139

117 20 2
                                    

"Apa yang sedang dia kejar selain para pengikut?" Pottah bertanya dengan cepat.

Dia mengira melihat ayah dan Moony saling berpandangan sekilas sebelum ayah menjawab.

"Benda yang hanya bisa dia peroleh secara sembunyi-sembunyi."

"Seperti sebuah senjata. Sesuatu yang tidak dimilikinya dulu." lanjut ayah.

"Sewaktu dia berkuasa dulu?" Pottah bertanya dengan wajah bingung.

"Ya."

"Seperti sejenis senjata?" kata Pottah.

"Sesuatu yang lebih buruk dari Avada Kedavra --?"

"Sudah cukup!"

Mrs Weasley berbicara melalui bayangan di samping pintu.

Lengannya bersilang dan dia tampak marah besar.

"Aku mau kalian ke tempat tidur sekarang. Kalian semua," dia menambahkan sambil melihat berkeliling kepada Fred, George, Ron dan Hermione.

"Ibu tidak bisa menyuruh-nyuruh kami --" Fred mulai.

"Lihat saja," gertak Mrs Weasley. Dia sedikit gemetaran ketika dia memandang ayah.

"Kau telah memberi Harry banyak informasi. Lebih banyak lagi dan kau sekalian saja langsung memasukkannya ke dalam Order."

"Kenapa tidak?" kata Pottah dengan cepat.

"Aku akan bergabung, aku ingin bergabung, aku mau bertarung."

"Tidak."

Bukan Mrs Weasley yang berkata kali ini, tetapi Moony.

"Order hanya terdiri atas penyihir-penyihir yang sudah cukup umur," katanya.

Lalu apa arti keberadaanku selama ini? Mereka menganggap aku orang dewasa ya?

Yah terserah saja.

"Penyihir-penyihir yang telah meninggalkan sekolah," dia menambahkan, ketika Fred dan George membuka mulut mereka.

"Tapi Arlynx-"

"Sejujurnya... Ini cukup sulit juga untukku. Menggunakan keterampilan bawaan keluarga ibuku sambil bersembunyi dari para bajingan dan bedebah yang mengincar, itu cukup mendebarkan. Apalagi saat kau terbang lalu bersembunyi di balik gedung-gedung dan sudah merasa aman tapi saat kau membalikan tubuh ada tongkat dengan mantra warna hijau yang menuju tubuhmu dengan cepat-" kata-kata bersemangat yang kuucapkan harus dipotong Moony karna mungkin sudah terlalu berlebihan.

"Ada bahaya-bahaya yang dilibatkan yang tidak akan pernah kalian pikirkan, satupun dari kalian ... kukira Molly benar, Sirius. Kita telah berkata cukup."

Ayah setengah mengangkat bahu tetapi tidak berdebat.

Mrs Weasley memberi isyarat dengan memerintah kepada anak-anaknya dan Hermione. Satu per satu dari mereka berdiri dan Pottah, mengenali kekalahannya, mengikuti mereka.

Mrs Weasley mengikuti mereka ke atas sambil terlihat muram.

Saat ini tersisa aku, ayah, Moony, Billy dan Weasley senior. Aku memulai pembicaraan dengan ayah.

"Dia wanita yang gigih" menatap ayah sambil meminum teh.

Ayah menatap ku balik tapi tidak menjawab.

"Kupikir kau akan bertukar mantra dengannya tadi ayah, huh~ kecewa deh tak ada tontonan menarik"

Dari ujung mata aku lihat mata kiri ayah berkedut.

"Anak ini," dia mendekat padaku lalu mengapit kepalaku diantara lengan dan tubuhnya.

"Kau sudah bisa bercanda di tengah-tengah situasi ini ya" aku memberontak berusaha keluar dari apitannya.

"Agh! Lepaskan aku! Ketiakmu bau!"

"Anak ini!" ayah yang kesal menjitak keningku lalu melepaskan apitannya dan kembali duduk setelah mendengus kesal.

"Lalu apa rencanamu ke depannya? Lynx, tidak mungkin kau hanya akan berdiam diri mengikuti perintah Dumbledore kan?" Moony bertanya setelah melihat momen ayah-anak tadi selesai.

"Kau berkata seolah aku tidak menyukai pak tua itu saja" aku mengangkat satu alisku menatap Moony.

"Bukankah memang seharusnya kau membenci Dumbledore?" Weasley senior menatapku penuh selidik.

Aku memutar mataku malas.

"Jika aku membencinya bukankah seharusnya aku tidak di sini?" aku menopang dagu dengan tatapan malas.

"Mereka takut kau mengkhianati order" Billy ikut pembicaraan.

"Heh, mereka siapa yang kau maksud Billy? Kau juga termasuk di dalamnya kah?" aku mengangkat kepala lalu menyeringai padanya.

"Tidak! Bukan begitu!" kedua tangan Billy yang di atas meja mengepal.

"Ya ya aku mengerti" aku melambaikan-lambaikan tangan tidak peduli sambil melanjutkan meminum teh.

Aku menyimpan cangkir teh dengan pelan lalu melipat kedua tanganku di atas meja.

"Untuk saat ini, aku akan mengikuti rencana Dumbledore. Tetapi aku tidak tau sampai kapan, kementrian mungkin akan menyimpan salah satu orangnya di Hogwarts dan saat itu aku tidak tau apa yang akan terjadi. Mereka pasti akan melakukan apa saja agar Hogwarts ada di genggamannya" aku berkata serius dengan alis yang mengernyit.

Ayah, Moony, Billy, dan Weasley senior ikut terdiam dan berpikir dengan kata-kata yang kukeluarkan. Mungkin khawatir dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Aku juga menyayangkan pernikahan Moony yang seharusnya bisa dilakukan tahun ini menjadi ditunda. Semoga saat pernikahan itu terjadi, tidak ada halangan baik dari para bajingan (death-eater) atau pun para bedebah (kementrian).

Saat ini aku berjalan beriringan dengan ayah keluar dari dapur.

"Ayah, si wormtail itu, dia yang sebenarnya membantai manusia saat itu kan?" ayah menoleh padaku yang tetap memperhatikan jalan.

Beberapa saat kemudian dia menghentikan itu menatap ke depan lalu menunduk melihat ujung sepatunya.

"Aku.. Pasti akan membuktikan bahwa kau tidak bersalah ayah." ayah kembali menoleh.

Aku menghentikan langkahku yang juga diikuti ayah.

"Karna itulah, sampai saat itu kumohon tunggulah aku di dalam rumah ini" aku menatap ayah dengan mata yakin penuh ambisi membuat ayah tersentak.

Setelah itu, badannya bergetar, menggigit bibir bawahnya yang ikut bergetar. Air mata perlahan turun tanpa ayah perintah.

Perlahan-lahan dia memasukkan aku kedalam pelukannya. Diiringi isakannya, ayah terus berterima kasih dan meminta maaf.

"Terima masih.. Terima kasih Arlynx.. Maafkan aku.. Maaf meninggalkanmu.. Maaf sudah menjadi ayah yang kurang.."

Air yang membasahi bahu kananku terus bertambah. Tubuhnya masih terus bergetar. Aku mengangkat kedua tanganku membalas pelukannya sambil menepuk-nepuk punggungnya berharap bisa sedikit meringankannya.

"Walau begitu.. Kau tetaplah ayahku"
















Voment

Voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang