Kecebong Aby

13.5K 805 34
                                    

Vote-nya jangan pelit yaaa!
Yang baca ribuan masa yang vote cuman ratusan☺️

1 tahun kemudian

"Yanggggg! Baju dinas aku mana?!"

"Ya ada dilemari, Mas!"

"Ini nggak ada lhooo! Bantuin cari!"

Dengan kesal Gege berjalan menuju kamar dan menemukan suaminya yang masih menggunakan handuk sepinggang tengah duduk ditepi ranjang. Sebelumnya ia sedang memasak nasi goreng di dapur ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi.

"Nggak ada lho, udah aku cari tadi." Kata Andanu. Gege tidak menanggapi, ia langsung membuka lemari dan melihat isinya sudah seperti ditiup angin puting beliung, berantakan dan berhamburan.

"Ya Allah! Kemaren ini baru tak rapiin lho, Mas. Kamu berantakin lagi?" Keluh Gege kepayahan.

Apakah semua suami yang ada di dunia ini seperti suaminya? Handuk basah yang selalu lupa untuk ditaruh di jemuran, susunan baju yang selalu tidak elegan saat mengambil, selalu lupa dimana letak baju berada, dan masih banyak sekali yang lainnya.

"Nggak sengaja, Yang. Tadi buru-buru mau pake baju itu, eh malah nggak nemu-nemu." Selalu seperti itu.

Hei para suami! Apakah kalian tidak tahu jika istri-istrimu ini juga capek meladeni tingkah kalian yang selalu lupa hal simple seperti ini? Oh, tentu saja hanya segelintir dari kalian yang tahu.

"Nih! Ada kok buktinya. Makanya kalo cari itu pake niat, jangan suka buru-buru kayak tadi. Ngumpet kan bajunya." Hanya butuh 30 detik bagi Gege untuk menemukan seragam coklat itu. That is the power of woman.

Andanu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tadi nggak ada beneran lho, Yang. Beneran deh!"

Sedangkan Gege hanya memutarkan bola matanya malas. "Mas aja yang serampangan carinya! Udah gitu isinya diberantakin lagi! Kebiasaan." Suaminya itu memang top sekali untuk urusan rusak-merusak suatu kerapian, berbanding terbalik dengan istrinya yang fanatik sekali dengan yang namanya kerapian.

"Y-ya maaf. Eh iya, Aby mana, Bun?" Cepat-cepat Andanu mengalihkan pembicaraan agar istrinya tidak memperpanjang drama baju pagi ini.

"Tuh diluar, lagi main sama Dio." Dan pembicaraan tadi berhasil teralihkan.

By the way, Dio itu tetangga depan rumah yang seumuran dengan Aby. Mereka juga bersekolah di Paud yang sama. Orang tuanya pindah disini ketika Dio berumur 3 tahunan. Dan dalam kurun waktu kurang lebih setahun itu, pertemanan Aby dan Dio terjalin semakin baik. Buktinya tiada hari Aby tanpa bermain dengan Dio, meskipun itu hanya bermain robot-robotan berdua.

"Undaaa! Oh Undaaaa! Aby kangen nih!" Suara teriakan Aby menggema seisi rumah disusul suara hentakan kaki cepat menuju kamar orangtuanya.

"Panjang umur nih, baru aja diomongin udah nongol aja." Kata Andanu sambil tertawa. Gege juga ikut tertawa.

"Unda!"

Aby menyelonong masuk ke kamar orangtuanya, lagipula kamar itu juga sedang terbuka setengah. Anak itu langsung lompat keatas ranjang dengan piyama tidur beruang yang masih melekat ditubuhnya. Andanu langsung berlalu ke kamar mandi untuk ganti baju dan meninggalkan istrinya bersama anak lelakinya.

"Dalem, Le?"

"Lapel, mau matan." (Laper, mau makan.) Adu Aby Manja. Anak itu masih cadel jika mengatakan huruf 'R' dan beberapa huruf lainnya yang sekiranya masih sulit di lidahnya.

"Lho katanya tadi mau main dulu sama Dio. Nggak jadi ya?"

Aby menggeleng. "Tadi tuman mau tetemu, Undaaaa. Butan mau main." Jawabnya lucu. (Tadi cuman mau ketemu, Bunda. Bukan mau main.)

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang