dan segera menuju kamar mandi.




It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang