126

123 15 3
                                    

Sebuah percikan asap keluar dari perapian aula grimmauld place no. 12 membuat para anggota orde panik.

"Sirius mundur! Jangan sampai terlihat!" Alastor Moody sebagai orang yang berpengalaman memberi arahan.

"Bentuk lingkaran! Acungkan tongkat kalian! Waspada!" Moody terus memperingati orang-orangnya.

Sesaat kemudian muncul api hijau di depan mereka membuat waswas dan gemetaran.

Mereka menajamkan mata untuk melihat siapa yang datang dan bagaimana dia tau, begitu banyak pertanyaan di kepala mereka.

Tetapi begitu api hijau itu hilang dan tergantikan dengan sesosok pemuda berpakaian hitam-hitam, mata abu-abu tajam yang menatap mereka datar lalu surainya yang hitam berkilau di temaramnya lampu terlihat lembut mereka menghela nafas lega.

"Dimana ayahku?"

"Apa? Siapa yang datang?" kecuali satu orang.

"Sirius!" sontak mereka berteriak secara kompak.

Lihatlah betapa bodohnya mereka, bukannya mereka tau jika di atas perapian aula itu terdapat lukisan ne-

Tirai-tirai beludru lapuk terbuka memperlihatkan lukisan-lukisan bergerak. Kini lukisan di atas kepalaku berteriak nyaring meraung-raung hingga menyebabkan lukisan lain ikut menjerit memekakan telinga.

"KOTORAN! SAMPAH! HASIL SAMPINGAN DEBU DAN KEJELEKAN! KETURUNAN CAMPURAN, MUTAN,
ORANG ANEH, PERGI DARI TEMPAT INI! BERANI-BERANINYA KALIAN MENGOTORI RUMAH LELUHURKU!"

itu maksudku.

Aku menghela nafas. Melihat mereka yang panik menarik tirai untuk menutup lukisan bergerak nenek membuatku berjalan hingga tubuhku terlihat di mata nenek.

Maksudku lukisan bergerak nenek. Seorang wanita yang tetap cantik walau termakan usia dengan topi hitam yang menutup sebagian rambutnya.

"Nenek tenanglah" suaraku yang semakin memberat sepertinya menghentikan pergerakan mereka, mau itu para orde ataupun lukisan nenek.

"Arlynx cucuku" nenek mengeluarkan suara sedihnya ditambah apa-apaan sapu tangan itu?

Nenek menghapus air mata yang kukira tak ada. Dia terisak membuatku merasa bersalah.

"Iya tenanglah aku di sini beristirahatlah" suaraku mengalun tenang membuat para lukisan itu terlelap.

Melihat itu aku menutup tirai di hadapan mereka dengan pelan menggunakan sihirku.

Aku menghela nafas lelah. Lalu berbalik menghadap mereka yang kini berdiri di belakangku.

"A-Arlynx putraku, hei kau sudah bebas haha" ayah menyapaku dengan canggung di belakang mereka.

Aku menatapnya malas membuat dia semakin canggung dengan cengiran itu.

"Kupikir kita perlu bicara"








Duduk berdua di tempat mereka menggadakan rapat, dengan ayah duduk di kursi kepala keluarga dan aku duduk di sebrangnya dengan menyilangkan kaki.

Singkatnya kami duduk berjauhan.

Hening.

Hanya ada suara aku yang meminum teh lalu suara aku meletakan kembali gelas teh ke tatakan piring.

"Jelaskan padaku" aku menatapnya dengan wajah datar dan kedua tangan dilipat di depan dada.

Sepertinya dia sulit menjelaskannya, keringat dingin bermunculan di pelipisnya ditambah kedua tangannya yang saling memilin itu.

" A-aku menawarkannya kepada Dumbledore untuk dijadikan Markas Besar" aku membiarkan dia terus bicara.

"Kira-kira itu satu-satunya hal berguna yang dapat
kulakukan." dia menundukan kepala dengan ekspresi sedih seperti anak kecil yang melakukan kesalahan.

Aku menaikan satu alisku. Menaikan kedua tanganku ke meja, aku menopang dagu dengan tangan kiri sementara jari telunjuk kananku mengetuk-ngetuk permukaan meja.

Baiklah, lagipula orang-orang yang punya prasangka buruk pada kita bertiga dulu sudah mati. Yah kecuali beberapa orang yang terlibat pemasangan mantra di tubuhku.

"Baiklah" kata-kata yang keluar dari mulutku membuat ayah menegakan kepala dengan ekspresi terkejut.

"Apa?" sejujurnya aku malas mengulang perkataanku.

"Baiklah, tak apa. Asalkan jangan berisik saat di aula, pasti kalian tau kan aturan itu?" aku melirik pintu di belakang ayahku.

Sepertinya mereka yang menguping terkejut, mereka pergi dengan terburu-buru hingga terjatuh dan sekarang para lukisan itu mulai berisik lagi.

Hahh..




















Voment



Voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang