132

128 22 4
                                    

"Haish berandal itu" Sirius kembali duduk dengan menghela nafasnya kasar setelah tadi bangun dari duduknya untuk mengejar Arlynx.

"Biarkan saja, aku liat tadi memang banyak undangan menumpuk di meja tempat duduknya" Remus menenangkan Sirius.

"Tempat duduk mana?" Sirius memberikan tatapan bingung pada temannya.

"Di tempat rapat, sepertinya dia sudah melihatnya" Remus mengangkat kedua bahunya.

"Hahh.. Lupakan saja, masalah memang harus dihilangkan, tapi oleh orang-orang itu sendiri. Berandal itu mungkin mengira aku ikut campur masalah asmaranya" Sirius menatap meja di hadapannya.

"Tapi yang perlu kalian tau terutama Bella" Sirius menatap Bella dengan serius membuat orang-orang bahkan Molly yang ada di sana menatapnya.

"Tatapan Arlynx padamu itu bukan tatapan orang melihat mantan kekasihnya. Tatapan itu, aku selalu melihatnya pada istriku" tatapan Sirius kini tampak menerawang kenangan-kenangan indah yang tersisa.

"Tatapan penuh kasih sayang, yang selalu aku rindukan haha" Sirius menutup matanya dengan senyum tipis, membayangkan wajah istrinya yang sedang tersenyum padanya.

"Segala sesuatu yang ada di tubuh Arlynx.. Sangat mirip Aira" ucapan Sirius membuat Molly dan Remus menatap pria itu sendu.

"Yah kecuali sifatnya, aku tidak tau itu mirip siapa" Sirius mengangkat kedua bahunya.

"Dia terlalu pintar untuk bilang mirip Aira dan terlalu tenang untuk dikatakan mirip kau Padfoot" Remus menatap Sirius dengan mata yang memincing menilai.

"Yah, terima kasih untuk tanggapannya Moony, kupikir aku bicara sendiri tadi" kata-kata Sirius membuat mereka yang ada di sana berdehem.

Arabella nampak terdiam memikirkan ucapan Sirius.

'Apa maksudnya Arlynx mirip ibunya?'

'Apa ibunya juga bermain lelaki? Atau laki-laki tergila-gila padanya seperti kebanyakan gadis-gadis di Hogwarts pada Arlynx?'

"Tapi apa itu benar?" Bill bertanya pada Ron di sebelahnya membuat orang-orang memperhatikannya.

"Tentang apa?" Ron bertanya ke intinya.

"Fleur dan Arlynx sepasang kekasih?" Bill bertanya dengan raut serius.

"Yah tadinya, aku pikir juga mereka masih menjadi kekasih tadi tapi aku juga berpikir gadis mana yang mau dengan mantan tahanan Azkaban kan? Haha" ron mengakhiri kata-katanya dengan tawa canggung sebab Sirius, Hermione, Molly, dan Arabella menatapnya tajam.

"Ekhem, pokoknya dia bilang sendiri kan tadi sudah putus mungkin pertemuan hari ini tidak disengaja"

"Ya memang, ekspresi Arlynx sangat terkejut tadi" Bill mengapit dagunya dengan dua jari mengingat-ingat kejadian di Gringotts tadi.

"Anak itu, bagaimana bisa menjadi kekasih orang setelah satu hari putus?" Sirius menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Mereka cukup mesra, bahkan di depan umum. Cukup mengganggu sebenarnya" Jessica menambahkan.

"Ya kau benar, tapi aku merasa puas setelah Hermione menamparnya. Itu benar-benar pukulan yang bag-ekhem" Ron menghentikan kata-katanya begitu melihat tatapan Sirius.

"Hermione manamparnya?" Remus menatap Hermione dengan tatapan antusias.

"Well, itu karna aku terlalu marah" Hermione meremas kedua tangannya dan melihat Sirius takut-takut, khawatir dia akan memarahinya.

"Hah! Anak itu memang pantas! Lalu, apa dia sadar?" Sirius terkekeh dengan melipat kedua tangannya.

"Yah... Dia sempat meminta maaf padaku, dia juga bilang terima kasih"

Kata-kata terakhir Hermione membuat Sirius dan Remus menatapnya dengan pandangan tidak percaya.

"Syukurlah kalau begitu, entah dari siapa sifat playboy itu" Sirius menghela nafasnya lega.

"Jelas sekali itu menurun darimu" Remus menatap temannya dengan mata memincing.

"Hah?! Itu bukan aku!" Sirius menggebrak meja tidak terima.

"Aku hanya menggoda mereka! Tidak sampai menjadi kekasih mereka!" Sirius menambahkan membuat orang-orang di sana menghela nafasnya lelah.

"See? No father no son" Remus melihat Sirius dengan tatapan miris.














o0o













Keluar kamar dengan pakaian rapi, aku turun hendak memakai perapian menuju tempat pertemuan malam ini. Maksudku pertemuan para pureblood.

Saat aku ingin melangkah masuk, aku melihat dari ujung mataku jubah putih yang mengkilap.

"Arlynx" dia memanggil dengan suara khasnya.

Aku menoleh dan melihat pak tua itu berdiri di ujung lorong hampir masuk aula.

"Prof. Dumbledore" aku sedikit membungkuk menghormatinya.

"Kau menghindariku nak?" dia bertanya dengan wajah tenangnya, tapi kupikir matanya ada guratan sendu.

"Tidak prof. Mana mungkin, malah aku mencarimu" aku dengan nada geli menjawab membuat pak tua itu kebingungan, mungkin bertanya mengapa aku mencarinya?

Aku berjalan mendekat hingga kami berdiri berhadapan.

"Tahun lalu, aku sudah bekerja keras bukan? Kekuatan Silva, panitia, Azkaban. Kau tidak lupa, bukan?"

Seakan mengerti, Dumbledore berpikir sambil mengelus jenggotnya yang panjang lalu mengangguk-angguk.

"Bayaranmu ya?" dia bertanya dengan tangan yang masih mengelus jenggotnya.

"Benar" aku mengangguk.

"Berapa totalnya?"

"Sebelumnya aku bilang bukan? 1 jam 50 galleon, dan kau memperkejakan aku 24 jam totalnya 1.200 galleon, lalu sebagai panitia ada-"

"Baiklah baiklah, aku akan mengitung sendiri mengenai tugasmu sebagai panitia. Kau yang mau sendiri kan? Jadi mengenai upahmu bagian panitia juga mau ku sendiri"

Aku melihatnya dengan menaikan satu alisku.

"Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu" aku mengangguk singkat lalu berjalan menuju perapian.










Voment



Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang