Hai, kembali lagi dengan aacici di cerita yang baru.Mari ikuti kisah Azila serta Arsen sampai selesai.
Happy reading semua.
°°°
Suasana di kantin memang tak pernah sepi, entah saat jam pelajaran ataupun saat istirahat. Di meja samping jalan masuk kantin terlihat kelompok remaja yang sedang asik bermain kartu uno. Suara tawa serta kesal karena kartu bertambah membuat suasana di meja tersebut tampak ramai, padahal hanya ada empat orang yang duduk saling berhadapan dengan piring serta gelas kotor yang sudah kosong itu di tumpukkan di samping.
“Yak! sialan lo! awas aja gue double kill lo!” teriak Azila saat Joshua mengeluarkan kartu tambah empat.
“Ye, gue gak salah lah, kartu gue cuman itu doang,” bantah Joshua.
Azila mendengus tak suka lalu menatap Ayla dengan tatapan permohonannya, Ayla yang seolah peka menyembunyikan kartu nya, “Nggak, gue cuman ada satu.”
“Pelit,” cibir Azila.
“Lagian main uno mana ada tukar tukar kartu,” ucap Airin lalu dengan senyum manisnya mengeluarkan kartu terakhirnya, “Uno!”
“Haish,” Ayla mendesah kesal.
“Kenapa lo menang mulu sih?” tanya Azila dengan kesalnya lalu menyimpan kartunya begitu saja, dengan cepat tangannya mengambil sebuah permen gagang yang baru saja dibelinya.
“Permen mulu lo, sakit gigi mampus,” cibir Joshua sambil mengumpulkan kembali kartu uno nya sebelum ketahuan dengan guru guru.
Plop.
Suara itu terdengar saat Azila mengeluarkan permen dari mulutnya, “Gue gak bisa hidup tanpa permen,” ucapnya santai.
“Lagian ya, hidup itu perlu yang manis manis biar kayak pelangi warna warni gak hitam putih. Monokrom, dark. kek, aduh hidup tuh harus dinikmati dengan sebaik mungkin lah,” ucapnya sambil menggoyang goyangkan permennya.
“Iya iya, tapi itu please. Hujan itu permen lo,” ucap Ayla yang duduk di sampingnya sambil mengusap tangannya yang terkena percikan hujan di permen Azila.
Azila terkekeh lalu melahap permennya kembali, “Maaf maaf, hehe.”
“Bicara soal permen, ngomong ngomong. Permen yang tadi pagi lo dapat di mana?” tanya Airin.
“Gue dapet dari kepsek,” jawab Azila, Joshua duduk kembali setelah membeli air dan coklat untuk Ayla, “Gue yakin lo nyolong.”
“Lebih tepatnya, gue mulung. Hehe, lagian itu bukan salah gue sih. Salah si kepseknya saja yang buang buang permen di jalan,” bela Azila dengan santainya, sedangkan Joshua memutar bola matanya malas merasa tak percaya dengan Azila.
Bel pulang sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, sekolah hampir kosong karena saat ini jarum jam sudah menunjukan pukul lima kurang sepuluh menit. Mungkin hanya ada staf TU, sedikit guru, pembimbing ekskul dan juga satpam serta yang ekskul dan anggota osis. Tapi entah ada apa dengan gadis penyuka permen ini yang masih anteng duduk di kursi depan pos satpam sambil mengemut permen lolipopnya yang baru saja dibeli di minimarket depan sekolah.
“Kenapa belum pulang neng?” tanya pak satpam yang sedang duduk di kursi samping gerbang.
“Males pak,” jawab Azila, lalu kembali fokus memakan lolipopnya yang warnanya sudah bercampur.
“Lah si neng mah aneh, yang lain pulang sekolah langsung minggat. Lah ini? betah amat neng,” ucap pak satpam itu yang ternyata bernama Ubim.
“Bukannya betah pak, tapi saya lagi makan permen gak bisa di ganggu. Ntar kenikmatannya berkurang,” sahut Azila yang hanya dibalas gelengan kepala oleh pak satpam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)
Fiksi Remaja"Kalau kamu suka yang manis manis, kenapa gak mau saya bucinin? bucin saya manis loh." Plop. Permen yang di emut olehnya keluar dengan kasar, "Mohon maaf pak, jika dibandingkan dengan permen saya yang harganya satu juta dolar alias gopean. Permen sa...