Bab 3

1.3K 85 4
                                    

Happy reading.

°°°

Malam kini semakin larut, suara suara dari hewan malam pun terdengar dengan suara hujan tanpa guntur terdengar menenangkan. Di dalam sebuah kamar dengan nuansa yang hampir semua tentang permen itu terlihat seorang gadis yang masih berkutat dengan laptopnya.

Dengan baju tidur permen serta bantal permennya, kini queen of permen itu sedang melakukan live di salah satu akun media sosialnya.

"Siapa pun yang mengirim ini terima kasih, queen sayang kalian muach," ucapnya sambil memperlihatkan sebuah buket berwarna biru dengan isian berbagai permen serta coklat.

"Wangi lagi buketnya, hehe. Kalau yang ngirim cogan, kumpul yuk. Mau queen jadikan seorang panglima hahaha."

Mata yang sudah sedikit menyipit tanda mengantuk itu melihat komentar yang menarik menurutnya, "gak usah sok gaya, tidur. Anak didik saya tidak tidur tengah malam."

Mukanya seketika menjadi jahil, "Cie, kiw kiw. Sejak kapan bapak tau Ig saya, stalking ya pak."

Sedangkan di lain tempat Arsen mengutuk dirinya sendiri, tadinya dia hanya ingin mencari cari informasi tentang muridnya itu. Saat melihat salah satu akun media sosialnya, dia tak sengaja bergabung dengan live lalu tangan licinnya itu memberi komentar tanpa berfikir.

"Cih, anak didik saya tidak ada yang percaya dirinya sebesar kepedean kamu," ucapnya sambil mengetikkan ucapannya di kolom komentar.

Azila menahan tawanya dengan menutup mukanya memakai buket yang dipegang ya itu, "Ya terus pak, ngapain kepsek kayak bapak ikut live muridnya. Pertama kali loh, pak. Anak cantik memang selalu beruntung, ngaku aja pak. Kalau nggak nanti saya palak permen bapak."

"Iya, permen masa depan nya juga boleh. Haha, bercanda bercanda," ucapnya ketika membaca komentar di live nya.

Terlihat muka Arsen memerah dengan mata yang melotot, "tunggu hukuman kamu!"

Arsen mendengus kesal setelah mengirim komentarnya, badan besarnya di baringkan di kasurnya. Tak lama ketukan terdengar di pintu kamarnya.

"Masuk," ucap Arsen.

Seorang lelaki dengan umur kisaran di bawah dua puluh lima tahun itu masuk lalu menundukkan kepalanya, "Berkas yang tuan minta sudah saya simpan di ruang kerja bawah tuan."

"Hm, terima kasih. Kau boleh pulang," ucap Arsen tanpa minat bahkan melirik saja tidak.

"Baik tuan."

Pintu kembali tertutup, Arsen menghela nafasnya kasar kala tubuhnya rasanya tidak bisa istirahat walau dua jam saja. Dan itu karena ayahnya yang sudah merasa pensiun dengan pekerjaan kantor dan di limpahkan lah semua kepada dirinya.

"Gara gara ayah. Ngapain juga pensiun pensiun segala, bilang aja mau bulan madu," ucap Arsen kesal setelah mengingat kedua orang tuanya itu sudah hampir setahun pergi keluar negeri tanpa mengajaknya.

"Ah, aku lupa. Apa yang harus aku lakukan pada gadis aneh itu?" Semenit dia berfikir akhirnya ide yang sangat brilian muncul dengan lampu emasnya.

Matanya beredar melihat kamarnya yang sangat luas, "Ini pasti akan sangat berguna."

Berbeda dengan Azila yang berbaring dengan mengemut permennya, setelah melihat komentar kepala sekolahnya tadi. Langsung saja dia akhiri acara live nya.

"Kira kira, ucapan si kepsek bener gak ya? Males banget gue dihukum, lagian gue gak salah kan? Ngapain juga gue dihukum, aneh."

~o0o~

Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang