Bab 5

5.5K 410 13
                                    

WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN
BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT

HAPPY READING
like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬
Sorry for typo
Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧

HAPPY READINGlike jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬Sorry for typoJangan jadi pembaca gelap terus 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevan merasa bersalah, bisa saja gadis itu jatuh sakit karena ketidakpeduliannya sebagai manusia. Memang benar seharus saat Jevan menawarkan tumpangan pada Gisel saat ia melihat perempuan itu di warung soto tadi sore. Terutama waktu itu hujan memang terlihat tidak akan mereda dalam waktu dekat.

Sebagai perempuan yang punya anak bayi pasti perempuan itu ingin pulang cepat, penyakit tidak peka dirinya memang cukup parah.

"Bagaimana dok?"

"Demamnya cukup tinggi, dia sepertinya kelelahan dan stress untung anda segera membawanya ke rumah sakit jika tidak kondisi akan meranjak ke tipes"  penjelasan dokter membuat hati Jevan sedikit melega.

"Kapan dia akan sadar dok?" Jevan bertanya karena melihat perempuan satu anak itu belum nampak akan membuka mata.

"Sebentar lagi juga sadar, oh iya katakan pada istri anda untuk tidak menyusui terlebih dahulu selagi masih demam"

"Eh" Jevan menggaruk tengkuknya kiku, bisa-bisa dokter ini menyangka gisel adalah istrinya.

"Kapan kami boleh pulang dok?"

"Jika cairan infusnya sudah habis dan suhu tubuhnya agak menurun besok pagi juga sudah boleh pulang" Jevan mengangguk mendengar penjelasan dokter.

"Saya permisi"

"Baik"

Jevan melirik jam di ponselnya dan menunjukan pukul 2 pagi lewat. mau pulang ke apartement, tapi dia tidak setega itu untuk menelantarkan perempuan yang sebantang kara seorang di rumah sakit. Perempuan itu juga pasti binggung jika tiba-tiba terbangun di rumah sakit seorang diri terutama tanpa anaknya.

"Ya ampun" Jevan menepuk jidatnya, "bisa-bisa gw lupa" dia hampir lupa bahwa bayi gadis itu ia tinggal di apartement bersama ke tiga sahabat bodohnya.

Segera saja Jevan mencoba menelpon sahabatnya tapi ke tiganya tidak ada yang mengangkat panggilan darinya.

"Pada kemana si tuh para curut" Jevan menjambak rambutnya dan berharap ke tiga temannya bisa di andalan menangani bayi kecil Gisel.

"Pada kemana si tuh para curut" Jevan menjambak rambutnya dan berharap ke tiga temannya bisa di andalan menangani bayi kecil Gisel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BABY FATHER | selesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang