Bab 44

6.9K 523 4
                                    

WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN
BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT

HAPPY READING
like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬
Sorry for typo
Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧

BAB GAk JELAS !!

Setelah dua minggu tinggal di kediaman orang tuanya, akhirnya Jevan membawa Gisel dan Vano pindah ke rumah baru mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dua minggu tinggal di kediaman orang tuanya, akhirnya Jevan membawa Gisel dan Vano pindah ke rumah baru mereka. Rumah itu telah lama mereka rencanakan bersama, dan kini setelah selesai direnovasi, tempat itu tampak sempurna—lebih dari sekadar bangunan, tapi rumah yang nyaman untuk mereka mulai menjalani hari-hari sebagai keluarga kecil.

Ketika mobil mereka berhenti di halaman depan, Gisel memandang rumah itu dengan mata berbinar. Rumah yang asri dengan taman kecil di depannya, dikelilingi pepohonan rindang dan bunga warna-warni yang mulai bermekaran, memberikan suasana yang hangat dan menenangkan. Sebuah tempat yang seolah dirancang khusus untuk menyambut kebahagiaan mereka bertiga.

Jevan membuka pintu mobil dan menggendong Vano yang tertidur pulas, wajahnya tenang di pelukan ayahnya. Gisel melangkah ke depan rumah, menikmati hembusan angin yang segar. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya, membayangkan Vano yang kelak bisa bermain bebas di halaman, tumbuh dikelilingi alam yang asri.

Mereka memasuki rumah itu perlahan, dan Gisel langsung terkesima. Ruangan yang luas dengan pencahayaan alami memenuhi ruang tamu, membuatnya terasa hangat dan ramah. Dinding-dinding berwarna lembut, dengan beberapa perabotan sederhana namun elegan, menciptakan suasana yang nyaman. Ia bisa membayangkan bagaimana rumah ini akan dipenuhi tawa Vano, dan juga momen-momen kecil mereka sebagai keluarga.

Jevan tersenyum lembut saat melihat ekspresi bahagia di wajah Gisel. Ia tahu, apartemen lamanya mungkin cukup luas, tetapi rumah ini adalah awal baru bagi mereka, terutama untuk perkembangan Vano. Lingkungan ini akan memberikan ruang lebih bagi putranya untuk tumbuh dan belajar, dikelilingi alam dan kedamaian yang mereka harapkan.

Sebenernya Orangtua Jevan tidak ingin mereka pindah dengan cepat tapi tinggal di kediaman Adirata tidak telalu memiliki privasi, dan sedikit menyebalkan karena orang-orang di terus saja mencuri Vano dari sisi Jevan. terutama Jayden, kakaknya sering kali memonopoli waktu Vano untuk bermain. Jevan, meski senang dengan kedekatan keluarganya dengan Vano tapi tetap saja itu menyebalkan.

"Anak gue bang, sono buat sendiri ajah jangan culik Vano"

Vano membuat suasana kediaman Adirata jadi lebih hangat,  hubungan Jevan dengan sang kakak juga menjadi agak mencair, ia jadi tidak secanggung dulu terhadapa Jayden mengingat mantan kekasihnya berakhir menikah kakaknya.

"Kenapa? Gak bisa ya? Dasar lemah"

Jevan merasa senang melihat wajah kesal Jayden, kapan lagikan dirinya bisa mengungguli kakaknya yang nampak hampir sempurna itu. Jadi setiap ada kesempatan ia akan meledek kakaknya itu.

Setelah melihat sekeliling rumah barunya Gisel kembali ke ruang tengah untuk melihat Jevan yang sedang membenahi beberapa barang mereka sendiri. Namun ibu muda itu malah menemukan Jevan sedang berbaring di atas Sofa.

"JANGAN TIDUR" teriak Gisel

"Heh" Jevan yang baru memejamkan mata lima detik lantas terlonjak karena terkejut.

Melihat wajah terkejut Jevan Gisel jadi merasa tidak enak, "Jangan tidur sore-sore pamali"

Jevan merubah posisinya terduduk dengan mata yang super mengantuk, "pamalinya udah meninggal Gi, sekarang tinggal bu Ali-nya ajah" ujarnya.

Gisel hanya memutar matanya sebelum kembali mengeluarka suara.

"Mandi sana mas" omelnya lagi.

" ya ampun jangan tidur ih udah di bilangin juga" belum ada 5 menit dia mengalihkan perhatiannya kedua mata Jevan sudah kembali terpejam.

"Iya ini mau bangun, tapi matanya nempel gak mau melek" ujar Jevan yang jelas hanya bohongan, "coba cium dulu kali langsung bangun" tambah Jevan yang semakin menggoda Gisel untuk memukul kepala suaminya itu.

Di suruh mandi saja banyak dramanya,

"Sini di cium pake panci panas mau?"

Jevan langsung membuka matanya dan berlari ke kamar untuk pergi mandi sebelum tangan cantik Gisel mendarat di bibirnya.

"Ayah mu dek"

"Papapapah"

"Iya papah, ehm anak bunda pinter banget" Vano hanya tersenyum saat Gisel mencium kedua pipinya gemas.

"Iya papah, ehm anak bunda pinter banget" Vano hanya tersenyum saat Gisel mencium kedua pipinya gemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08-11-2024
Bye bye 🫣

BABY FATHER | selesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang