Bab 32

3.8K 368 44
                                    

WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN
BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT

HAPPY READING
like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬
Sorry for typo
Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧

HAPPY READINGlike jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬Sorry for typoJangan jadi pembaca gelap terus 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Sebenernya Gisel tidak mau Jevan ikut masuk ke dalam unitnya tapi pria itu memaksa untuk masuk di tambah lagi l Vano yang menempel pada Jevan membuat ia mengurungkan niatnya untuk kembali marah-marah dan mengusir Jevan sesegera mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenernya Gisel tidak mau Jevan ikut masuk ke dalam unitnya tapi pria itu memaksa untuk masuk di tambah lagi l Vano yang menempel pada Jevan membuat ia mengurungkan niatnya untuk kembali marah-marah dan mengusir Jevan sesegera mungkin.

Terduduk di lantai beralasa karpet Gisel memperhatiakan Jevan yang masih menimang Vano yang masih sedikit-sedikit merengek. Pria itu sudah melepaskan jas kerjanya agar dapat menggendong Vano lebih nyaman.

Sudah sekitar 30 menit Jevan menggendong Vano bahkan bayi itu sudah terlelap tapi saat Gisel meminta untuk mengambil alih anaknya, Vano kembali merengek dan menangis.

Jevan merasa tangannya sedikit kram tapi
itu bukan masalah untuknya. Dia ingin terus mendekap Vano menenangkan bayi itu yang kini seperti sedang merakan sakit.

" kapan anda akan pergi?"

Jevan menoleh menatap lurus ke arah Gisel yang sejak tadi terus mengeluarkan tatapan tidak mengenakan. Bahkan perempuan itu berbicara begitu formal padanya, seakan memberitahu bahwa jarak antara mereka begitu jauh.

Menarik napas sebentar Jevan memberanikan diri untuk mengutarakan apa tujuannya kemarin.

"maaf untuk tempo lalu"

Memgucapkan kata maaf, mungkin ini terdengar omong kosong tapi Jevan tidak berbohong bahwa dia menyesal dengan ucapannya yang kasar dan semberono.

"Tidak ada yang harus di maafkan " balas Gisel, "anda bisa letakan Vano di kasur dan segera pergi dari sini"

Jevan menatap sedih dengan balasan Gisel, apa ia tidak dapat maaf dari perempuan itu?

"Aku serius, atas semua ucapan aku waktu itu. Aku cuman kesal dan kamu terlalu menjaga jarak sama aku" ungkap Jevan apa ada.

"Itu bukan urusan anda, toh anda tidak ada hak mengatur hidup saya"

"Jadi saya mohon tolong pergi, saya bisamengurus putraku sendiri anda tidak seharusnya disini bersama kami yang hina ini"

Jleb

Perkataan Gisel menampar dirinya secara tidak langsung. Jevan tidak bisa mengelak karena mulutnya memang kurang ngajar sudah menghina Gisel dan asal-usul Vano waktu itu.

"Aku pergi dari kamu juga harus ikut"

"Kenapa saya harus ikut anda? Ini rumah saya"perempuan satu anak itu tertawa hambar mendengar ucapan Jevan.

"Gi bisakah kamu berbicara seperti biasa" Jujur Jevan tidak nyaman dengan bahasa formal yang di lontarkan padanya.

"Tidak bisa, kita tidak sedekat itu" Gisel berusaha setenang mungkin," sekali lagi saya mohon lebih baik anda pergi dan jangan datang ke sini lagi" tambahnya sambil menarik Jevan agar segera pergi meninggalkan apartementnya tapi baru beberapa langkah mereka keluar tangis Vano kembali terdengar.

Gisel segera bergegas menghampiri putranya yang ternyatasudah berada di sisi ranjang dengan cucuran air mata yang panjang. Dia menghela napas lega setidaknya Vano tidak terjatuh ke lantai, padahal dia tidak lupa meletakan sekat di sekeliling ranjang.

"Shut,. Bobo lagi ya,." mengecek suhu tubuh Vano sejenak yang ternya masih cukup panas membuat Gisel kembali gusar, bahkan ia tidak peduli dengan Jevan yang kini kembali masuk ke kamarnya.

Jevan melihat Vano sesegukan membuat ujung hatinya meringis.

"Huaaaaa,. "

Ruam merah di kulit Vano semakin banyak dan semakin jelas membuat Jevan tidak tega melihatnya.

Gisel mengajak bicara Vano tapi putranya itu tetap menangis,

Berjalan untuk mendekat, Jevan mebungkukkan tubuhnya sejajar dengan Vano. " jagoan tidak boleh menangis ya" mengusap kening bayi itu yang masih terasa hangat di telapak tangannya.

Lagi-lagi Jevan selalu berhasil mencuri fokus baby vano darinya, Gisel heran putranya ini lebih mendengarkan Jevan.

Apa karena sesama pria?

Mengusir Jevan pun akhirnya gagal total karena Vano benar-benar tidak bisa di tinggal oleh Jevan. Butuh diskusi dan perdebatan yang panjang hingga Gisel membiarkan Jevan untuk tetap di sana untuk malam ini.

Ingat hanya untuk malam ini saja Gisel membiarkan Jevan berada di sama karena untuk hari esok tidak ada pintu yang terbuka untuk pria itu.

Meski di ranjang yang sempit Jevan tidak bisa menghentikan garis bibirnya yang terangkat membentuk seuntas senyuman. Gisel sudah tertidur benerapa menit yang lalu dan meninggalkan dia yang masih beradu pandang dengan vano.

 Gisel sudah tertidur benerapa menit yang lalu dan meninggalkan dia yang masih beradu pandang dengan vano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong siapkan semua berkasnya besok"

Bersambung
08-10-2022
19-10-2024
(Versi aslinya ini mah cuman revisi dikit)

😭🙏🏻

See you
Jangan bosen-bosen sama aku :)

BABY FATHER | selesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang