104

161 19 3
                                    

Kejadian itu sudah 2 hari yang lalu. Arlynx belum kembali juga. Kondisi Aira semakin memprihatinkan.

Mata yang basah oleh air mata, lingkaran yang menghitam di sekeliling matanya, bekas air yang mengering di pipi. Dan lagi, dia hanya melamun di dekat pintu depan menunggu Arlynx nya datang.

Hal itu tidak luput dari pandangan Sirius, dia meringis sedih melihatnya. Dia juga sedih, dia juga marah, tapi Aira butuh pendukung saat ini. Jika mereka berdua hancur, lalu bagaimana dengan Arlynx nantinya.

"Aira, ayo makan. Aku sudah menyiapkannya" Sirius sebagai kepala keluarga sekaligus suami harus bisa diandalkan di saat-saat begini.

Sirius menarik tangan Aira pelan, tapi Aira menarik lagi tangannya sambil menggeleng lemah.

"Aku tau kau khawatir, tapi setidaknya kau harus makan. Jika kau pingsan kelaparan saat Arlynx tiba, bagaimana?" Sirius khawatir, sangat malah.

Di satu sisi tentang keadaan anaknya, di sisi lain istrinya. Jika mau sepertinya sebentar lagi dia akan gila. Tapi tidak, dia akan dan harus kuat. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang-orang yang disayanginya.

Orang-orang yang disayangi?

Bagaimana dengan marauders?

Apa mereka baik-baik saja?

Apa mereka juga mengkhawatirkannya?

Hah! Hal yang sia-sia.

Mungkin..

Lupakan hal itu Sirius!

Sepertinya Aira berpikir hal yang dikatakan Sirius benar, dia perlahan berdiri. Sirius yang melihat hal itu memegangi lengannya agar dia berdiri dengan perlahan.

Brak!

Pintu depan yang terbuka lebar mengalihkan atensi kedua orang itu. Terlihat cahaya yang terhalang siluet hitam besar membuat mereka berdua menyipitkan kedua matanya.

Saat penglihatan mereka berangsur normal, mereka melihat Mad-eye menghalangi pintu sambil menatap mereka.

"Mad-eye?" Sirius menatapnya, lalu seakan teringat dia membelalakan matanya.

"Dimana putraku?!" dia nyaris berteriak, untungnya dia sadar Aira ada di sampingnya.

Sirius melirik Aira yang ternyata sedang melihat ke arah belakang Mad-eye.

"Arlynx" Aira bergumam, membuat Sirius menoleh padanya lalu melihat ke arah belakang Mad-eye.

Setelah itu Prof. McGonagall berjalan menghampiri keduanya dengan Arlynx di gendongannya. Aira buru-buru merebut Arlynx yang hanya diam dengan tatapan kosong ke dalam pelukannya.

"Tak apa, tak apa Arlynx, ibu disini, ibu disini nak" Aira bergumam dengan kedua tangan yang memeluk erat Arlynx.

Sirius berjalan mendekat berniat bergabung. Tapi gerakanya terhenti ketika dia melihat huruf-huruf acak yang tercetak di lengan Arlynx.

Sirius lalu mengambil Arlynx dengan perlahan. Dia memperhatikan penampilan putranya, mulai dari surai nya yang menjuntai hampir masuk ke mata, netra abu-abu pucat yang biasanya bersinar kini kosong seolah hidup tanpa harapan, pipi tembam yang menjadi tirus, lalu terakhir huruf acak yang ternyata tercetak dari leher hingga ujung kaki nya.

"Apa.. yang kalian lakukan pada putraku?" wajah Sirius mengeras tanda menahan marah.

Aira yang masih khawatir mengambil Arlynx dari tangan Sirius dan kembali mendekap erat.

Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang