Chapter 25

145 179 22
                                    

Setelah Kelvin mengantarkan Livia pulang, ia tak lupa mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Guntur dengan keadaan masih kritis'. Bukanya ia juga harus pulang ke rumah untuk membersihkan badannya dan makan tetapi ia malah gak pulang-pulang ke rumahnya, ia harus cepat-cepat tiba ke rumah sakit.

Saat Kelvin tiba di rumah sakit, ia segan-segan masuk ke dalam ruangannya, ia melihat sudah ada teman-temannya, Syafira, dan Arlan

"Assalamualaikum Mah," ucap Kelvin

Syafira berbalik ke arah sumber suara. "Wa'alaikum salam, eh kamu sudah datang nak. Masuk," persilahkan Syafira

"Mamah sudah membaik?" tanya Kelvin pada Syafira yang terlihat sudah agak membaik

"Iya ... Ahamdulillah mamah sudah agak  membaik dari sebelumnya," jawab Syafira tersenyum kepada Kelvin

"Alhamdulillah... Mamah kebanyakan istirahat aja dulu, jangan kebanyakan kepikiran soal Guntur. Insyaallah Guntur bisa cepat sadar Mah," ucapnya melangkahkan kakinya menuju Syafira yang terduduk di dekat ranjang pasien.

"Ini mah, bingkisan dari Kelvin.. jangan lupa di makan ya mah," tambahnya lalu memberikan bingkisan yang sudah ia belli. Syafira menerimanya dan berterimakasih.

"Buat kita semua mana Vin?" tanya salah satu dari di antara mereka

"Gak ada! Sono belli sendiri!"

"Aelahh Vin, dompet gue udah kosong!" jawab Dirga sembari mengecek isi dompetnya yang sudah terlihat kosong. Gak ada selembar pun di dalamnya

Sebelum ia menjawab ucapan Dirga, ia mengasihi satu kartu ATM yang sudah ia tak pake buat anak buahnya "Yaudah nih, kartu itu buat lo semua!"

"ANJIR! INI SERIUSAN LOH VIN NGASIH INI BUAT KITA?"

"Gue serius! Lo gak mau? Yaudah sini balikin!"

"Ehh ehh jangan lah, itu namanya lo gak ikhlas juga ngasinya, lagian kita cuma mastiin aja Vin." ujar Dirga seraya nyengir ke arah Kelvin

Setelah berbincang-bincang dengan mereka. Syafira berpamit sebentar untuk pergi ke apotek rumah sakit untuk membeli alat infusan. Sekarang tinggal lah mereka di ruangan itu. Sedari tadi Guntur masih berada di alam mimpinya.

Kelvin beralih menatap Guntur yang masih belum sadar, wajahnya terdapat banyak alat pembantu pernapasan. Ia tak tega melihat Guntur terbaring lemah seperti ini.

Tak lama ia menatap nya, air mata nya sudah menetes ke tangan Guntur. "Gue kangen Gun! Gue kangen masa-masa itu! Cepat Bangun Gun!"

"Vin gue tau perasaan lo! Tapi Lo tenang dulu! Jangan kayak gini!" lerai Leon menenangkan nya

"Iya Vin bener kata Leon. Kami semua yakin, Guntur bisa cepat sadar!" ujar Venus ikut menenangkan Kelvin.

Kelvin terisak sejenak, dia diam sambil mengusap air matanya. Bukan cuma cewek yang bisa nangis, cowok juga bisa nangis.

Terkadang ketika seorang cowok menangis dia dikatakan sebagai orang yang cengeng ataupun lemah. Seorang cowok juga memiliki perasaan sehingga wajar jika cowok menangis.

Kelvin kembali mengusap kepala Guntur. "Tenang Gun, Kita semua lagi berusaha ngabisin Dafa."

"Nanti, kita bakalan habisi satu-satu di antara mereka! Terutama Dafa! Pengecut!"

"Itu kan yang lo mau Gun!? Lo mau Dafa mati kan?" bibir Kelvin bergetar menahan tangis. "Gue bakalan lakuin semuanya demi lo."

Kelvin menghela nafasnya. Hari ini mungkin cukup untuk bicara dengan Guntur. Ia juga harus pulang dari rumahnya.

K E L V I A [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang