WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT
HAPPY READING like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬 Sorry for typo Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bandung, november 2021
Gisel melihat benda di tangannya dengan terkejut, benda pipi yang menunjukan dua garis merah.
Ia berjalan keluar dengan mata berkaca-kaca dan memanggil nama saudaranya.
"Karin-" Belum selesai berkata Gisel di kagetkan dengan suara bantikan yang cukup keras.
Brak
Ia terkejutnya melihat pintu apartement lusuh nya di dobrak begitu saja.
Plak
"Anjing sialan kenapa lu ga ke club sialan" pria paruh baya itu memukul Karin, "anak kurang ajar"
Plak
"Ayah,. Aku lagi gak enak badan" bela Karin yang lagi-lagi mendapatkan hadiah sebuah tamparan.
Gisel langsung berlari memeluk tubuh bergetar Karin, dia menatap nyalang sang paman.
"Apa paman sudah gila?"
"Berisik kau bocah sialan" ucap pria itu lalu manatap kedua perempuan itu dengan tatapan mencemoh, "kalian sama saja, sama-sama tidak berguna"
Karin menangis di pelukkan Gisel
"Paman aku akan mencari uang yang banyak, tolong biarkan Karin berhenti jadi wanita malam" mohon Gisel, dia tidak tega melihat saudaranya itu harus selalu di pukuli oleh sang paman jika tidak mau melayani nafsu pria yang dikenalkan olehnya.
Ardi sudah menyuruh Karin untuk melayani pelanggan sejak SMA, pria itu mengancam akan menjual Gisel juga jika perempuan itu tidak menurut. Paman sekaligus ayah Karin itu memang sudah gila bahkan Gisel rasa pamannya itu lebih menyeramkan dari iblis sekali pun.
Ardi mencebik, "kalau begitu kau saja yang gantikan dia,. Kau masih perawan kan?"
"Hargamu pasti mahal" paman Gisel itu langsung menarik paksa tubuh gisel untuk ikut dengannya dan menggantikan karin yang sudah beberapa kali dalam bulan ini kabur saat harus melayani pelanggan.
"Lepaskan "
"Ayahh"
"Paman lepas,. Sakit" rontak Gisel yang di tarik paksa.
Karin sudah menangis dan perempuan itu juga memohon pada sang ayah agar melepaskan cengkramanya pada Gisel. Pluk
Langkah sang paman terhenti saat benda pipi di tangan Gisel jatuh begitu ke lantai.