Bab 10

833 55 4
                                    

Hai, malam semuanya. Besok hari Jumat nih, semoga mendapatkan berkah ya.

Hari ini double up, karena part selanjutnya sesuai target, yeyyy! Terima kasih.

Tandai bila ada typo✍️, terima kasih
Happy reading.

°°°

Azila berjalan sambil menengok ke kanan dan ke kiri, tadi siang Arsen mengabarinya lewat pesan untuk membantunya mengemasi pakaiannya yang akan dibawa untuk dinas kerja. Tentunya untuk seorang Azila yang tidak mau melakukan sesuatu secara gratis , pasti ada imbalan yang kali ini tidak murah seperti waktu itu yang hanya setoples permen yang harganya satu juta tiga ratus.

"Non."

"Huaaah! setan setan, ih bapak. Ya Allah pak, kaget saya," ucap Azila sambil mengelus dadanya dramatis.

Sedangkan bodyguard yang tadi memanggil Azila itu memasang wajah datar, "Non yang tuan muda suruh kan?"

"Iya pak, kan bapak tadi liat saya masuk. Gimana sih," ucap Azila.

"Bapak cuman memastikan non, lagian. Non ngapain jalannya kayak maling gitu?" tanyanya sambil menatap Azila heran.

Azila berdiri tegak dengan alis yang hampir menyatu, "Ntar kalau gini, ketahuan pak."

"Lah, ketahuan siapa non? kan udah di kasih ijin sama tuan," ucapannya heran dengan tingkah Azila yang diluar batas orang normal.

"Lah iya ya! Salah bapak sih ini, jadikan badan saya sakit bungkuk bungkuk. Udah ah pak, saya mau ke atas dulu," ucapnya lalu berjalan dengan santai dan sedikit angkuh seolah dialah tuan rumahnya.

"Aneh banget remaja sekarang. terlalu banyak main hp nih pasti," ucapnya lalu berjalan kembali ke depan rumah.

Wangi yang maskulin, menenangkan, dan juga menantang adalah hal yang pertama kali Azila dapatkan di walk in closet kamar Arsen. Kedua kalinya kesini, tidak ada yang berubah. Azila mengambil sebuah koper hitam yang berada di samping lemari kaca lalu membukanya dan segera memasukan baju baju Arsen sesuai yang ada pada list yang diberikan Arsen.

"Gue kok kesannya kayak istri yang lagi nyiapin suami dinas," gumam Azila sambil melipat kemeja Arsen lalu memasukannya kedalam koper.

"Masa iya gue harus liat celana dalamnya juga? Gak tau malu banget si bapak, yang kayak ginian aja di list. Eh tapi, serem juga kalo nanti si bapak gak pake, nanti tuing tuing lagi," ucapnya, lalu jari jari lentiknya itu mengetikkan sesuatu di dalam handphonenya.

Drrt drrt...

"Halo," sapa Azila saat sambungan telepon terhubung.

"Apa apaan pertanyaan kamu itu, bawa dus hitam kecil yang ada di laci bawah. jangan lihat isinya! jangan lihat juga bagian depannya! bawa nya sambil merem! awas aja kalau lihat, mata kamu saya lubangin!"

Tut..tut..tut..tut...

"Yaelah kenapa harus marah marha juga sih. Situ yang nyuruh, situ juga yang larang. Eh tapi, gue juga kan yang mau, hehehe."

Azila memperhatikan kembali pesan yang dikirimnya kepada Arsen, "Lagian, pesan yang gue kirim gak salah kok."

Iya sih gak salah, cuman. Isinya itu loh, 'Pak. boleh gak saya liat celana dalam bapak?'

"Ah, normal kok. Dasar kepsek gak jelas!" ucapnya sambil menyimpan handphonenya dengan kasar.

Setelah itu Azila bolak balik memasukan barang yang Arsen butuhkan ke dalam koper dengan rapi, baju di bagian kanan dan peralatan lainnya di bagian kiri.

"Sip. Absen dulu!" serunya sambil membuka list yang dikirim oleh Arsen.

"Baju formal cek, baju santai cek, peralatan mandi cek, sepatu formal cek, obat obatan cek, Dalaman rahasia cekapaan ini" tanyanya saat menyadari suatu kalimat yang berada paling bawah.

Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang