اربع وعشرون

389 10 0
                                    

Masih lengkap dengan mukena nya alen yang baru saja sholat berjamaah bersama suami nya dan murojaah bersama .
Cinta itu bagai segitiga dimana sisi kanan kiri itu keberadaan suami dan istri sedangkan sisi yang paling atas adalah Allah SWT semakin kita mendekatkan diri kepadanya cinta itu akan menjadi nikmat sekaligus ibadah

Perempuan itu membereskan perlengkapan sholat nya dan duduk di kasur ia sudah mengantuk saja malam ini padahal jarum jam masih menunjukkan pukul sembilan malam

Alzam ikut menyusul Alen merebahkan dirinya , ia tidur dengan paha Alen sebagai bantalannya karena posisi Alen yang masih duduk bersandar di tepi ranjang

Alen yang menyadarinya membelai lembut rambut hitam itu , " kak kamu kalau ngomong sama aku ga usah pake saya saya aku bukan junior kamu ya" omelnya tiada hari tanpa Omelan tapi jika Alen tidak mengomel dalam sehari saja rasanya di rumah ini ada yang kurang

" Iya insyaallah" alzam menikmati belaian lembut dari tangan istrinya , definisi rumah sebenarnya itu terletak pada Alen hidupnya sudah terkegabtungan dengannya

" Kira kira mochi nya kapan gol nya" tanyanya menghadap Alen , Alen memasang ekspresi bingung moci? Gol?

" Hah?" Alen bener benar tidak tau apa yang alzam maksud

Alzam mulai merubah gaya bahasanya sesuai permintaan istrinya , sepertinya selama ini terlalu berbicara formal seperti pada bawahannya di kantor

Cowok itu memeluk pinggang ramping Alen erat ia mendusel duselkan wajahnya pada perut cewek itu membuat perempuan itu terkekeh gelii karena ulahnya

" Ih geli tau" Alen tertawa

" Moci yang ada di perut kamu " ujarnya mengelus perut rata Alen yang tertutup piyama itu lembut

Alen diam , seberharap itu kah alzam menantikan buah hati mereka selama ini? Ia merasa bersalah
" Doain aja kalau udah rezeki ma ga akan kemana kak" balas nya membelai lembut rambut alzam

" Kamu pengen banget punya baby emang?" Alen memberanikan dirinya untuk bertanya

Alzam mendongak ia bertemu dengan netra coklat dari perempuan itu , " iya dari dulu banget aku pengen punya anak . Tapi aku ragu karena masih kaku dengan anak kecil, itu alasannya aku ga pernah nyentuh kamu "

Alen tersenyum kecut , kenapa alzam tidak memberitahu nya sebelum sebelumnya saja " kan masih ada waktu buat belajar , nanti jiwa jadi papa nya keluar sendiri kok"

" Maaf ya aku ga se sempurna yang kamu bayangin bahkan aku aja ga tau kalau kamu pengen cepet cepet punya baby" sesalnya menatap alzam sendu

Cowok itu lantas merubah posisinya menjadi duduk , " kalau kamu ga siap gapapa sayang. Aku ga bakal maksa kamu " ujarnya menenangkan

Alen menyeka air mata nya yang jatuh entah kenapa ia selalu menjadi cengeng ketika membahas tentang ini , " aku udah siap kok . Aku ga bakal pasang kb hanya karena aku mau ngelanjutin S2 "

" Aku ga mau egois kak selama ini kamu yang banyak ngalah , aku tetep bakal usaha supaya baby cepet ada di antara kita " balas Alen

Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri dengan bekal ilmu yang ia dapatkan dari orang orang sekitar ia sudah siap baik secara mental , ilmu, ekonomi dan fisik

Alzam mendekap tubuh mungil istrinya , ia mengelus punggungnya sayang " kamu memang terbaik, makasih udah mengusahakan semuanya untuk aku "

Alen menggeleng " justru aku yang makasih ke kamu aku juga minta maaf karena ga tau apa yang kamu inginkan selama ini "

Alzam kembali merengkuhnya kenapa tuhan bisa mengirimkan salah satu bidadari nya untuk menemaninya di dunia
" Ngga apa apa , jangan sedih lagi . Aku ikutan sedih kalau kamu sedih " ujarnya

Dibalik Lencana Dan SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang