ثلاثة وعشرين

370 9 0
                                    

Alen tak yakin dengan saran mamanya sekarang sudah pukul setengah 11 malam , alzam dan teman temannya masih lembur karena sidang belum usai selama 10 jam lebih membuat Alen tidak bisa tidur dengan nyenyak

Ia terngiang ngiang apa yang di katakan mamanya , dengan gerakan yang tidak yakin tapi pasti Alen membuka paper bag yang ia beli tadi di mall

" Yang bener aja " batinnya menatap pakaian itu dengan ragu, sebelum pulang ia menyempatkan untuk membelinya di mall

Alen pergi ke kamar mandi dan mengganti piyamanya dengan dress selutut yang membentuk tubuhnya dan memperlihatkan leher jenjang nya dan punggung yang terekspos nyata

Rambutnya yang di Cepol membuat leher mukus itu sangat ketara , Alen mengamati tubuhnya di cermin apakah ini benar dirinya

Alen meneguk Saliva nya susah payah kenapa tiba tiba saja ia menjadi gugup. Ah ia ingin berganti baju lagi saja rasanya

Namun pikiran nya terus di hantui ucapan mamanya dan umi zainab yang terus menghantui nya

Ia pergi ke dapur untuk mengambil minum meredakan rasa gugupnya , ketika pin apartemen di pencet buru buru Alen masuk ke dalam kamar

Ia memegang dadanya yang begitu berdegup kencang
" Mampus ya Allah selamatkan hamba"

Alzam yang baru saja pulang, seperti biasa ia meletakkan atributnya dan cuci tangan terlebih dahulu sebelum pergi ke kamar mandi , menyisakan dirinya yang masih menggunakan kaos salaman dan celana boxer di bawahnya

Badannya terasa lelah hari ini karena tersangka yang tidak kooperatif membuat sidang menjadi lama setelah ia mengunci pintu kamar terlebih dahulu sebelum masuk

Ia melirik ke ranjang tidak ada Alen disana padahal biasanya jika tidak ada pekerjaan Alen akan tidur dengan cepat , kini Alen berada di dalam kamar mandi menetralkan detak jantungnya

" Len dimana?" Tanya alzam tak menemukan Alen di balkon sekalipun

" Disini" Alen tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah alzam yang masih di balkon.

Cowok itu menoleh tubuhnya langsung meremang , matanya tidak lepas dari Alen
Ia mendekat ke arah alen , matanya tidak satu detikpun terlepas dari objek yang indah itu

" Mandi dulu biar aku siapin air hanganya " pesan Alen kikuk ia ingin melangkah kan kakinya ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat

Jangan tanyakan sekarang jantungnya bagaimana , keringat dingin mulai menjalar di tubuhnya kala alzam mencekalnya dan memeluknya dari belakang

" Lagi mode solehot biasanya Soleha Ning" ucapnya dengan suara yang serak tepat di telinga Alen , sedangkan tangan alzam sudah bertengger manis di pinggang Alen

" Kamu goda aku?" Tanya alzam mencium bahu alen yang terekspos lalu merambat ke leher jenjangnya

Alen diam ia masih gugup dengan ini semua , tak biasanya alzam memangilnya dengan sebutan aku biasanya saya

Cowok itu membuka bajunya menampakkan perut kotak kotak yang dimilikinya , alen meneguk salivanya susah payah

Ia kembali mendekati Alen setelah mencium seluruh wajahnya kini ia beralih pada bibir yang selalu menggoda imannya setiap hari , seperti ini juga alzam pria normal yang mempunyai nafsu tinggi apalagi di goda seperti ini

Ia meraup bibir pink itu bukan sebuah ciuman tapi lumatan yang begitu lama , matanya sudah sayu alzam beralih pada leher jenjang Alen menciptakan tanda kemerahan disana , Alen menahan suara aneh yang akan muncul dari mulutnya

Ia menuntun Alen untuk ke kasur , " boleh?" Izin alzam terlebih dahulu , Alen menjawabnya dengan sebuah anggukan

" Pelan pelan"

Dibalik Lencana Dan SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang