110

144 19 7
                                    

Mengerjap, membuka kelopak mata pelan, sedikit menyipit karna silau.

Arlynx melihat kiri-kanannya. Menyadari dirinya di kamar kediaman Black, Arlynx menghela nafasnya lega.

Arlynx menyentuh pipinya, terdapat benda yang menempel. Lalu Arlynx mendekatkan jari yang tadi menyentuh pipinya kearah hidung.

"Ramuan" Arlynx berbisik sambil memperhatikan jarinya.

Suara pintu terbuka mengalihkan atensinya.

"Oh nenek" Arlynx berusaha bangun untuk duduk, Walburga yang melihat itu buru-buru menghampiri dan membantu.

"Arlynx, ada yang masih sakit?" Walburga bertanya dengan raut wajah khawatir.

"Aku tidak apa-apa nek" Arlynx menggeleng kecil sambil tersenyum menenangkan.

"Tetap saja, tunggu sebentar aku memanggil healer dulu" Walburga mengambil tongkat di sakunya.

"Healer? Dia disini?" Arlynx bertanya dengan blraut wajah bingung.

Walburga sudah selesai menganyunkan tongkatnya memandang Arlynx dengan sama bingungnya.

"Tentu saja kau pikir siapa aku? Kesalahan satu orang pengkhianat tidak bisa melemahkan keluarga kita, kau harus ingat baik-baik hal itu Arlynx" Walburga mengelus kepala Arlynx pelan sambil tersenyum lembut seolah kata-katanya barusan bukanlah apa-apa.

Arlynx tertawa canggung sambil menggaruk kecil pipinya, lalu terkejut karena jarinya terkena perban.

"Jangan disentuh" Walburga dengan lembut menarik tangan Arlynx dan menggenggamnya.

"Tuan Arlynx bisa katakan keluhan anda"

"Sleep well" diakhiri kecupan di surai hitam Arlynx, Walburga pergi dari kamar Arlynx.

Orang-orang yang menganiaya Arlynx sudah di tuntut ke kementrian oleh Walburga.

Dengan koneksi dan uangnya yang melimpah, Walburga tetap kurang puas dengan keputusan para pegawai kementrian itu.

Satu bulan dikurung di Azkaban, setara kah dengan keadaan cucunya yang mengerikan? Ditambah Arlynx baru siuman setelah dua hari tak sadarkan diri.

Yah pokoknya, dia tidak akan pernah suka dengan para pegawai kementrian.

Kediaman Black sudah sepi sekarang, Healer yang dipanggil Walburga sudah tertidur di ruangannya bahkan Kracher tua juga sudah istirahat.

"Hei nak" seseorang masuk ke kamar Arlynx dan berusaha membangunkannya.

"Hei! Arlynx!" dia berteriak tapi berbisik.

Arlynx yang tidurnya terganggu melenguh kecil berusaha membuka matanya.

"Hm?" Arlynx terduduk menatap kakek tua di hadapannya.

Dengan jubah panjang, jenggot putih yang menyentuh dadanya dan memegang tongkat. Arlynx berkedip.

"..."

"..."

"Siapa?"

"Hebat juga, harusnya anak kecil itu kaget kan melihat orang asing di kamarnya. Teriak itu minimal, harusnya"

Arlynx menatap datar kakek itu.

"Nah, perkenalkan aku kakekmu. Yah lebih tepatnya kakek buyut atau kakek moyang? Ck, pokoknya begitu"

"Ha?" Arlynx semakin tidak mengerti.

"Hm? Apa ibumu tidak pernah mencerita- ah aku lupa, sejarah itu sudah dihapus yah aku juga sih yang menghapusnya"

"Apa sih? Katakan dengan jelas kakek" niatnya ingin marah, tapi mengingat kakek ini lebih tua dari nenek Walburga ditambah Arlynx merasa kepalanya berdenyut-denyut.

"Ehm, mungkin perkenalanku akan panjang jadi, silahkan nak. Kau duluan"

"Aku tak mengerti ini apa tapi hebatnya kakek masuk kediaman Black yang memiliki keamanan ketat pokoknya, perkenalkan namaku Arlynx Bla-" Arlynx sempat terhenti sejenak, berpikir.

'Ya sudahlah, toh memang itu namaku. Kita lihat saja bagaimana reaksinya, jika dia juga mau menganiaya aku pasrah saja'-batin Arlynx.

"Arlynx Sirius Black" dengan tangan kanan ditempatkan di dada kirinya, Arlynx dengan bangga menyebutkan namanya. Dia bahkan tersenyum.

Melihat reaksi sang kakek, Arlynx terkejut. Bukan marah atau berancang-ancang untuk memukulnya. Kakek itu malah-

Tersenyum lebar?..

"Hehe bagus, bangga pada diri sendiri dan jangan lupakan keluarga. Kau punya salah satu sifat Silva!" Kakek itu tertawa sambil menepuk bahu Arlynx.

"T-tentu saja aku punya!" Arlynx dengan kesal membalas perkataan kakek itu sambil menghempaskan tangan yang berada di bahunya pelan.

Si kakek terkejut tapi tak lama dia menampilkan senyum lembutnya.

"Baiklah sekarang giliranku ya, dikenal sebagai penyihir terhebat, teman baik raja Arthur dan penyihir terhormat, atau yang sering disebut Merlin!"








Voment



Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang