Happy reading.Bagikan komentar dan juga bintangnya!
saran dan kritiknya juga boleh, kalau masih ada typo atau kata kata yang menurut kalian gak nyaman, tandai aja ya.
°°°
Azila duduk di meja nya dengan menopang dagunya oleh sebelah tangannya, tatapannya kosong menatap ke depan papan tulis yang kini sedikit demi sedikit penuh oleh tulisan guru.
Trak.
"Aws," ringis Azila saat merasakan sebuah spidol jatuh dengan kerasnya di atas jidatnya.
"Melamun terus kau Azila! Perhatikan bapak di depan! Lah kalau situ pinter bapak bodo amat mau memperhatikan atau tidak, tapi kan. Situ tidak pintar," ucap seorang guru matematika yang bernama pak Bronto itu.
"Bosan pak, saya bukannya gak pintar. Tapi kurang encer aja otaknya," ucap Azila sambil mengelus jidatnya yang kini dia yakin akan memerah.
Pak Bronto berdecak pinggang lalu menunjuk Azila dengan spidolnya, "Kau, pindah ke depan. Duduk di teras, perhatikan bapak! Jika hari ini kau tidak paham apa yang bapak ajarkan, nilaimu akan bapak buat C! Mengerti!"
Azila dengan malas beranjak dari duduknya lalu mengambil buku serta pulpen nya, kini dia sudah duduk di depan papan tulis.
"Kau perhatikan! Jangan melamun lagi kau! Ingat, nilai C!" ucap pak Bronto dengan nada khasnya.
"Ya ya ya," ucap Azila malas.
Jika siswa bisa menilai guru terfavorite, maka dia akan memberikan nilai nol kepada pak Bronto dan min satu pada pak Subur. Sumpah tak kewer kewer, jika diajarkan dengan pak Bronto dan pak Subur. Dia gak akan ngerti, bawaannya malas, lemah, letih, lesu, lunglai.
"Apaan sih, ini pelajaran gak ada kerjaan nya banget. Penyelesaiannya sampe anak incu buyut cicit, padahal kalau di kali, kurang, tambah, bagi juga ketemu jawabannya," dumel Azila sambil mencoret coret bukunya.
Suasana kantin kelas dua belas terlihat sepi, ketiga sekawan itu duduk di hadapan Azila dengan menatapnya bertanya tanya. Aneh untuk mereka jika melihat Azila yang hanya diam saja seperti ini.
"Lo sehat Zil?" tanya Airin.
"Lo gak kemasukan kan?" Kali ini pertanyaan tak masuk akal dari Joshua.
"Atau, lo lagi banyak pikiran Zil?" Ayla kini bertanya dengan pelan.
"Gue baik, tapi. Nilai matematika gue yang gak baik!" ucap Azila dengan pekikan di akhir.
"Oalah kirain apa," ucap mereka bertiga bersamaan, sudah biasa bagi mereka jika Azila akan mengeluh tentang nilai Fisika dan Matematika nya.
"Lo pada gak kasian sama gue gitu? gak mau bantu gue? santai amat sih lo pada! huaaa, kalau gini. Gimana gue bisa masuk UI!" pekik Azila dengan menghentak hentakkan kakinya kesal.
"Pfft, hahahaha. Lo itu bodoh, mana bisa masuk UI!" ucap seorang perempuan di samping meja Azila.
Seketika mereka berempat menoleh dengan serentak, "Selesa!"
Orang yang dipanggil itu tersenyum sombong yang memang khasnya, dengan rambut berwarna ungu pastel dan jepit rambut strawberry shortcake yang selalu berada di atas kepalanya, "Kenapa? Kangen lo pada?"
Azila dan tiga sekawan nya dengan cepat pindah ke meja Selesa, lalu...Plak!
"Anjir sakit setan!" pekiknya saat Azila dengan santai memukul kepalanya lalu memeluknya dengan erat.
"Huhuhu, my Selesa. You datang when? kok gak ada informasi yang datang ke gue sih! jahat lo!" Azila melepas pelukannya lalu melipat kedua tangannya dengan muka cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)
Ficção Adolescente"Kalau kamu suka yang manis manis, kenapa gak mau saya bucinin? bucin saya manis loh." Plop. Permen yang di emut olehnya keluar dengan kasar, "Mohon maaf pak, jika dibandingkan dengan permen saya yang harganya satu juta dolar alias gopean. Permen sa...