سبعة وثلاثون

670 17 1
                                    

Pagi ini Alen duduk di ruang tunggu rumah sakit, perasaan nya campur aduk. Mual-mualnya yang berkepanjangan membuatnya khawatir, terutama setelah dia baru sembuh dari tifus.

Mama yang sibuk mengajar di kampus dan Alzam yang selalu terjebak di kantor polisi membuatnya harus datang sendiri ke dokter.

Setelah menunggu lama, akhirnya nama Alen dipanggil. Dia memasuki ruangan dan terkejut melihat dokter yang berdiri di belakang meja.

"Jihan?" kata Alen, terheran-heran.

Dokter itu tersenyum lebar. "Alen! Lama nggak jumpa. Gimana kabar nya? "

Dokter itu mendekat ke arah alen dan memeluk perempuan dengan set abaya hitamnya

Jihan adalah kakak kelas Alen sewaktu kuliah. Mereka dulu sering kerja bareng, dan sekarang, mereka bertemu lagi dalam situasi yang tak terduga.

"Aku baik, cuma akhir-akhir ini mual terus. Nggak tahu kenapa," jawab Alen, masih kebingungan.

Jihan mengangguk. "Oke, ayo kita cek. Aku bakal pastiin semuanya."

Setelah pemeriksaan, Jihan kembali dengan hasilnya. "Alen, aku punya kabar bagus," katanya dengan senyum lebar.

Alen menatap Jihan dengan penuh rasa ingin tahu. "Apa kabar bagusnya?"

"Selamat, Alen. Kamu hamil!" kata Jihan, bersemangat.

Sejenak, Alen terdiam. "Hamil? Beneran, Jihan?" ulangnya, suaranya bergetar.

Jelas kaget siapa yang mengira ia hamil kemarin diperiksa oleh dokter penyakit nya hanya tifus saja tidak ketahuan jika ia sedang mengandung

Jihan mengangguk. "Iya, Alen. Kamu hamil. Usianya baru beberapa minggu, tapi semuanya oke. Kamu harus lebih jaga kesehatan dan rutin kontrol."

Air mata mulai mengalir di pipi Alen. Setelah penantian panjang, kabar ini seperti mimpi jadi kenyataan. Dia terisak pelan, menutupi mulutnya dengan tangan.

Jihan mendekati Alen, menepuk bahunya. "Aku tahu ini berita besar. Selamat, Alen. Kamu bakal jadi ibu yang hebat."

Alen mengangguk sambil terisak. "Makasih, Jihan. Aku seneng banget."

Setelah tenang sedikit, Jihan memberikan alat tes kehamilan (tespek) kepada Alen. "Ini buat memastikan sekali lagi. Kamu bisa cek di rumah."

Alen menerima tespek itu dengan tangan gemetar, berterima kasih kepada Jihan sebelum meninggalkan ruangan. Sesampainya di rumah, dia langsung menuju kamar mandi dan melakukan tes. Tak lama kemudian, dua garis merah muncul di tespek itu, mengonfirmasi kehamilannya

Tak hanya satu kali melakukan nya , Alen juga mencoba empat tespek dengan merek yang berbeda untuk memastikan nya lagi

Pantas saja akhir akhir ini dirinya lebih sensitif dan mual mual ternyata penyebab nya adalah bayi yang ia kandung

Ia akan menjadi seorang ibu , Alen sangat bahagia mengingat ini adalah kehamilan pertamanya dan cucu pertama di keluarga nya yang pasti di nanti nanti oleh semua orang

Dengan perasaan campur aduk, Alen memutuskan untuk kembali ke rumah sakit keesokan harinya untuk melakukan USG. Kali ini, dia bawa hasil tespek sebagai bukti tambahan.

Di ruang USG, Jihan kembali menyambutnya dengan senyum hangat. "Siap untuk melihat calon bayi?" tanyanya.

Alen mengangguk, merasa deg-degan.

Saat layar USG menampilkan gambar hitam putih, Jihan menunjuk satu titik kecil yang bergerak. "Itu dia, Alen. Bayi kecilmu."

Alen menangis lagi, air matanya jatuh tak tertahankan. "Aku... aku masih ga percaya. Akhirnya, aku hamil," bisiknya.

Dibalik Lencana Dan SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang