107

158 20 3
                                    



______________

Sirius tenggelam dalam kesedihan, dan selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Aira.

Andai saja saat itu dia menemaninya, andai saja saat itu dia melarangnya, andai saja..

Sayangnya hanya kata ‘andai’ yang terus berputar di pikirannya.

Sirius menghela nafas sambil mengusap kasar wajahnya.

"Sayang, aku merindukanmu.

Aku rindu suaramu,

Aku rindu tawamu,

Aku rindu tatapanmu,

Aku rindu semua hal tentangmu,

Tidak bisakah sekali saja kau temui aku?" dia berbisik pada dirinya sendiri.


Hari itu, Sirius merasa pengap di kamarnya. Dia memutuskan keluar dan berjalan-jalan di waktu senja.

Lama berjalan tanpa arah tujuan. Dia berhenti dan memandangi cafe favorit istrinya dari sebrang jalan dengan mata kosong dan kantung matanya yang gelap tanda dia tak cukup istirahat.

'Aku tidak kuat'

'Aku tidak bisa hidup tanpamu'

'Biarkan aku menyusulmu'

Tanpa di duga, kaki nya mengikuti pikirannya. Berjalan menuju jalanan penuh kendaraan yang melaju kencang.

"Father!"

"Hah!"

Teriakan anak laki-laki di belakang membuatnya tersadar dia berdiri di ujung trotoar.

Dia berbalik melihat anak laki-laki itu memeluk ayahnya dan mereka tertawa bahagia.

Dia membelalakan matanya yang sekarang memiliki binar kehidupan.

'Benar Arlynx!'

'Aku masih memiliki dia!'

'Berapa hari aku meninggalkannya?!'

'Apa dia sudah makan?'

'Apa dia sudah tidur?'

Sambil memikirkan hal itu, Sirius berlari menuju rumah nya kembali.

Begitu kalang kabutnya hingga tidak terpikir bisa memakai transportasi umum muggle atau apparate.

Nafas yang terengah-engah, keringat yang bercucuran bahkan pakaian yang basah oleh keringat tak dia pedulikan.

'Bodohnya kau Sirius!'

'Arlynx, kuharap kau baik-baik saja nak!'

Sirius sampai di rumahnya, dia berlarian mencari kesana kemari putra satu-satunya.

"Arlynx!"

Sambil meneriakan nama anaknya dia terus berputar, tidak peduli tempat itu sudah dia periksa sebelumnya.

"Ada apa Arlynx? Apa makanannya tidak sesuai seleramu?" sambil mengelus surai hitam itu dengan lembut dia bertanya.

"Tidak nenek, aku hanya mengkhawatirkan kondisi ayah"

Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang