WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT
HAPPY READING like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬 Sorry for typo Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧
BAB GAk JELAS !!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti baru saja melihat hantu Gisel tampak terdiam membuat Jevan binggung, ia rasa beberapa detik lalu perempuan yang lebih muda darinya itu tampak tersenyum meski sesekali memekik kesal pada dirinya.
"Mau minum?"
"Hah? Ii-iya"
"Kuat gendongnya?" Jevan bertanya saat Gisel menawarkan diri untuk mengambil alih Vano yang terlihat sudah mengantuk di gendongan sang pria.
"Aku hanya lelah, kenapa mas Jevan jadi banyak bicara sekali"
Ya ampun dasar perempuan tadi nampang diam kini sudah ketus sekali padahal kan dia hanya takut Gisel terkena tempelan hantu taman karena tiba-tiba diam. Tidak mau ambil pusing Jevan lekas pergi untuk membeli minum untuk mereka apalagi cuaca sudah mulai memanas mungkin setelah ini mereka akan pulang.
Setelah Jevan pergi Gisel teringat kembali wajah yang ia lihat sekilas tadi. Wajahnya dan poster tubuhnya sangat mirip tapi ia tidak terlalu yakin pada ingatannya yang tidak jelas di tambah penglihatannya ini kurang baik jika tanpa kacamata.
Menghela napas kasar akan pikirannya, ia melirik Vano dalam dekapannya. Tidak seharusnya dia memikirkan masa lalu yang sudah lama terjadi dan tidak akan ada berubah juga toh nasi sudah menjadi bubur.
Tidak penting siapun orangnya nyatanya mereka hanya dua orang asing yang tidak sengaja bertemu dan selesai.
"Aa lucu" seorang anak perempuan yang entah kapan datanagnya berbicara pada Gisel sambil menunjuk Vano yang sedang terlelap.
"Dedeknya bobo ya tante" dengan pelapalan yang menggemaskan balita bertanya yang di balas anggukan oleh Gisel.
"Adek sama siapa di sini?" Ujar Gisel takut balita itu ternyata terpisah dengan keluarganya karena taman memang tampak cukup ramai siang ini.
Si perempuan kecil menatap sekeliling lalu menunjuk pada sepasang yang seperti orangtua si anak yang berjalan ke arahnya.
"Nana jangan ganggu adik bayinya" balita yang di panggil Nana itu mencebik tapi menurut akan ucapan sang ayah untuk menghentikan acara menoel pipi Vano.
"Maaf ya Nana memang suka sekali dengan anak kecil"
"Tidak apa?" Yang lebih muda mejawab sambil tersenyum toh bayi kecil tidak terganggu oleh usapan halus dari si gadis kecil.
Si balita itu masih betah menatap Vano yang terlelap, memang sangat menawan meski masih bayi bahkan kedua orang tua Nana pun memuji rupa si bayi "Mamah apa adik bayi Nana juga akan selucu ini"