52

2.3K 90 0
                                    

Sepertinya ini waktunya Sultan untuk pasrah.

Ia tidak akan pernah menceraikan Soraya, namun ia akan berpasrah dengan Soraya yang sepertinya masih belum bisa memaafkannya.

"Aku ada undangan pameran F&B di Singapura, tiga hari dua malam. Perginya minggu depan, boleh?" Soraya meminta izin pada suaminya itu.

Sultan mengangguk membolehkan. 

Melihat Soraya yang sibuk begini Sultan jadi terpikir, bagaimana jika keduanya nanti punya anak. Apa Soraya akan tetap sibuk begini dan meninggalkan anak di rumah? Atau mungkin mengurangi pekerjaannya?

Eh tunggu

Kenapa akhir-akhir ini yang ia pikirkan selalu tentang anak? Apa hati kecilnya memang ingin memberontak jika ia menginginkan seorang anak ..... segera?

"Raya" panggil Sultan dengan nada lembut.

Soraya menoleh dengan ekspresi datar.

"Kamu bisa gak kurangin kerja atau undangan di luar? Aku gak ngelarang kamu untuk gak boleh kerja, boleh aja. Tapi kalo misalkan di pelanin ritme kerjanya, bisa?" tanya Sultan.

"Kenapa emangnya?" Soraya menyahut dengan ekspresi bingung.

Sultan jadi tegang sendiri dengan pertanyaan Soraya.

"Gimana kalo kita punya anak aja?" tanya Sultan hati-hati.

Kedua bola mata Soraya seketika membulat begitu mendengar jawaban Sultan.

"Sejak kapan kamu mau punya anak sama aku?" tanya Soraya dengan ekspresi kaget dan heran yang tidak dapat ia sembunyikan.

"Gak tau sejak kapan. Pokoknya aku mau punya anak sama kamu" sahut Sultan sedikit tegas.

Soraya tercekat sendiri mendengarnya.

"Emangnya udah siap? Aku gak mauloh punya anak tapi kamu belum siap jadi orang tua" sahut Soraya.

"Ya udah siap dong, kamu sendiri emang udah siap?" balas Sultan.

"Udah siap dari kapan tau!" sahut Soraya sewot. 

Namun jawaban Soraya justru membawa 'petaka' bagi dirinya sendiri ternyata. 

"Nahkan! Kamu sendiri udah siap juga punya anak, yaudah ayo!" Sultan tahu-tahu menarik tangannya seakan akan mengajaknya pergi.

"Ih apaan sih!" Soraya mengelak dan segera melepas genggaman tangan suaminya.

"Kamu kemaren tiba-tiba jadi manja, sekarang tiba-tiba pengen punya anak. Abis ini tiba-tiba mau apaan lagi?" tanya Soraya kesal.

"Ngapain kita tunda kalo kamu mau, aku juga mau" Sultan malah makin menjadi.

Soraya semakin dibuat heran.

"Nanti kita ketuaan loh! Kamu bahaya kalo hamil diusia lanjut!" seru Sultan.

"Udah ah!" Soraya melangkah keluar dari kamarnya.

Sekarang yang ada dipikiran Sultan hanya satu.

Bagaimana caranya ia bisa membujuk Soraya agar istrinya itu juga cepat ingin memiliki momongan.


"Punya suami ajaib bener" Soraya yang tidak habis pikir dengan ucapan suaminya kemarin, masih misuh-misuh sendiri.

Bukan Soraya tidak mau punya anak. Ia bahkan sangat mengidamkan memiliki seorang anak dan menjadi ibu. Namun ia tidak ingin gegabah dan ingin memiliki anak dengan keadaan ia sudah bisa memaafkan suaminya.

"Kan gak lucu kalo misalkan Mama-Papanya ribut-ribut melulu" keluh Soraya sambil bekerja.

"Eh tapi kalo mau punya anak gue harus ......." Soraya bergidik ngeri karena baru menyadari apa yang harus ia lakukan dengan Sultan jika ia menginginkan seorang anak. 

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang