خمسة

496 14 0
                                    

Alen membereskan mukena nya , ia dan Zena berniat untuk pergi ke kamar mandi setelah meletakkan mukenahnya di kamar . Mumpung masih sangat pagi , pasti kamar mandi tidak begitu ramai.

Belum saja mereka berniat pergi dari lingkungan sekitar masjid , sekarang pesantren Al Islam sudah dihebohkan dengan rumor salah satu santri kesurupan.

Zena menarik tangan Alen untuk menerobos kerumunan melihat apa yang sedang terjadi .

Alen berdecak , " Ya Allah mana masih pagi begini "

Kharen bersama salah satu santriwan menjadi pusat perhatian, entah siapa yang kesurupan atau dua- duanya yang kesurupan para santri yang menonton pun tidak tahu . Karena keduanya sama-sama bercosplay menjadi reog .

" Heh ren , kamu ngapain ya Allah " ucap Zena , tanpa rasa takut gadis itu mencoba menarik tangan Kharen yang sedang berjongkok memperhatikan sekitar .

Alen menepuk jidatnya pelan " Astaghfirullah hal adzim ".

Alen sudah pasrah melihat tingkah zena dan kharen . ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi beberapa menit lagi.

Zena ikut berjongkok dihadapan Kharen menangkup wajah gadis itu agar mau melihatnya, bukannya melihat dengan mata teduh kharen justru memelototi Zena membuat Zena tak segan segan melepas begitu saja tangannya dari wajah Kharen .

Kharen tiba – tiba saja tertawa " Cantik , Namanya siapa cantik ? " Tanya Kharen mulai mendekati Zena .

Zena yang sudah gemetar ketika dipanggil oleh Kharen lantas mengegakkan tubuhnya segera berlari ke arah Alen yang masih setia berdiri menonton aksi mereka .

" Cantik kok lari sih " Ujar Kharen , mulutnya tiba – tiba saja tertekuk kebawah , matanya sudah berkaca-kaca menandakan dia bisa menangis dalam hitungan detik.

" Gila , gue masih waras ya !" Sentaknya seraya berkacak pinggang

Kharen semakin mendekat ke arah Zena membuat Zena kembali memundurkan langkahnya, ia menyesali tindakannya tadi untuk menghampiri Kharen .

Santri – santri lainnya juga menatap Kharen ngeri , jarang- jarang ada yang kesurupan di pesantren ini , subuh- subuh lagi .

Para ustad dan ustadzah yang baru saja keluar dari masjid langsung lari terbirit-birit kala diberitahu penjaga keamanan pondok bahwa ada dua santri Al Islam yang sedang kesurupan.

Kharen tiba – tiba saja menggandeng tangan Zena , menariknya hingga ke tengah menjadi pusat perhatian pada santri . Zena berusaha memberontak tapi hasilnya nihil . Sepertinya setan yang sedang bersemayam dalam diri gadis itu terlalu kuat . Sehingga tenaganya tak cukup mengimbangi tenaga Kharen.

Kharen mencolek lembut dagu Zena , membuat Zena tambah panas dingin . Takut tiba-tiba dirinya juga ikut kesurupan. Tak sampai disitu santriwan yang juga kesurupan lantas mendekat ke arahnya membuat jantung Zena berdetak lebih cepat dari biasanya .

" Allahuakbar" 

Posisinya seperti dikepung para setan saat ini . Ingin membaca ayat kursi, tapi tiba tiba saja dirinya tidak hafal karena sangking paniknya .

Zena berusaha melepaskan cekalannya, namun Kharen semakin mempererat cekalannya ditambah kakinya yang sudah di gelendoti santriwan seperti anak durhaka yang ingin meminta maaf dari ibunya.

Tubuh Zena semakin menegang , sedangkan Alen ia ingin menolong tetapi nanti dirinya juga ikut terseret di tengah – tengah para setan itu.

" Ibu maafin Usman bu , Usman sudah berdosa " rengek sang santriwan di bawah kaki Zena , mengundang gelak tawa dari para santri yang ikut menyaksikan nya .

Dibalik Lencana Dan SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang