Bab 4

1.1K 73 1
                                    


Happy reading.

°°°







Azila duduk dengan bosan sambil menatap Arsen yang masih belum selesai juga mengerjakan tugasnya, entah berapa kali dia menghembuskan nafas kasarnya.

"Pak! Saya lapar nih. Kasih makan kek," ucap Azila dengan kesal.

Arsen menatap Azila sekilas, terlihat Azila dengan muka yang memprihatinkan sambil mengusap usap perutnya, "Apa bayi kamu meminta makan lagi?"

"Itu tau, kasian pak bayi saya. Nanti kalau mati, siapa yang mau bikin sama saya lagi pak? Bayi saya limited edition soalnya," ucap Azila ngawur.

Arsen menopang dagunya dengan sebelah tangannya sambil menatap Azila yang duduk di sofa depan meja kerjanya, "Emang kamu bikinnya sama siapa? Heran deh, ada gitu yang mau sama kamu?"

Azila mencibik kesal, "Gini gini, saya pemikat cogan no satu pak. Bapak bayi saya aja raja permen."

Arsen terlihat tertawa ringan, "Mana coba saya pengen lihat bapaknya."

"Nanti ya pa, soalnya bapaknya ada di kamar saya. Masa iya saya bawa bawa, berat pak," ucap Azila.

Arsen menggelengkan kepalanya, heran dengan tingkah aneh Azila. Kaki panjang dan kekar itu berjalan menghampiri Azila lalu duduk di depannya dengan membawa tab yang selalu ada di tas laptop nya, "Nih, mau makan apa?"

Azila tersenyum lebar lalu dengan cepat merebut tab yang berada di tangan Arsen, "Bapak yang bayar kan?" tanyanya memastikan.

"Iya," ucap Arsen dengan malasnya, pasti muridnya ini memesan banyak makanan. Terbukti dengan mukanya yang antusias serta jari jarinya yang bergerak lincah di layar tab.

"Pesankan saya Americano, " ucap Arsen lalu duduk kembali di kursinya.

Azila mengangguk sambil mengangkat jari berbentuk oke, beberapa menit kemudian terlihat seorang satpam masuk dengan membawa beberapa kantong dengan nota pesanan.

"Pesanannya sudah datang pak, dan ini notanya," ucap pak satpam.

"Hm, terima kasih. Simpan di meja itu, dan ini uangnya," ucap Arsen sambil memberikan uang yang sudah dia siapkan lalu mengambil nota pesanan.

Pak satpam pun keluar setelah menyimpan pesanan makanan itu di meja depan Azila yang ternyata tertidur, Arsen berdiri di depan Azila yang tertidur nyenyak.

"Apa sebegitu laparnya kah? Sampai sampai tertidur," ucap Arsen.

Arsen terlihat berpikir sambil melihat rak buku yang menempel dengan dinding, dengan yakin Arsen menggendong Azila ala bridal style lalu menuju rak buku itu. Tangannya menggeserkan rak buku yang ringan itu, terlihat sebuah pintu seperti tembok dengan kunci sandi di gagangnya.

Tit tit tit.

Cklek.

Pintu terbuka sendirinya saat sandi berhasil terbuka, Arsen segera masuk lalu membaringkan Azila di kasur yang berada di dalam ruangan itu. Arsen menyelimuti kaki Azila yang terekspos lalu menyalakan AC dan cctv yang tersambung langsung dengan handphonenya.

"Sehat sehat bayi permen," ucapnya sambil menepuk nepuk lengan Azila yang berada di depan perutnya.

Kaki panjang itu berjalan keluar mengambil pesanan Azila lalu menyimpannya diruangan yang Azila tiduri, dengan cepat Arsen menutup ruangan itu kembali saat mendengar ketukan pintu.

"Masuk," ucap Arsen.

Terlihat pintu terbuka, lalu masuklah pak Subur dengan gayanya yang khas itu, "Permisi pak, apa murid saya tadi ada disini?"

"Murid siapa pak?" tanya Arsen.

"Ah, anak kelas saya pak. Azila namanya, yang waktu itu saya titipkan map," ucap pak Subur.

"Iya, tadi dia saya suruh kemari. Tapi, sudah dari tadi dia pergi ke kelasnya pak," ucap Arsen dengan alibinya.

Pak Subur terlihat bingung, "Tapi di kelas tidak ada pak, apa dia bolos ya? awas saja kalau bolos lagi, nanti tak hih," ucapnya di akhiri gumaman.

Arsen tersenyum manis, "Sudah pak, nanti saya kasih tau bapak kalau saya bertemu Azila."

"A, b-baik pak. Kalau begitu, saya permisi pak," ucapnya dengan nada kaget takut Arsen mendengar ucapannya lalu berjalan meninggalkan ruangan Arsen.

~o0o~

Azila mengerjap ngerjapkan matanya dengan pelan, bola matanya mengedar melihat sekeliling yang terasa asing. Tak lama suara perut yang meminta asupan gizi itu terdengar.

Azila segera duduk dari tidurnya, matanya berbinar saat melihat pesanan makanannya ada di meja depan ranjang. Dengan cepat Azila duduk di bawah lalu membuka pesanan itu, terlihat beberapa makanan cepat saji dengan satu botol soda dan air putih.

"Eum enak enak," ucapnya dengan kepala yang mengangguk angguk.

"Eh, ngomong ngomong. Gue dimana? Kemana bapak permen?" tanyanya sambil sesekali menggigit paha ayam yang dipesannya.

"Pak! Bapak! Kepsek woy! Denger saya gak? Ini saya dimana? Ruangan kok gak ada pintunya! Gimana masuknya? Nembus?" ucap Azila dengan sedikit keras.

Sedangkan di tempat kerjanya itu Arsen menatap malas layar handphonenya yang terlihat Azila duduk santai sambil makan dengan berkoar koar.

Azila fokus memakan dimsumnya tanpa sadar pintu terbuka dan saat ini, Arsen berdiri di sampingnya, "Habiskan makananmu lalu kembali ke kelas."

Azila mendongak menatap Arsen dengan mata yang menyipit lalu menggigit paha ayam itu dengan tak santai, "Malas pak, enakkan disini."

"Ada empat jam pelajaran wajib, kamu harus ikut. Kembali ke kelas setelah selesai," ucap Arsen mutlak.

Azila mencibik lalu makan dengan terburu buru, beberapa menit kemudian wadah wadah plastik yang penuh dengan makanan itu habis. Azila berdiri sambil membuka kaleng soda nya, lalu berdiri menghadap Arsen.

"Ini ruangan apa pak?" tanyanya dengan pandangan yang melihat ke sekelilingnya.

"Kamu tidak usah tahu, cepat masuk ke kelas," ucap Arsen lalu dengan segera membersihkan sampah bekas Azila dan membawanya keluar dengan tangan satunya menyeret lengan Azila.

"Wah! Pintu Doraemon ya pak?" tanya Azila dengan takjubnya kala mereka berdua keluar dari tembok yang ternyata berada di belakang rak buku.

"Bukan," jawab Arsen lalu kembali duduk di kursinya setelah membuang sampah keluar.

"Lalu pintu apa pak?" tanyanya dengan wajah penuh bertanya tanya.

"Pintu neraka, banyak tanya. Udah, sana ke kelas," ucap Arsen sambil menggerak gerakkan tangannya seolah mengusir.

"Tapi saya masih pengen disini pak? Jam satu pelajaran pak subur pak, malas saya," ucap Azila sambil berjalan menghampiri Arsen sambil mengambil kursi di depan meja Arsen.

Azila menggeser kursi yang ditempati Arsen dengan susah payah, lalu menyimpan kursinya agar bisa duduk di samping Arsen sambil senyum senyum tak jelas. Sedangkan Arsen hanya membiarkan saja Azila lalu kembali fokus dengan laptopnya.

"Pak, mau permen," ucap Azila yang entah meminta atau memberitahu karena Azila sudah membawa dengan santainya.

"Seharusnya, meminta izin terlebih dahulu lalu mengambilnya," ucap Arsen sinis.

"Begitu ya pak," ucap Azila sambil duduk menyamping menatap Arsen dengan muka yang menjengkelkan.

"Terserah," pasrah Arsen sedangkan Azila mengangkat bahunya acuh lalu memakan permennya ah salah maksudnya permen Arsen dengan riangnya. Memang, tak tahu malu.











°°°

Hai, terima kasih yang sudah membaca. Jangan lupa vote dan komentarnya.

Sweet Like Candy (On Going Lagi Ya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang