151

127 23 3
                                    

"Ngomong-ngomong mengapa tidak di chamber of secret saja?" kataku yang membuat Harold tercengang.

Hasilnya sekarang aku dan Harold berdiri di toilet rumah Myrtle. Kami berdua memandangi wastafel pintu kamar rahasia itu dengan diam. Backround kami adalah Myrtle yang terus mengoceh.

"Bukan ingatan yang baik, tapi kuharap kamar rahasia ini bisa bermanfaat" kataku yang di setujui Harold dengan mengangguk.

"Ayo buka, Harold" 

Harold mendesis, kemudian wastafel itu terbelah dan menunjukan jalan- maksudku seluncuran menuju kamar rahasia.

"Eiw, bisakah kau bilang tangga dengan bahasa ular itu agar kita tidak usah turun dengan berkotor-kotor?" tanyaku tanpa bisa menutupi jika jalan itu sungguh kotor, seperti terakhir kali.

Harold juga sepertinya penasaran apa itu benar bisa dilakukan? Jadi dia mendesis lagi. Benar saja, muncul tangga pualam yang disinari api-api hijau di setiap anak tangganya.

Aku beradu pandang dengan Harold tersenyum senang. Sama-sama lega dalam hati.

Kami menuruni tangga itu dengan pelan. Saat Harold yang berada di depanku sudah menginjak anak tangga yang ke 7, pintu masuk kamar rahasia ini tertutup membuat kegelapan terpampang. Untungnya ada api-api hijau di anak tangga jadi tidak terlalu gelap.

Kami berjalan melewati kulit basilisk seperti terakhir kali, memandanginya dengan diam. Kemudian terus berjalan dan masuk lebih dalam setelah Harold kembali membuka pintu kedua.

"Tempat ini sangat indah.." kami sangat buta terakhir kali hingga tidak menyadari seberapa memukaunya ruangan ini. Kami sempat tertegun sejenak lalu melanjutkan tujuan.

Kami melakukan kontrol di sana. Aku mengambil semua taring basilisk yang sudah diizinkan Harold. 

"Ada kerangka basilisk, kukira ini akan mengganggu pelajaran yang ada. Maksudku mereka nantinya akan terus terfokus pada kerangka ini, kau tau?" kata Harold sambil memperhatikan kerangka ular 70 kaki itu.

Aku mengangguk membenarkan.

"Lalu, dimana?" tanyaku yang membuat kami terdiam sama-sama bingung.

"Sebenarnya ada satu ruangan lagi yang aku ajukan" Harold memandangku penasaran.

"Kamar kebutuhan.. tapi masalahnya tak ada yang tau dimana itu berada, beberapa bilang itu hanya legenda Hogwarts" kataku acuh yang membuat Harold menghela nafasnya.

Kami mencari-cari hal yang sekiranya berharga di sini- lebih tepatnya aku, Harold hanya memperhatikan sekelilingnya sambil menungguku selesai.

Aku masuk ke dalam mulut Salazar yang terbuka lalu terus berjalan masuk. Kutemukan beberapa tulang hewan juga di sana, kemudian beberapa tumpukan rumput kering kutebak itu tempat si Basilisk tertidur selama ratusan tahun.

Semakin masuk bukan semakin sempit tempat itu melainkan sebaliknya. Aku terkesiap melihat pemandangan di depanku. Membuka mulut kemudian menutupnya lagi saat hendak memanggil Harold.

"HARRY! COME HERE! QUICK!" kataku begitu selesai mengumpulkan kembali kesadaran.

Sepertinya Harold benar-benar mendengarkan aku untuk cepat, terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa mendekat kemudian berhenti di sebelahku.

"What happen-" dia berhenti begitu melihat ke arah pandangku. Mulutnya terbuka lebar yang membuatku mengatupkannya dengan mendorong rahangnya ke atas.

Potret-potret bergerak para pendiri melihat kami dengan cerah, harta peninggalan Salazar menggunung di depan dinding yang memajang potret, dan batu-batu mulia yang tergeletak seolah mereka tak ada harganya.

"Halo! Kuharap kalian luar biasa dan akan menggunakan semua ini untuk kebaikan" kata potret wanita yang kuyakini Helga Hufflepuff.

"Sudahi bengongnya anak muda! Temani kami berbincang!" pria tegas yang memakai jubah hijau, mirip patung batu di luar tadi.

"Benar, sudah berapa lama di luar sana?" pria yang ini memakai pakaian merah, dia pasti Godric Gryffindor.

"Hmp, dilihat-lihat kedua anak ini bukan dari asramaku" Rowena nampak melihat remeh pada kami yang membuatku sedikit tersinggung

"Oh apa gunanya itu sekarang? Nah, nak katakanlah" Salazar kembali berkomentar.

"Yah.. well sudah sedikit lama di sini" kataku karna Harold terus memandang berkeliling yang juga aku ikuti.

"Salazar.." aku terkejut tanpa diduga menggumamkan pendiri asramaku karna pemandangan di belakang kami.

Itu adalah pemandangan yang indah. Sungai mengalir dari air terjun yang dihiasi pepohonan di kanan kirinya menambah suasana sejuk saat kami melihatnya. Mirip pepohonan di hutan Ialde. Kutebak potret para pendiri tak akan bosan karna pemandangan yang di sihir itu.

"Hah lihat! Yang satu ini anak didikku!" kata Salazar menyombong yang membuat Rowena cemberut.

"Sangat bangga menjadi bagian dari Slytherin, sir" kataku dengan senyum.

Akhirnya kami berbincang- tidak maksudnya aku berbincang santai dengan para potret itu karna sepertinya Harold menikmati suasana pemandangan itu dan menyerahkan urusan itu padaku. Tak cukup penting, mereka hanya terkejut lamanya waktu berjalan setelah mereka wafat.

Saat tak ada lagi yang harus dilakukan atau waktu hampir jam makan malam kami pamit pergi pada mereka dan mungkin akan berkunjung lagi di lain waktu karna jujur saja aku masih penasaran dengan beberapa misteri Hogwarts.

Aku juga menyuruh Harold mencari jalan keluar-masuk lain selain dari toilet para gadis itu. Kami menemukannya. Pintu itu di dekat asrama slytherin yang mungkin pintu itu yang sering dipakai Salazar dulunya, dilihat dari lokasinya yang normal dan sedikit terawat dibanding yang di toilet.

Harold dan aku berjalan menuju great hall dengan diam seolah tak ada yang terjadi. Kami bertemu dengan Granger, kembar Weasley, Ronald, dan Neville yang katanya menemukan sesuatu yang bagus.

Aku berjalan mengikuti mereka hingga lantai 7. Neville berjalan bolak-balik di depan dinding kemudian hal yang mengejutkan -sekian kalinya hari ini- terjadi.

Muncul pintu dengan ukiran-ukiran yang rumit tetapi indah dari dinding. Kami masuk dan melihat ruangan luas yang biasa dipakai penyihir duelist saat melatih mantra dan kutukannya.

"Kau hebat Neville! Kau menemukan kamar kebutuhan!" kata Granger.

"Apa?" Ronald seperti biasa kurang cepat.

"Ini juga disebut kamar datang dan pergi. Kamar kebutuhan hanya muncul ketika seseorang benar-benar butuh sesuatu, dan ruangan ini disesuaikan dengan kebutuhan pencarinya"

"Katakanlah kau butuh toilet.."

"Menarik Ron, tapi ya begitulah intinya"

"Cool, seolah Hogwarts ingin kita menjadi duelist" kataku dengan melipat kedua tangan di dada.

"Kupikir Hogwarts ingin kita melakukan perlawanan" kata Harold tersenyum senang.





















Voment zheyenk


Maaf pendek, lagi ga mood. Anjay deh. nggk deng, lanjut lg besok. muach. 


typo bilang bep

Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang