115

107 18 9
                                    



_________

Arlynx, 2 tahun.




"Menyebalkan, si elf itu selalu meninggalkanku!" Arlynx menggerutu sambil berjalan menyusuri hutan kawasan elf.

Genzy meninggalkannya dengan alasan membuatnya mandiri.

'Memangnya aku kurang mandiri apalagi?!' Arlynx mendengus.

Tapi gerutuan Arlynx harus berhenti sampai disitu. Suara gemerisik dari semak-semak tidak jauh darinya sedikit mengganggu.

Arlynx berhenti dan memperhatikan semak itu.

Diiringi dengan suara, semak-semak itu bergerak-gerak.

Arlynx berjalan kembali berniat mengabaikan.

"Meow!"

Dengan suara itu, seketika Arlynx berbalik berniat menghampiri.

Semakin dekat semakin terdengar suara kucing itu.

Saat sampai, Arlynx ragu menyibak semak itu. Tapi suara kucing itu terdengar kesakitan. Mau tidak mau Arlynx telusuri.

Saat semak itu terbuka, terlihat anak kucing yang tersangkut. Tubuhnya berdarah karna duri-duri tajam.

Arlynx merasa prihatin. Dengan pelan dia mengambil anak kucing itu.

"Mengapa kau sendirian?" Arlynx bertanya dengan berbisik.

Seolah menjawab anak kucing itu mengeong. Arlynx melihat sekitarnya, tak ada keberadaan kucing lain di sekitarnya.

Arlynx juga sudah melacaknya dengan mana yang sudah dia pelajari dengan Genzy.

Tapi itu tidak penting. Sekarang dia harus mengobati kucing itu dulu.

Arlynx duduk menempatkan kucing itu di pangkuannya, lalu mengambil alas dari tas selempang dengan sihir eksistensi tidak terdeteksi di bahunya.

Arlynx meletakan kucing yang semakin kesakitan itu di atas alas. Lalu tangannya kembali masuk ke dalam tas dan keluar dengan tongkat sihir 10 inch pemberian Merlin.

Arlynx mengayunkan tongkatnya. Berangsur-angsur luka kucing itu menutup, darah di sekitar luka juga kembali masuk ke tubuh kucing itu.

Nafas yang terengah-engah berubah menjadi nafas yang teratur. Kucing itu tertidur setelah Arlynx obati, sepertinya kelelahan.

Melihat itu Arlynx mendekap kucing itu, lalu berjalan menuju rumah Merlin.










"Kau menemukannya tersangkut?" suara Merlin yang membawa ketenangan keluar untuk bertanya.

"Ya" Arlynx yang ditanya menjawab sambil mengangguk.

"Kau hebat Arlynx, terlebih kau juga mengobatinya dengan mantra yang ku ajarkan ya" Merlin tersenyum bangga lalu mengelus surai Arlynx lembut.

Sementara Genzy hanya memperhatikan dari jauh interaksi kakek-cucu itu.

"Memang kucing juga ada disini ya kakek?" Arlynx mengeluarkan hal yang daritadi dia pendam.

"Kucing! Ya itu memang mirip kucing duniamu. Tapi Arlynx, makhluk yang kau tolong itu half beast" Genzy berjalan menghampiri Arlynx dan menyentuh bahu Arlynx.

"Half beast? Bukannya mereka hidup bersama monster?" Arlynx bertanya dengan wajah polos membuat Merlin dan Genzy menahan diri untuk tidak mencubit pipi gembulnya.

"Memang, tapi mereka juga sering migrasi" Genzy menutup matanya sebentar guna menahan godaan itu.

"Begitukah" Arlynx terdiam dengan wajah berpikir.

"Sepertinya pelajaranmu dengan Genzy belum banyak ya, sayang sekali" Merlin yang sudah menenangkan diri menyeringai mengejek.

"Hah?!" muncul perempatan di dahi Genzy dengan tangan kanan yang terkepal ke depan wajahnya.

Genzy yang berancang-ancang menghajar Merlin dihentikan dengan suara kucing yang mengeong.

"Oh sudah bangun" Arlynx menghiraukan perdebatan kedua orang tua itu 'sudah biasa'-pikirnya dan menghampiri kucing yang dia tolong tadi.

Melihat Arlynx yang menghampiri sumber suara, kedua orang tua yang nyaris saling melempar jurus itu berjalan mengikutinya.

Tanpa di duga pemandangan yang pertama kali mereka lihat adalah Arlynx yang berdiri tegak namun wajahnya penuh kebingungan.

Di depannya anak kucing itu menekuk satu kaki nya sementara kepalanya tertunduk pada Arlynx.

Melihat itu Genzy berjalan cepat menuju anak kucing itu dan menariknya dengan kedua tangan, sehingga wajahnya dengan wajah anak kucing itu bertatapan.

"Oi kau! Memangnya kau tau apa yang kau lakukan?!" Genzy dengan sedikit berteriak bertanya, sementara si anak kucing hanya memiringkan kepalanya.

"Meow?"

Merlin berjalan menuju Arlynx lalu menangkap tubuh Arlynx yang oleng ke samping.

"Arlynx!" "Arlynx!"

Kedua orang tua itu terkejut.

"A-aku tak apa kakek, hanya saja jantungku berdegup dengan cepat lalu tubuhku tiba-tiba lemas" Arlynx berkata lirih.

Kedua orang tua itu saling bertatapan.

'Habis sudah' batin mereka.

Sementara sang pelaku hanya menunjukan wajah bingung sambil memiringkan kepalanya.









Voment.

Kangen kah? Pasti tidak:(

Okdeh babay..

Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang