The Final chapter

845 85 8
                                    

WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN
BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT

HAPPY READING
like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬
Sorry for typo
Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧

BAB GAk JELAS !!

Napas Jevan terdengar berat, seperti batu besar menindih dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Napas Jevan terdengar berat, seperti batu besar menindih dadanya. Asap tebal yang memenuhi ruangan membuatnya sulit bernapas, sementara nyala api yang membara semakin mendekat. Panas itu tidak hanya membakar kulit, tetapi juga mengikis kesadarannya sedikit demi sedikit. Tubuhnya terasa mati rasa, kaku seperti batu, bahkan untuk sekadar menggerakkan jari pun ia tak mampu.

Matanya perlahan menutup, meski ia tahu ini bisa menjadi akhir. Namun, sebelum semuanya gelap, bayangan wajah Vano melintas di benaknya. Wajah mungil itu, dengan suara lembutnya yang memanggil, "Papah..."

Air mata mengalir perlahan dari sudut mata Jevan. Ia ingin bertahan, ingin hidup, tapi tubuhnya terlalu lemah. "Maafkan papah, Vano..." bisiknya lirih, kata-katanya tenggelam dalam gemuruh api.

Di tengah kesadarannya yang semakin menipis, ia mendengar suara Gisel. Teriakannya samar namun penuh kepanikan, memanggil namanya dengan putus asa.

"Jevan... Jev!"

Lalu, semuanya menjadi gelap.

Nares menerobos masuk ke dalam gedung yang hampir terlahap api. Berbekal petunjuk dari gelang yang Jevan tinggalkan di mobil, setidakanya Jevan cukup tanggap hingga meninggalkan gelang terhubung dengan gelang Gisel hingga ia akhirnya dapat menemukan lokasi keduanya.

Naas saat ia berhasik maasuk sepupunya itu sudah tergeletak di lantai, bersama Gisel yang sama tak sadarkannya. Napas mereka nyaris tak terdengar, tubuh mereka penuh luka, seolah maut sudah di depan pintu.

"JEVAN!" Nares berteriak, lututnya hampir lemas melihat kondisi sahabatnya. Dengan cepat, ia memanggil bantuan dan memastikan mereka dikeluarkan dari neraka itu secepat mungkin.

"Anjing, jangan mati dulu lu, sialan," gumam Nares dengan nada hampir pecah. Ia menguatkan diri, menepuk pipi Jevan sambil berharap sahabatnya bertahan.

(Maaf untuk full bf sampai bab 52 nya ada di karyakarsa, mulai dari 3.5k ajh tapi cerita g terlalu bagus jadi g usah di baca juga g apa-apa)

5k ajh tapi cerita g terlalu bagus jadi g usah di baca juga g apa-apa)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



13-01-2025

ini udh katagori happy end si kataku, selamat dua-dua tapi adik bayi yang 🥀🥀

BABY FATHER | selesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang