Pagelaran Wayang

14.3K 898 11
                                    


Panggung sudah tertata rapi dengan alat-alat musik dan gamelan, di pinggir panggung ada batang pisang yang telah ditancapi oleh beberapa tokoh wayang. Dalang dan tim-nya juga sudah siap ditempatnya masing-masing.

Warga juga menyambut antusias Pagelaran itu. Ditunjukkan dengan ramainya lapangan tempat diselenggarakannya pagelaran. Mereka berbondong-bondong datang dan membawa jajanan lalu menggelar alas plastik di tanah untuk mereka duduki.

Di acara ini juga diadakan bazar yang di hadiri oleh beberapa umkm dari berbagai dusun. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk membuat produk mereka semakin dikenal. Banyak juga penjual yang sengaja memanfaatkan momen ini untuk menjual jualan mereka.

Acara dimulai pukul 21:00 dan berakhir semalam suntuk sampai pukul 04:00. Pagelaran Wayang ini rutin dilakukan setiap tahunnya untuk memperingati bahwa panen sudah berakhir dan menyambut bulan suci ramadhan.

Gege POV On

Aku sedari tadi mondar-mandir untuk mengambil dan menata makanan di meja. Dibantu oleh Arsha dan Mbak Rara. Aku sadar jika diperhatikan terus-menerus oleh Mas Huda, tetapi aku memilih untuk diam dan membuang muka. Aku sudah terlanjur sakit hati oleh perbuatannya.

Flashback on

Aku sedang menepi di pinggir jalan dengan motor scoopy-ku, aku ingin menelepon Ayah jika hari ini aku akan pulang telat karena harus membeli buku dahulu di Gramedia. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik kuat kerudungku dari belakang. Aku tidak tahu kapan orang itu ada dibelakangku.

"Arrrghh! Apasih!!" Teriakku pada orang itu.

"Kowe dadi wedokan gausah ngetek! Nggondol pacare wong sak penakmu ae!" (kamu jadi perempuan nggak usah gatel! Ngrebut pacar orang seenaknya!)

Ini apasih? Siapa yang rebut siapa?

"Colno sek, Mbak! Kon iku salah uwong." (Lepasin dulu, Mbak. Kamu itu salah orang.)

"Ora mungkin! Wong jelas-jelas ndek Wa-ne pacarku onok jenegmu ngono!" (Tidak mungkin! Udah jelas-jelas di WhatsApp-nya pacarku ada namamu kok!)

"Endi buktine? Gorene! Aku kenal pacare Mbak ae ogak kok! Ngono kok ngarani wong. Gorene! Tak tontok e!" (Mana buktinya? Bawa kesini! Aku kenal pacarnya Mbak aja nggak kok! Gitu aja kok malah nuduh orang. Bawa kesini! Aku pingin lihat!)

Perempuan itu mengeluarkan screenshot chat beserta nomor yang ia tuduh sebagai selingkuhan pacarnya. Lalu ia menyodorkannya kearah ku.

"Nyoh! Iki mesti kowe kan?! Wong jeneng Gree kan gur kowe tok!" (Nih! Ini pasti kamu kan?! Yang namanya Gree kan cuman kamu doang!)
Aku melihat screenshot-an itu. Dan benar saja! Aku hanya korban salah paham. Itu bukanlah kontak WhatsApp ku. Huh. Nambah-nambah i masalah ae!!

"Mbak, pisan-pisan lak kapene nglabrak uwong iku di cek sek wonge. Seng mbok labrak ae salah. Iki uduk nomerku. Gak percoyo? Nyoh! Uduk kan? Makane ojo Gabluk dadi wedokan!" (Mbak, lain kali kalo mau melabrak orang itu di cek dulu orangnya. Yang kamu labrak aja salah. Ini bukan nomorku. Nggak percaya? Nih! Bukan kan? Makanya jadi perempuan jangan bodoh!) Aku berkata sambil menunjukkan profil WhatsApp-ku.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tergesa-gesa dan nafasnya terlihat ngos-ngosan meskipun ia menaiki motor.

"Yang, kowe ki lapo to jane? Kowe iki salah paham!" (Yang, kamu ini kenapa sih? Kamu itu salah paham!)

Perempuan itu diam dan memperhatikan laki-laki itu. "Lapo sampean nggak ngomong lak uduk cah iki?! (Kenapa kamu nggak bilang kalau bukan anak ini?!) Ucapnya perempuan itu dengan menggebu-gebu.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang