21

449 76 16
                                    


"YUKIIII BERHENTI!!!!" Teriak mami mengejar Yuki yang kabur karna takut saat akan dipasang jarum infus di tangan kirinya.

Sudah Yuki katakan sejak awal bukan, Yuki tidak mau dibawa kerumah sakit. Tapi kenapa saat ia membuka mata, dirinya sudah berada di rumah sakit. Dan yang lebih mengerikan lagi, para suster tengah bersiap memasang jarum infus ditangannya. Tanpa pikir panjang Yuki langsung berlari meninggalkan para suster dan keluarganya yang kaget sekaligus panik.

Mami, ummi, dan para suster tengah berlari mengejar Yuki melewati koridor rumah sakit. Karna terlalu paniknya, Yuki sampai bingung memilih jalan agar bisa keluar dari rumah sakit.

Nah! Itu dia!

"Yuki stop!! Jangan nekat Yuki!" Teriak mami terus mengejar Yuki yang berlari begitu cepat.

Tentu saja, Yukikan memang seorang atlet lari.

Merasa sedikit lelah, Yuki menghentikan langkah kakinya sembari menarik nafasnya dalam - dalam.

"Brenti disitu Yuki!" Teriak mami lagi membuat Yuki tersadar dan kembali berlari mendekati pintu keluar rumah sakit.

Sementara ummi yang sudah tak sanggup mengejar Yuki lebih memilih berhenti sembari mengatur nafasnya yang tersenggal akibat kelelahan. Ia tidak menyangka ternyata menantunya memang super sekali.

Yuki yang berhasil keluar dari rumah sakit langsung mengedarkan pandangannya mencari kendaraan apapun yang bisa membawanya pergi dari tempat horor ini.

Matanya berbinar saat mendapati tukang ojek yang baru saja menghantarkan pelanggannya. Dengan cepat Yuki langsung duduk di jok belakang kemudi.

"Mas cepetan jalan!" Perintah Yuki sembari menepuk bahu tukang ojek tersebut.

"Ha?" Bingung pria tersebut sembari menoleh ke arah Yuki.

"YUKI JANGAN KABUR!" Pekik mami membuat Yuki kembali panik.

"Mas cepetan ngebut, tolongin saya mas! Saya mau diculik!" Panik Yuki terus menepuk bahu pria tersebut membuat tukang ojek tersebut terkejut dan langsung menjalankan motornya.

******

Selesai muroja'ah hafalannya bersama ustadz Syam, Alwi hendak menuju belakang gedung asramanya bersama dengan Joko dan Ilham untuk mengambil jemurannya yang sepertinya sudah kering. Meski Alwi terbiasa hidup berkecukupan dan jarang melakukan aktivitas berat dirumah, namun disini Alwi memang harus dituntut untuk mandiri. Mencuci bajunya sendiri misalnya. Hal ini sudah biasa baginya, bahkan terkadang Alwi juga mencuci pakaian temannya yang sedang sakit. Dan sebaliknya, jika Alwi sakit, temannya juga akan membantu Alwi untuk mencuci pakaiannya.

Tak hanya itu, bahkan mencuci piring, menyapu dan mengepel kamar di asramanya serta menyetrikapun ia lakukan sendiri. Dan masih banyak lagi yang harus dilakukan sebagai seorang santri yang tengah berlajar mandiri.

"Sssst Al!" Bisik Aziz yang tiba - tiba datang tergesa - gesa mendekati Alwi sontak saja membuatnya menoleh.

"Dapet salam dari sepupuku, Khanza." Ucapnya Cengenges membuat Alwi tersenyum.

"Alaika wa'alaihimmussalam warrahmahtullahi wabarakatuh." Jawab Alwi lalu kembali menarik pakaiannya.

"Lah udah gitu doang?" Kaget Aziz tak percaya.

"Yakan emang begitu jawabannya Ziz, emang kamu maunya aku jawab apa?" Tenang Alwi hendak kembali ke asramanya.

Sementara Joko dan Ilham hanya terkikik geli melihatnya.

"Ya tambahin salam balik keg apakeg." Contoh Aziz membuat Alwi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Yaudah.... Salam balik buat keluarga Khanza ya."

Married a Junior (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang