اثنين

627 19 1
                                    

Sore ini setelah menyelesaikan kajian kitab di aula pesantren aleena dan Zena mengajak kharen untuk berjalan jalan mengelilingi area pondok pesantren yang terbilang lumayan besar. Terhitung sudah satu jam lamanya mereka hanya berkeliling tanpa istirahat membuat Kharen mendesah berat karena kakinya yang terasa pegal.

" Kak Len , duduk dulu Napa pegel nih kaki aku " ujar Kharen menghentikan pergerakan aleena.

 Mengapa Kharen dan Zena memanggil gadis itu dengan embel embel kak? Jawabannya karena Aleena lebih tua dibandingkan dengan mereka .

Gadis dengan nama lengkap Aleena Khalisa Agnia. orang-orang kerap memanggilnya dengan sebutan Aleena atau alen itu lantas menghentikan langkahnya , menyusul kharen yang sudah duduk lesehan bersandar pada pohon mangga yang rimbun sambil mengipasi lehernya menggunakan tangan .

Alen mengambil duduk disebelahnya, disusul oleh zena yang ikut duduk lesehan di samping kanan kharen.

" Kak len . kerudungnya boleh dilepas nggak sih , panas " ujarnya tak tahan

Aleena harus lebih ekstra sabar untuk menghadapi kharen yang seperti anak kecil.

" jangan dong. Kamu diem jangan banyak gerak biar nggak terlalu panas " balasnya menasihati gadis itu.

yah,kharen kini tengah memakai rok plisket warna moka milik zena ditambah kemeja oversize berwarna putih milik alen dan kerudung pashmina hitam yang membalut kepalanya karena paksaan dari alen tentu saja. 

Awalnya gadis itu menolak, namun bukan alen namanya jika tidak bisa membuat lawannya luluh.

Kharen mendongak , matanya berbinar kala menemukan buah mangga yang masih terlihat muda. Cuaca panas seperti ii, memang cocok untuk membuat rujak mangga di tambah es teh yang semakin menggugah selera.

" zen, ayo metik mangga" ajak kharen lalu berdiri , ia terlebih dahulu mengelap belakang celananya yang nampak kotor .

" Bentar, aku mau ngambil galah dulu "

" Ga usah , biar gue yang manjat" tolaknya

" Kak len, bantuin " pintanya pada aleena

Aleena menghela nafasnya sungguh ada-ada saja tingkah manusia seperti kharen. Untung saja mereka kini berada di kawasan asrama putri .

" Gue mau manjat ah," kata Kharen melepas sambil melepas sandalnya, megambil ancang-ancang untuk naik.

" Kak len, ayo" ajak kharen yang sudah nangkring disalah satu ranting yang letaknya paling atas membuat aleena ikut menyusulnya ke atas.

Zena meringis saat melihat aleena menaiki pohon mangga dengan cepat dan lincah . Sungguh zena masih tak menyangka dengan dua perempuan titisan ini. Agak shock selebihnya shic shac shoc

Para santri yang lewat tentu saja geleng geleng dibuatnya bisa bisanya dua perempuan itu tidak takut pada ketinggian

" hati-hati kak" Teriak zena dari bawah

" Bacot banget lo" dumel kharen sambil mengambil beberapa buah yang menurutnya enak untuk dijadikan rujak saat panas-panas seperti ini.

" Zen, lo yang nangkep ya"teriak kharen dari atas

" Ya" , sahut zena dengan berteriak juga membuat pandangan santriwati yang berlalu –lalang di area situ memusatkan pandangannya pada Alen dan kharen, yang sudah berada di atas pohon mangga sambil memilah buah mangga dengan seksama membuat Santriwati tak habis pikir dengan kelakuannya.

Alen dengan semangat memetik buah mangga yang ada di depannya , sudah lama ia tidak memanjat pohon seperti ini. " Zen , tangkap" teriak alen saat ingin melemparkan buah mangga ke arah zena.

Dibalik Lencana Dan SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang