19

1.7K 81 0
                                    

Tidak terasa, Soraya dan Sultan sudah setahun menikah.

Tentu saja suaminya ini tidak akan mengajaknya makan malam romantis, baik itu dirumah ataupun di restoran mahal.

Sultan mungkin lebih memilih menghadapi pasien di rumah sakit ketimbang makan malam romantis dengan istrinya sendiri.

"Happy anniversary suami!" ujar Soraya sambil menatap foto pernikahannya dengan Sultan yang terpajang disebuah bingkai foto yang ada di dinding.

Jika setahun lalu ia dan Sultan resmi menikah, setahun kemudian ia dan Sultan sibuk dengan urusannya masing-masing.

Soraya sibuk dengan usahanya sendiri dan perusahaan keluarganya, sedangkan Sultan sibuk dengan studi dan pasien-pasien yang ada di rumah sakit.

Bahkan pria itu nampaknya tidak akan pulang ke rumah karena tadi pagi ia mengabarkan bahwa malam ini akan ada operasi.

Soraya sudah terbiasa dengan hal itu.

Ia juga sudah mulai terbiasa dengan jawaban-jawaban bernada manis nan lembut setiap kali Sultan mengangkat panggilan dari Gisela. Walau harus Soraya akui, telinganya selalu panas ketika mendengarnya.

Sambil memegang gagang sapu, Soraya menatap foto pernikahannya itu.

Mungkin itu hanya menjadi satu-satunya foto berdua yang akan Soraya dan Sultan miliki selama mereka menikah.

Ada sih, satu dua foto yang Soraya ambil bersama suaminya. Namun, ya itupun tidak banyak.

Suara ketukan pintu membuat Soraya terperanjat dan segera menaruh sapunya.

"Raya, kamu di kamar gak?" sapanya ketika melihat ibu mertuanya itu.

Lita yang melihat menantunya itu langsung tersenyum dengan lembut.

"Kamu gak ke kantor?" tanya Lita sambil masuk ke dalam kamar.

"Gak Ma, aku wfh aja. Lagi mager ke kantor" ujar Soraya.

Lita melihat gagang sapu yang bersandar pada tembok dan kotorannya yang ada di lantai.

"Kamu lanjut nyapu aja gapapa, Mama duduk di sini" ujar Lita yang duduk di pinggir tempat tidur Soraya dan Sultan.

"Aku kemaren bikin keripik ini, coba dulu Ma" ujar Soraya menaruh satu toples keripik bawang di hadapan Lita.

"Aku lanjut beberes sebentar ya Ma" ujar Soraya.

Lita menjawabnya hanya dengan anggukan.

Dalam diamnya, Lita memperhatikan Soraya yang dengan cekatan membereskan kamar.

Ada rasa iba dalam harinya ketika melihat Soraya yang sibuk beberes itu.

Lita yakin seratus persen, putranya itu belum bisa mencintai Soraya.

Walaupun mungkin Sultan masih memikirkan Gisela sesekali, namun Lita tahu, tidak ada Soraya dihati Sultan.

Melihat Soraya yang begitu lapang dada menerima Sultan, dengan segala tingkahnya, Lita merasa bersalah sendiri karena sudah menyeret gadis tidak berdosa ini ke masalah keluarganya.

Lita paham betul, Soraya deserves someone better than her son.

Soraya berhak mendapatkan seorang suami yang jauh lebih baik dari Sultan yang tentu saja mencintainya dengan sepenuh hati.

"Mama mau makan siang apa? Aku belum ada rencana masak sih" ujar Soraya sambil mencuci tangannya ddan melangkah menuju kulkas.

"Terserah Nak kamu mau masak apa" ujar Lita.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang