118

99 19 2
                                    




Saat ini di kediaman Black, Arlynx duduk berhadapan dengan Dumbledore. Di atas meja pemisah kedua orang itu tersaji minuman buatan Kracher.

Mereka duduk dengan hening, hanya suara-suara bisikan Kracher mengumpat yang terdengar. 

"Apa yang akan kau lakukan ke depannya? Kau sendirian sekarang" Dumbledore memecahkan keheningan itu. 

Arlynx menatap ke dalam gelas di tangannya dengan datar, enggan menatap Dumbledore.

"Mau apa yang kulakukan juga apa pedulimu" tanggapan dingin Arlynx tak mengejutkan Dumbledore karna dia sudah memprediksinya.

"Bukankah sudah jadi kewajibanku peduli padamu?" sambil terkekeh Dumbledore menatap Arlynx.

Arlynx yang mendengar tanggapan Dumbledore mendelik tajam padanya. Sementara yang ditatap hanya menunjukan senyumnya, dan itu diartikan sebagai ejekan oleh Arlynx.

"Enyah dan mati sana" geraman Arlynx disusul dengan suara gelas yang beradu dengan piringnya begitu kencang.

"Haha anak muda memang banyak energinya ya" Dumbledore terkekeh hingga menyipitkan matanya.

Arlynx hanya diam tak menanggapi dan hanya menatap datar.

"Aku datang membawa penawaran"

"Aku tidak tertarik jadi pergilah"

"Tidakkah kau tau tanggapanmu itu menyakiti hatiku?"

"Senang mendengarnya"

Dumbledore masih mempertahankan senyumnya walaupun Arlynx menatapnya tanpa ekspresi.

"Hahh, baiklah aku akan pergi. Tapi Arlynx jika waktunya tiba, jangan menolak surat dari Hogwarts ya"

Dumbledore yang tak mendengar tanggapan Arlynx berjalan pergi keluar kediaman. Arlynx terdiam di tempat duduknya, hingga minuman di gelasnya habis tak bersisa Arlynx tetap mempertahankan posisinya.

"Hahh akhirnya kakek itu pergi" dari pojokan ruangan keluar Merlin dengan kemampuan mantranya.

"Mengacalah terlebih dahulu" Arlynx memberinya tatapan jijik.

"Aduh anak ini, aku itu masih muda tau!" Merlin yang tidak terima merajuk dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Arlynx menghela nafasnya pelan.

"Kau mematai-matai aku?" Arlynx bertanya pada Merlin yang duduk di hadapannya tempat dimana Dumbledore duduk sebelumnya.

"Aku sih tak berniat begitu, aku itu jaga-jaga saja takut-takut kau punya penyakit mental nantinya. Tapi jika kau artikan mata-mata juga silahkan saja" Merlin mengedikan bahunya sambil mengambil cookies hangat di hadapan Arlynx yang baru disajikan Kracher.

 Arlynx menatap pemandangan di depannya dengan datar. 

"Nah, kau mau ikut aku?" Merlin membersihkan tangannya dari remah-remah cookies. 

"Ke Ialde?" Arlynx bertanya yang di jawab gelengan kepala Merlin.

"Itu sudah pasti, tapi sebelumnya kita mampir dulu ke suatu tempat"

"Kemana?" 

"Kita akan menemui seseorang Arlynx, ayo bersiaplah"

"Aku sih sudah siap" Arlynx berdiri dari duduknya diikuti Merlin.


"Kok kita berjalan? Memangnya kau mau menemui muggle?"

"Tidak-tidak, dia itu penyihir tapi hidup di lingkungan muggle jadi begitulah" Merlin menjelaskan yang ditanggapi anggukan oleh Arlynx.

"Ah Arlynx aku mau mampir dulu sebentar, kau tunggu disini ya" tidak menunggu tanggapan Arlynx, Merlin pergi begitu saja membuat arlynx menatap datar tempat Merlin berdiri sebelumnya.

Arlynx menghela nafas.

'Tapi jika dipikir-pikir bukankah tidak sopan menemui seseorang tanpa buah tangan'-pikir Arlynx.

Kebetulan sekali saat ini dia ada di jalan yang dipenuhi dengan pertokoan dan ramai pengunjung.

Arlynx memeriksa saku celananya. Untungnya di sana terdapat beberapa galleon. Arlynx memasuki salah satu toko di sana.

Arlynx mengambil satu kotak coklat premium karna tersimpan di tempat yang mudah dijangkau.

Setelah itu Arlynx menuju kasir untuk pembayaran. Kasir itu tersenyum melihat barang yang di ambil oleh Arlynx seakan menunggu peristiwa selanjutnya.

"Harganya 25 galleon" tapi senyum itu luntur saat melihat Arlynx mengitung galleon yang di keluarkan dari saku nya.

"24.. 25.." Arlynx meletakan galleon di meja kasir, sementara sisa galleon di tangannya di masukan kembali ke sakunya hingga terdengar suara khas koin yang beradu.

Sambil menunggu kasir itu mengemas barangnya, Arlynx mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Kasir yang telah selesai memperhatikan cincin yang ada di jari telunjuk kanan Arlynx.

"Kau keluarga- ah tidak, ini barangnya" 

"Terima kasih" Arlynx berjalan pergi.

"Hahh, toko ini bisa kena sial" seketika Arlynx menghentikan langkahnya kemudian berbalik melihat kasir itu yang menyadari tatapan Arlynx tapi membuang mukanya.

Arlynx tidak mengindahkan hal itu dan kembali berjalan meninggalkan toko itu sambil diam-diam mengeluarkan mantra kutukan.

Keluar dari toko disambut dengan wajah panik Merlin.

"Ya ampun Arlynx!"

Merlin memarahinya karna pergi tanpa bilang, Arlynx tidak menanggapinya tapi didalam hatinya dia berpikir bukankah salah kakeknya itu yang pergi secara tiba-tiba?

"Dan juga nak, apa yang dilakukan orang di dalam sana sehingga kau mengutuk toko?" Merlin menatap intens pada Arlynx.

"Yah.. Ada saja" Arlynx mengalihkan pandangannya ke kanan enggan menatap Merlin.

"Hahh aku tak tau hal buruk apa yang mereka lakukan, tapi hapus itu"

Arlynx mau tak mau menghapus kutukan di toko itu dengan berat hati. Dari pada nanti Merlin mengadu pada Genzy dan mereka berdua melakukan pelatihan neraka padanya.























Voment 

 

 

Sirius Son vTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang