WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT
HAPPY READING like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬 Sorry for typo Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gisel merebahkan tubuhnya ke atas kasur sambil menghela napas, kini matahari sudah berganti dengan bulan bahkan waktu pergantian hari pun akan segera tiba, namun dia baru bisa mengistirahatkan tubuhnya setelah melakukan semua perkerjaan.
Matanya terpejam namun isi kepalanya penuh dengan segala pertanyaan. Waktu malam memang kadang membuat seseorang menjadi sedikit emosiaonal karena rasa lelah. Ini baru hari pertama Gisel tinggal berdua dengan Vano dan itu sungguh menguras tenaga. Semua hal yang dilakukan menjadi sedikit banyak hambatan.
Dia masih berusia 22 tahun belum menikah tapi sudah memiliki seorang bayi yang hidup di sisinya. Jangankan untuk menikah rasanya untuk memikirkan memiliki kekasih saja dia sudah merasa tidak pantas.
Gisel akui melihat orang lain seusianya jalan-jalan dan menikmati hidup dengan bahagia membuat iri dalam hatinya muncul. Impiannya menikah dengan seseorang yang kaya raya agar dia tidak merasa lelah mencari uang sudah sirna.
Dia lelah namun dia tidak menyesal dengan keputusannya untuk memilih Vano untuk berada di sisinya. Bayi yang baru menikamti udara oksigen secara langsung itu adalah keluarga satu-satunya yang di miliki. Pernah terlintas di benaknya untuk meninggalkan Vano di rumah sakit ataupun meninggalkan di panti asuhan, katakan saja Gisel kejam tapi itu memang kenyataannya.
Gisel memghela napas kembali mengeyahkan semua pikiran buruk yang ada dalam pikirannya, "ini baru hari pertama dan kamu sudah mengeluh yang bener saja Gisel." Ucapnya lalu menoleh pada Vano yang sudah terlelap dengan napas yang teratur.
Gisel menatap wajah Vano yang terlelap, tangannya menyusuri hidung bengir milik bayi itu hingga ke pipi bulatnya. Jika ditelusuri Vano memiliki garis wajah yang tampan meski dia masih bayi, jika di lihat dari wajahnya Vano tidak memiliki kemiripan dengan sang ibu yang sudah mengandungnya.
"Sepertinya ayahmu adalah pria yang tampan" monolog Gisel, meski sedikit kesal ia harus akui gen ayah Vano cukup bagus.
"Kira-kira ayahmu seperti apa yah? Apa dia sudah berumur atau pria tampan yang sudah beristri" Gisel kembali merinding dengan pikiran konyolnya. Siapun ayah Vano tidak merubah apapun dalam hidupnya, nasi sudah menjadi bubur jadi ayo kita pergi tidur.
Gisel mengecup kening Vano.
"Selamat tidur jagoan"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.