Uang

15.7K 757 30
                                    


Esoknya Arjuna sudah di perbolehkan pulang tapi dengan catatan bahwa luka yang diperban tidak boleh terkena air dan setiap hari perbanya harus di ganti. Untuk urusan motornya yang sudah seperempat ringsek, benda itu sementara diungsikan ke bengkel untuk beberapa waktu kedepan. Sama saja sebenarnya dengan hukuman Papa Arya yang akan menyita motor itu.

Sore ini Mama Sonia sedang mengganti perban Arjuna yang dianjurkan untuk mengganti 1 kali sehari. Tidak banyak bagian tubuh yang diperban, hanya lutut dan lengannya saja. Untung saja pada saat kecelakaan Arjuna memakai helm, jadi kepalanya tidak terkena lecet. Hanya sedikit pusing akibat benturan aspal.

"Awh! Pelan-pelan Ma. Sakit tau!"

"Makanya jangan kebanyakan polah! Kalo naik motor tuh ati-ati, mending lambat tapi selamet daripada cepet jadi boncel semua kaya kamu! Denger nggak?!"

"Iya-iya, orang ini juga baru pertama kali Juna kecelakaan kok." Arjuna masih berusaha membela diri. Ia tidak ingin disalahkan begitu saja.

Geram sekali Mama Sonia dengan anak keduanya ini. Sangat keras kepala seperti suaminya. "Jadi kamu mau ngulangin yang kedua kali? Iya?!"

"Y-ya enggak lah. Ini aja masih sakit banget." Tutur Arjuna lemah.

"Habis ini jangan sampek Mama denger kamu kecelakaan karna naik motornya ngebut-ngebut kaya burok! Awas aja kamu, Mama nikahin kamu hari itu juga!"

Arjuna melotot tidak percaya. "Lah? Apa hubungannya kecelakaan sama nikah? Nggak nyambung banget."

"Ya nyambung lah! Kalo kamu nikah, yang omelin kamu bukan Mama lagi tapi istri kamu. Lagian kamu itu udah tua, Jun. Nikah sana! Mau ikutin jejak Mas-mu yang kepala 3 baru nikah?"

"Belum ada calon, Ma. Juna juga masih mau seneng-seneng dulu, belum mau mikirin repotnya dunia rumah tangga."

"Mama nggak mau tau ya, lebaran depan seenggaknya kamu udah punya pacar!"

"Dah, Mama mau nengok cucu Mama. Nanti bilangin ke Papa kalo Mama kerumah Mas-mu."

"Oh ya, nanti dibuat istirahat aja. Kalo mau apa-apa, panggil Sasa aja. Dia dibawah lagi kerja kelompok sama temen-temennya. Oke?"

"Hm, oke." Arjuna mengangguk pasrah.

"Satu lagi, jamunya jangan lupa diminum!" Sekali lagi Arjuna mengangguk pasrah.

***

"Yang, kurang berapa hari lagi? Sumpah ini ngilu banget lho."

"Ini masih haid hari keempat, Mas. Kurang 3 hari lagi. Sabar dong, orang sabar kuburannya lebar."

Gege sedang menyusui Baby Aby yang sudah berusia 7 bulan lebih. Ia bersandar di kepala ranjang dengan beberapa bantal yang menyangga punggungnya.

Sedangkan Andanu sedang merebahkan kepalanya di paha istrinya. Andanu sedang merajuk karena beberapa hari ini istrinya didatangi tamu bulanan. Otomatis jatahnya selama ini tertunda dan itu membuat ngilu salah satu bagian tubuhnya.

"Ah, lama!" Protes Andanu dan Gege menghiraukannya.

"Le, gantian dong sama Ayah. Ayah juga mau minum susu." Kata Andanu pada Baby Aby yang masih terjaga dengan mata bulatnya dan mulut yang masih sibuk menghisap payudara Bundanya.

Seakan peka, Baby Aby melarikan tangan kirinya kearah kepala Andanu dan menepuknya keras. Ya, meskipun tidak sakit tapi cukup membuat kaget dan meringis korbannya.

"Aduh!"

"Hahaha, makanya jangan julid Ayah. Kena timpuk kan akhirnya." Sang Bunda hanya tertawa melihat perbuatan putra gemuknya itu. Semakin hari semakin pintar pula Baby Aby, mulai dari berjalan, berbicara dan merespon suatu hal.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang