Bab 22

590 34 23
                                    

Hai kaum permen!

Akhirnya author bisa update lagi, kangen banget sama kalian. Tapi, ntah kalian kangen apa nggak sama author beserta rakyat fiksi author.

So, gak usah lama lama.

Jika ada typo, tandai ya 👍

Happy reading 💅

°°°

Suara tangisan terdengar di sebuah ruang keluarga, terlihat sepasang kekasih tengah duduk saling menyandarkan kepalanya dengan air mata yang mengalir deras.

Lebih tepatnya, hanya wanitanya saja yang menangis tersedu sedu.

"Hiks hiks. Huaaa, ayah!" teriaknya sambil menangis.

Sroot.

Entah sudah berapa lembar tisu yang dipakainya untuk mengusap air mata serta cairan hijau yang keluar dari hidungnya.

"Lebay kamu," ucap lelaki di sampingnya sambil mendongakkan kepalanya berharap air matanya kembali masuk pada tempatnya.

Wanita itu langsung terduduk tegak sambil melihat lelaki di sampingnya, "Lebay lebay! Sedih tau! Nangis nangis aja! Gak usah ditahan!"

"Apaan. Siapa yang mau nangis?" elak lelaki tersebut sambil mengedip ngedipkan matanya dengan bola mata keatas menahan air mata.

Wanita itu terkekeh lalu memeluk kekasihnya sambil menepuk nepuk punggungnya, "Udah pak hiks. Nangis ya nangis aja, gak usah ditahan. Entar jadi batu mata kan gak lucu."

Lelaki itu mengangguk, lalu sedetik kemudian air matanya mengalir dengan deras tak lupa isakan kecil terdengar pilu, "Hiks hiks. Huaaa, sedih banget yang hiks hiks."

"Ya kan aku bilang apa! Film nya sedih huhu, jadi kangen ayah," ucap wanita itu.

Lelaki itu mengangguk setuju, lalu tanpa di duga.

Srot.

"Ih jorok!" ucap wanita itu saat kekasihnya membersihkan ingus saat memeluknya.

"Gak bisa ditahan baby," ucapnya lalu terkekeh pelan.

"Ah udah ah! Penghancur suasana! Sana hus hus," ucapnya lalu pergi menuju dapur setelah mendorong dorong kekasihnya dengan kencang.

"Sayang, mau kemana?" tanyanya sambil berteriak.

"Mau bantuin si ayah!"

"Aku ikut!" teriak lelaki itu lalu berjalan dengan cepat menyusul kekasihnya, tetapi sebelum itu dia mematikan film yang ditayangkan di televisi berbayar privasi nya, Miracle In Cell no.7.

"Nanti kalau punya anak. Kamu harus kayak ayah tadi, sayang anak melebihi sayang kepada diri sendiri. Jangan mau nya aja, nanti harus bisa ngurus, ngebimbing, pokoknya cinta anak istri. Titik."

" Iya iya sayang."

"Jangan iya iya aja. Ngerti gak?"

"Ngerti Azila ku, ratuku, cintaku, baby ku."

"Alay!"

Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang