Bab 14

729 50 14
                                    

Hai, happy weekend semuanya. Bagaimana minggu kali ini? Produktif or not?

So, kita kembali lagi dengan Azila dan Arsen. Jika ada typo, tandai ya!

Happy Reading 🕊


°°°


Abi kini duduk berdua dengan Azila di kantin, mereka tadi kebetulan bertemu. Karena ini masih pagi dan Azila belum sarapan, jadi dia mengajak Abi untuk sarapan bersama.

"Abi," panggil Azila sambil terus memandang Abi yang fokus dengan handphone nya.

"Hm, kenapa?" tanya Abi tanpa menatap Azila.

Azila mengetuk ngetuk jarinya di meja sambil berfikir, "Lo umur berapa?"

Abi menyimpan handphone nya di saku bajunya lalu menatap Azila, "Kenapa nanya gitu, ya menurut lo. Anak SMA umur berapa?"

"Kok malah nanya balik, tapi nih ya. Eh makasih bi," ucap Azila terhenti kala ibu kantin mengantarkan pesanannya.

"Sruuup, ah," Azila menyeruput susu hangatnya dengan nikmat, sedangkan Abi meminum es tehnya dengan menatap Azila heran.

"Gue tahu muka lo tuh muda banget kek, tau kan. Umur tua, tapi tidak dengan tubuhnya. Ya, kira kira kayaknya lo gak umur belasan deh. Soalnya, entah kenapa. Tapi feeling gue selalu bener loh," ucap Azila lalu melahap nasi gorengnya dengan tak santai.

"Pelan pelan aja," ucap Abi sambil menahan tangan Azila yang akan menyuapkan nasi, bukannya apa. Tapi, lihatlah kawan. Pipi Azila sudah menggembung tanda tak ada ruang kosong, tapi Azila ingin menyuap lagi. Huh, bisa meluber ntar.

"Huhu," Azila cengengesan dengan mulut tertutup.

"Dan menurut lo, jadi...gue umur berapa kalau bukan belasan?" tanya Abi.

Azila menelan nasi yang dikunyahnya, "Karena gue tuh orangnya pintar dan jawaban gue tak pernah melesat, dua tujuh kan."

Abi tersenyum kecil lalu mengacak acak rambut Azila gemas, "Tujuh belas. Salah."

"Ih, mana ada gue salah. Bohong kali lo, pasti umur lo dua tujuh kan!" kekeh Azila.

"Tujuh belas, gue masih muda," bantah Abi.

Azila menggelengkan kepalanya ribut, "Nggak, gue yakin pasti dua tujuh. Pokoknya bener!"

"Yaudah iya, dua tujuh. Tua banget gue," ucap Abi di akhiri gumaman.

"Heum bagus, kan gue bilang apa. Gue selalu benar," Abi memutar bola matanya malas lalu meneguk es teh nya. Tapi belum sampai tuh es teh masuk tenggorokan, ucapan Azila membuatnya terbatuk.

"Berarti gue harus panggil lo om dong!" ucap Azila dengan riangnya.

"Uhuk uhuk," Abi mengambil tisu yang berada di meja lalu mengelap bibirnya yang basah sambil menatap Azila terkejut.

"Jangan gitu juga," kesal Abi.

"Nggak nggak, kan lo lebih tua. Jadi harus hormat kepada yang lebih tua," ucap Azila diakhiri tangan kanan nya yang kini hormat kepada Abi.

"Hadeuh," Abi menggeleng tak percaya.

"Kalau gitu," ucapan Azila terhenti karena sang empunya terdiam sambil tersenyum menatap Abi yang kini mulai merasakan hawa tidak enak.

"OM MINTA PERMEN DONG OM! OM OM KAN SUKA KAYA, JADI PERMENNYA BANYAK DONG! BAGI DONG! BAGI!" pekik Azila dengan girangnya sambil menggoyang goyangkan lengan Abi.

"Aduh aduh, buset Zil. Lo pegang tangan gue atau remes tangan gue!" ucap Abi sambil meringis karena Azila memegang lengan Abi kencang.

"Om bagi permen dong om!" rengek Azila dengan nge gas.

Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang