Lamaran Dadakan

19.6K 1K 7
                                    


"Woy! Suruh kedalem tuh. Buru!" Kejut Gege kepada Yusuf karena ia melihat Yusuf sedang melihat sekumpulan PNS cantik yang berada di depan tak jauh dari ruangan itu.

"Astaghfirullah! Kaget, Ge. Ya Allah!" Yusuf tersentak dan seketika refleks memukul lengan Gege.

"Aduh! Sakit bambang! Udah-udah, buruan kedalem."

Setelah semua proses sudah dilewati oleh kedua anak manusia itu, mereka bersiap untuk pulang. Jam menunjukkan pukul 11.30 ketika mereka keluar dari wilayah Kantor Kecamatan.

Angin berhembus pelan ketika mereka memulai perjalanan. "Cup, beli cilok yuk!" Gege berucap sambil memajukan tubuhnya kedepan mendekat pada Yusuf.

Yusuf menoleh sejenak. "Beli yang dimana, Ge?"

"Beli yang sampingnya toko pupuk itu loh, Cup."

"Oke siap, berangkattttt!"

Sesampainya di gerobak pedagang cilok, Gege turun terlebih dahulu untuk memesan cilok. "Lek, ciloknya 3000-an 4 bungkus ya?"
"Cup, Lu beli nggak?" Sambungnya kemudian.

"Bungkusin 3 bungkus kayak Lu aja."

"Lek, tambah lagi 3000-an 3 bungkus."

"Oke siap, Dek."

"Mbak, itu pacarnya ya?" Tanya penjual cilok kepada Gege sambil menunjuk Yusuf yang tidak jauh dari mereka.

Gege terkejut dan sedikit melotot. "Eh, bukan Lek!"

"Ah, masa sih? Wong boncengan berdua gitu, masa bukan pacarnya?" Penjual itu tetap tidak percaya.

"Beneran, Lek! Nggak bohong."
Huh! Males banget ditanyain gitu terus kalo lagi jalan berdua. Batin Gege bersuara.

***

Kediaman Hastungkara

"An, undangan Pagelaran Wayang kapan dilaksanain-nya?" Papa Arya memulai obrolan dengan anak sulungnya.

"Oh itu, lusa, Pa. Malam ju'mat kayak biasanya." Jawab Andanu kemudian.

"Siapa aja yang diundang jadi tamu VVIP?"

"Para tetua desa, perangkat desa, sama tamu luar ada beberapa. Kenapa emangnya, Pa?"

"Tetua desa ya? Papa kenal deket tuh sama salah satunya." Papar Papa Arya.

"Siapa, Pa? Kalo Danu mah juga kenal sama semua tetua desa."

"Kalo kamu ya harus kenal semua. Masa Kades nggak kenal tetua desa. Papa kenal deket sama Mbah Subarjo. Yang anaknya jadi Dosen itu loh!"

"Oh, Mbah Subarjo Priyambodo, ya? Kenal lah. Orangnya hiperaktif banget, kocak lagi. Hahaha."

"Nah, Papa mau jodohin kamu sam---"
"Nggak ya, Pa! Danu mau cari jodoh sendiri." Andanu menentang keras usulan Papanya. Ia sudah memiliki tambatan hatinya lewat first sight.

"Emang sekarang kamu punya pacar?" Andanu diam saat Papanya melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Ya-ya belum. Tapi bentar lagi. Masih pendekatan." Ungkap Andanu dengan sedikit malu-malu.

"Masa? Papa bakal tetep jodohin kalo dalam 1 bulan ini kamu nggak kenalin calon mantu Papa kehadapan Papa sama Mama."

"Loh?! Kok gi--"

"Lagian nih ya, An. Cucunya Mbah Subarjo itu anak baik-baik. Ya, meskipun sekarang masih sekolah sih. Tapi nggak papa. Sekali-kali senengin Papa gitu loh, An? Mau ya?"

"Ah, Papa mah kayak Mama, ngasih tempo singkat banget! Mana ada cari calon mantu dalam waktu sebulan. Dikira biro jodoh apa?"

"Nah, bener tuh, Pa. Jodohin aja kalo nggak cepet-cepet ngasih kita mantu! Nggak sadar apa kalo udah mau tuwir!" Mama Sonia menyahut obrolan suami dan anaknya dari dapur.
"Dan, Mama tuh kenal sama mantunya Mbah Subarjo, dia temen Mama waktu kuliah di Malang. Cucunya juga cantik kok, manis, sopan lagi." Sambung Mama Sonia sembari berjalan dan berakhir duduk disebelah suaminya.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang