ثمانية

427 14 0
                                    

Pagi pagi sekali alzam sudah pulang dari acaranya joggingnya setelah bersih bersih dengan pakaian santai nya ia pergi ke aula belakang untuk menjadi pendengar hafalan para santri .

Lagi lagi ia melihat Alen yang sedang melanjutkan design gambarnya sekaligus murojaah ayat Al Qur'an yang akan ia setorkan nanti pada Ning fathimah . Ia mengamatinya sejenak , belum banyak santri yang datang ke tempat ini karena kebetulan ini masih pagi sekali pasti para santri sedang mengantri mandi dan sarapan .

Suaranya indah , menurut alzam Alen itu sederhana, punya wawasan yang luas , publik speaking nya juga bagus terlihat dari intonasi dan gaya berbicara terhadap lawannya .

Alzam tak mau memandang Alen terlalu lama ia segera meneruskan perjalanannya untuk sampai di aula belakang membiarkan Alen sibuk dengan pekerjaan nya. 

Ngomongin soal pekerjaan kebetulan alzam mengambil libur selama satu Minggu disini sudah lama sekali ia tidak berkunjung menemui keluarganya. Sebenarnya alzam juga mempunyai usaha di bidang perusahaan perak yang ada di Kalimantan dulunya milik kakek dari Abuya namun tidak ada yang melanjutkan karena fokus pada pesantren jadilah alzam yang meneruskan dan mengembangkan sampai sekarang .

" Mba len ndalem itu mana sih dari tadi gue cariin ga ketemu " kesal kharen yang baru saja berhasil menemui Alen . Pasalnya ia dipaksa Zena untuk ke ndalem karena hari ini jadwal piket nya membantu kegiatan ndalem dan membersihkan nya .

Kharen sebenarnya malas ia lebih baik memilih diam di kamar sambil memainkan ponselnya , di pesantren ini tidak diperbolehkan membawa ponsel kecuali jika ada urusan atau pekerjaan seperti Alen yang mendapat privilage untuk membawa ponsel

"Yang kamu kunjungi saat pertama kali masuk disini . Rumahnya umi Zainab " jawab nya menghentikan pekerjaan nya

Kharen memilih duduk disamping Alen pesantren ini ternyata luas sampai sakit kakinya mengitari pesantren ini .
Ia melihat ke aula belakang yang tak jauh dari tempat dirinya duduk sekarang

"Itu pada ngapain mba? Rame rame gitu kek mau tawuran " ceplosnya melihat santri berlarian agar bisa mendapatkan barisan paling depan untuk setoran hafalan pada Gus nya .

Biasanya Gus Wafa dan ustad Adi yang bertugas untuk menyimak hafalan para santri namun kali ini sedikit spesial karena Gus alzam dan Gus Wafa yang akan menyimak hafalan mereka .

Di pesantren ini tidak mengharuskan setiap santrinya untuk hafalan Al Qur'an namun 75 persen santri disini memilih program hafalan Al Qur'an.

Berbeda dengan Alen, ia akan memilih setia jika sudah sepi karena menurutnya itu tidak akan menganggu konsentrasi nya .

"Itu mau setoran hafalan Al Qur'an" Alen ikut mengamati para santri yang masih berbondong bondong menuju aula belakang.  Jika para santri putra akan setoran hafalan di aula belakang, santri putri akan setoran hafalan di aula depan

Kharen hanya ber oh ria tidak berniat untuk beranjak dari situ , ia baru tau ternyata disini hawanya sejuk dan asri ada angsa juga yang sedang berendam di air kolam .

Di kota pemandangan seperti ini jarang ia dapatkan biasanya ia akan sekolah lalu pulangnya akan ke mall atau ke diskotik bersama teman temannya , ah ia merindukan semuanya .

" Mba ini boleh keluar nyari makan ga si ? " Tanya kharen tiba tiba pasalnya makanan di pesantren ini cukup terbatas dan dengan lauk seadanya mana bisa kharen bertahan dengan hal itu

" Boleh kalau makan biasanya santri diperbolehkan keluar tapi tetep dia area pesantren cuma 30 menit " Alen menjelaskannya

"Tapi berlaku untuk hari Sabtu malam Minggu aja " ia kembali melanjutkannya
Kebetulan sekali nanti malam adalah malam Minggu saatnya kharen bisa memakan makanan enak .

Dibalik Lencana Dan SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang