Mitoni

14.2K 666 6
                                    


Beberapa bulan berlalu dan sekarang tibalah saatnya acara 7 bulanan Baby 'A'. Acara itu tetap dilaksanakan di kediaman Andanu sendiri.

Sebelumnya baik Mama Sonia dan Bunda Ery sudah menawarkan agar acara mitoni cucu pertamanya itu dilaksanakan di salah satu rumah mereka. Tapi dengan halus Andanu menolak. Bagi Andanu, momen kehamilan istrinya sampai kelahiran anaknya haruslah terkenang di rumahnya sendiri.

"Rujaknya manis atau kecut, San?" Mama Sonia yang bertugas membuat rujak menyuruh Bunda Ery untuk mencicipi rujak yang telah ia buat.

Tahukah kalian jika di Jawa jenis kelamin bayi bisa dideteksi lewat rasa rujak? Jika rujak yang dibuat terasa manis, bisa diprediksi bahwa bayi yang dilahirkan adalah perempuan. Tapi sebaliknya, jika rasa rujak berakhir masam maka bisa diprediksi bayi yang akan dilahirkan adalah laki-laki.

"Agak kecut, San. Tapi nggak papa." Kata Bunda Ery sambil mencoba meresapi rasa rujak buatan Mama Sonia.

Mata Mama Sonia berbinar cerah mendengar penilaian besannya. "Yang bener kecut, San?"

Anggukan kepala Bunda Ery menunjukkan kebenarannya. "Iya, ini njenengan coba dulu. Agak kecut-kecut gimana gitu."

Mama Sonia bergegas mengambil sendok lalu menyendokkan satu suapan rujak ke mulutnya. Dan ternyata benar, rujak itu sedikit masam. "Wah! Beneran kecut, San!" Mama Sonia berteriak heboh.

"Berarti nanti kita bakal dapet cucu laki-laki, San. Hahaha. Seneng banget saya!" Mama Sonia dan Bunda Ery bersorak senang setelah merasakan rasa rujak itu. Kemungkinan besar cucu pertama mereka akan berjenis kelamin laki-laki.

"Yuhuuuu! Putuku lanang coy!" (Cucuku laki-laki)

***

"Gambarnya yang bagus, jangan belepotan."

"Iya-iya, Ma."

Yusuf sedang ditugaskan untuk menggambar tokoh pewayangan Jawa yaitu Janaka dan Srikandi di dua buah kelapa gading. Dua buah kelapa itu juga bisa membuktikan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan Gege.

Dan sedari tadi Mamanya,--Mama Masruroh selalu saja memperhatikannya. Bukan hanya menonton saja, tapi ikut mengomentari juga. Apakah ia lupa jika anaknya ini juara menggambar tingkat Kabupaten?

"Itu garisnya kurang jelas lho, Le."
"Kok mencong-mencong gitu garisnya? Yang bagus to, Le."
"Srikandi-nya kok gitu?"

Ya Tuhan! Rasanya Yusuf ingin berteriak saat ini juga. Kapan selesainya jika direcoki seperti ini? Huh. Menjengkelkan! Sabar Yusuf, dia Mama-mu. Okey, tenang tarik nafas, buang. Ulangi 2 kali.

Yusuf menghentikan kegiatan menggambarnya. "Ma, mumpung aku masih mode siaga, Mama lebih baik diem aja. Oke?"

"Lah? Emang kenapa? Mama salah gitu?" Mama Masruroh menunjuk dirinya sendiri.

Yusuf hanya bisa menghela nafas pelan. "Ini nggak bakal kelar kalo Mama komen terus."

"Yaudah, yaudah Mama tak kedalem aja kalo gitu. Takut ganggu lagi." Mama Masruroh berlalu masuk dan meninggalkan Yusuf yang frustasi karenanya.

Yang ditinggalkan menyugar rambut dengan kasar. "Perempuan emang selalu membagongkan kaum laki-laki. Valid no debat!"

"Cup, lihat Mas Danu sama Bang Gandhi nggak?" Tanya Gege yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Wanita hamil itu melangkah kearah yusuf dan duduk disampingnya.

"Daritadi kok nggak balik-balik. Cuman beli umbi-umbian aja kok lamanya seabad!" Sambung Gege sedikit kesal.

Ia sedang menunggu suaminya yang pergi ke pasar untuk membeli umbi-umbian. Tapi ini sudah 2 jam berlalu dan suaminya itu belum kelihatan pulang.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang