106

166 26 2
                                    

Kematian Aira membawa perubahan.

Dengan bukti-bukti ia dibunuh Voldemort, membuat para anggota orde yang mencurigainya menyesal.

Keluarga Potter sudah meminta maaf pada Sirius diikuti anggota orde yang lain.

Tapi itu hanya dianggap angin lewat oleh Sirius.

Saat ini Arlynx saja tidak dia pedulikan.

Sirius terus diam, dengan tatapan kosong dan mata yang sembab. Dia terduduk di meja makan dengan menunduk.

Arlynx mengintip dari ambang pintu, dia memegang pintu dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang dada kirinya.

'Father.. '

Arlynx menatap Sirius dengan sendu. Betapa bedar rasa sayangnya Sirius pada Aira hingga dia begitu hancur.

"Tuan muda.. Biarkan tuan sendiri. Ayo ikut dengan Kracher tua ini"

Arlynx berbalik dan menatap Kracher.

"Kemana?"

"Nyonya Walburga mengkhawatirkan tuan muda, beliau sudah menunggu di kediaman" Kracher menjawab tanpa mengurangi rasa hormatnya.

Arlynx kembali menatap Sirius yang masih terdiam disana. Lalu menatap Kracher dengan tatapan yakin.

"Baiklah, ayo" Arlynx memantapkan niatnya dengan mengangguk.

Kracher yang melihat itu tersenyum. Dia mengulurkan tangannya lalu Arlynx meraihnya.

Dengan jetikan jari Kracher disusul bunyi

Pock!

Mereka berdua sudah berada di lorong masuk kediaman.

Arlynx dengan perlahan melepaskan tangannya.

"Terima kasih Kracher" berbisik dengan memastikan Kracher mendengarnya.

Kracher mengangguk menanggapinya.

Arlynx berjalan memimpin sedangkan Kracher menyusul di belakangnya dengan postur hormat membungkukan sedikit kepalanya.

"Arlynx cucuku!" begitu sampai di ruang yang menghubungkan ke berbagai ruangan lainnya juga tempat anak tangga, Arlynx langsung dibawa ke dalam pelukan hangat.

Saking hangatnya, Arlynx sesak kesulitan bernafas.

"Euh, nenek ssesakk" Arlynx meronta di dalam pelukannya.

"Ah maafkan aku" Walburga mengurai pelukannya hingga mereka berdua bisa menatap satu sama lain.

"Kau semakin mirip Regulus" Walburga berkata dengan nada lembut disertai senyum tipis.

Arlynx terdiam sejenak, lalu tersenyum.

"Nenek aku ini anak Sirius" Arlynx tidak bermaksud jahat, hanya saja ini kenyataannya.

Kata-kata Arlynx membuat Walburga tertegun, lalu dia kembali tersenyum.

"Kau benar, tapi tetap saja. Mengapa kau mirip dengan Regulus ya?.." Walburga mengatakan itu dengan bercanda membuat Arlynx terkekeh geli.

"Mungkin karna aku lebih tampan dari ayah" Arlynx menjawab sambil menengadahkan kepalanya sombong dan kedua tangan dipinggangnya.

Hal itu membuat Walburga tertawa walaupun tidak berlebih karna masih mengingat tata krama yang diajarkan, tetap saja dia menoel-noel pipi Arlynx.

'Menggemaskan' pikirnya.

'Tidak salah anak itu terpuruk, tapi itu bukan alasan untuk menelantarkan anaknya sendiri kan?!' Walburga kesal dalam hati.

"Nah Arlynx, sekarang tinggal bersama nenek ya?" Walburga tersenyum lembut yang mana tidak pernah dia tunjukan pada anak-anaknya —dan dia menyesalinya—.

Itu terdengar perintah daripada permintaan di telinga Arlynx.

Jadi dia tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah nenek, tolong jaga aku ya" Arlynx tersenyum hingga matanya menyerupai bulan sabit.

Walburga yang melihat itu semakin gemas lalu kembali memeluk Arlynx.

'Sangat disayangkan dia putra anak itu, yah mau bagaimanapun dia cucuku. Aku akan tetap menulisnya di pohon keluarga Black' pikir Walburga.

Jika di ingat lagi. Sekarang Walburga sudah bukan bagian pengikut Voldemort setelah melihatnya bukan hanya membunuh para muggle, Voldemort juga membunuh para pureblood sebagai mana dia membunuh muggle dan muggleborn.

Apalagi dengan kejadian Regulus yang meninggal secara misterius hingga mayatnya tak ditemukan, dia semakin memantapkan tekadnya.

Dan sekarang itu semakin membuatnya berpikir. Bersyukur karna keluar dari lingkaran itu dan menyesal pernah memasukinya.

Bagaimanapun, Aira adalah perempuan yang Regulus bawa ke kediaman  dikenalkan padanya dan keluarga yang lain.

Melihat latar belakang dan keturunan Aira membuatnya tidak bisa tidak bangga pada putranya.

Keluarga mata-mata dunia sihir yang memberikan kontribusi besar di peperangan terakhir.

Walaupun mereka menolak ikut campur hal politik, itu tidak mengubah seberapa besar pengaruh mereka di dunia ini.

Entah dia merasa sangat disayangkan atau lega karna anaknya yang lain mendapatkannya.

Hahh..

Walburga menghela nafas lelah. Dia berdiri di ambang pintu kamar melihat Arlynx tertidur dengan pulasnya.

Ditambah Arlynx yang diyakini mempunyai kekuatan mengancam dunia. Dia sangat marah saat orang-orang orde itu mengutuk cucunya.

'Semoga masa depanmu cerah, Arlynx'

Setelah itu Walburga menutup pintu dan pergi menuju kamarnya.







Voment

Gaje? Iya :'
Typo? Bilang ya~

Gaje? Iya :'Typo? Bilang ya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






( ̄3 ̄)

Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang