Connecting Room

12.6K 606 13
                                    


Jam menunjukkan pukul 5 pagi dan Gege baru membuka mata. Di samping kanannya ada Andanu yang sedang memeluknya erat dengan kepala yang diselipkan di ceruk lehernya. Tangan besar dan panjang Andanu melilit pinggangnya serta kaki yang membelit pahanya. Gege sudah tidak kaget dengan pemandangan itu. Setiap hari setelah menikah ia selalu menemukan pemandangan itu saat bangun tidur.

Disamping kirinya ada anaknya yang sedang tertidur pulas. Bayi umur 1 bulan itu sekarang tampak gemuk dan sehat berkat ASI eksklusif yang Bundanya berikan selama ini. Sebenarnya anaknya itu baru tertidur 2 jam yang lalu dan mengharuskan Gege ikut bangun untuk menyusui.

"Mas, bangun yuk?" Gege menggoyangkan lengan Andanu yang berada di pinggangnya.

"Hm, 5 menit lagi, Yang." Gumam Andanu sambil mempererat pelukannya.

"Sholat dulu, habis itu boleh tidur lagi." Dengan terpaksa, Andanu akhirnya bangkit dan berjalan gontai menuju ke kamar mandi.

Semalaman Gege dan Andanu begadang karena Baby Aby yang tidak mau tidur. Mata bulat bayi itu seakan tidak diterpa kantuk meskipun jam pada saat itu menunjukkan pukul 1 pagi. Kalau untuk urusan menangis, Baby Aby tergolong bayi yang tidak rewel. Dan itu sangat menguntungkan bagi orang tuanya.

Tapi disamping itu, Baby Aby jika sudah menjelang malam akan susah tidur dan tentu saja membuat orang tuanya tidak bisa tidur juga. Bayi menggemaskan itu akan tidur pulas menjelang subuh, kira-kira sekitar pukul 3 keatas.

"Tidur yang nyenyak ya, Le. Ayah Bunda sayang banget sama kamu. Cupp!" Setelah mengecup kening Baby Aby, Gege beringsut turun dari ranjang dan berjalan menuju almari untuk mengambilkan baju ganti untuk Andanu.

Sekarang tata letak barang-barang yang ada dikamarnya dan Andanu sudah berubah. Ranjang yang mulanya berada di tengah, kini sudah didekatkan ke dinding. Itu dilakukan untuk mengantisipasi Baby Aby agar tidak jatuh.

Begitu juga dengan almarinya, almari yang awalnya hanya ada 2, kini bertambah menjadi 3. Almari itu tentu saja milik anaknya. Sekarang di kamarnya juga ada box bayi, kursi pijat dan perintilan bayi lainnya. Kamarnya sekarang tampak penuh tetapi tidak sesak.

Ceklek!

"Yang?" Gege menoleh melihat Andanu yang hanya terbalut handuk di bagian bawahnya sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Suaminya itu sudah tampak segar dan tampan, ditambah dada bidang dengan kulit eksotisnya menambah kesan sexy berkali-kali lipat.

Sekarang Andanu sudah mendapatkan bobotnya sebelum menikah dengan istrinya. Ternyata saat Mama Sonia tidak sengaja mengomentari tentang perubahannya, ia jadi memikirkan tentang hal itu. Akhirnya dengan tekad kuat agar sixpack, ia mengikuti gym beberapa bulan dan hasilnya sungguh memuaskan. Ia sekarang terlihat lebih hot jika telanjang dada.

"Tadi shamponya Mas abis, jadi Mas pake punya kamu." Ujar Andanu dengan cengiran khas-nya.

"Mas pake yang wangi sakura?" Bau wangi bunga sakura menyeruak membuat Gege langsung mengetahui shamponya yang mana yang telah digunakan oleh suaminya.

"Iya. Emangnya kenapa?"

Gege menghembuskan nafas pelan. "Mas nggak malu kalo temen-temen kantor cium bau shamponya Mas? Ini baunya feminim banget lho."

"Malu? Nggak lah. Kenapa harus malu juga, Yang? Ya kalo ditanya, bakal tak jawab jujur kalo emang ini shamponya kamu."

"Udah, ah. Ini tolong keringin." Kata Andanu menyodorkan handuk kecil yang ia gunakan tadi ke tangan isterinya. Gege pasrah jika suaminya memang tidak malu menggunakan shamponya.

"Duduk dulu, sekalian aku pakein pomade." Perintah Gege agar Andanu duduk di tepi ranjang sedang ia mengambil pomade.

Andanu duduk ditepi ranjang dengan paha yang sedikit di lebarkan agar Gege bisa mengeringkan rambutnya dari depan. "Sekalian pijetin bentar kepala Mas, Yang. Dari kemaren agak pusing." Gege mengangguk patuh.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang