Yusuf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe, maaf ya Mas Kades istrinya malah tak buat nangis."
"Oh, ndak papa. Saya yakin kamu buat nangisnya bukan tentang yang buruk-buruk. Jadi tenang aja." Ucap Andanu tenang. Ia percaya jika sahabat istrinya itu tidak akan menyakiti istrinya.
Yusuf hanya mengangguk tersenyum. "Yaudah, saya mau kesana dulu nggeh? Tadi anak-anak ada masalah katanya."
"Iya-iya, silahkan." Kata Andanu mempersilahkan.
"Ge, Gua kesana dulu ya?" Pamit Yusuf kepada Gege yang saat ini tangisnya sudah mereda.
Gege mengangguk. "Oke."
"Bun, capek ndak? Kalo capek pulang aja ndak papa, nanti Ayah nyusul kalo udah selesai. Abis ini paling udah selesai, tinggal rapat evaluasi sama rekap kegiatan doang." Kata Andanu ketika Yusuf sudah pergi. Mereka berjalan bertiga menuju tenda yang di khususkan untuk pejabat desa.
"Pulang aja. Aby juga udah capek kayaknya. Aku pulang duluan ya, Mas?"
Andanu menggeleng. "No, Ayah anterin pulang. Ini masih rame banget jalannya, kamu pasti capek jalan sambil gendong Aby."
Gege mengalah. "Oke deh. Tak tunggu di tenda dulu ya?"
"Iya, Ayah tak ngambil motor dulu." Gege mengangguk.
Gege menunggu Andanu di tenda yang berada di samping panggung. Ada beberapa istri pejabat desa disana, termasuk istri dari Gashul yaitu Mbak Ratna. Gege menghampiri Mbak Ratna yang sedang duduk bersama dengan anak keduanya.
"Hai, Mbak!" Sapa Gege lalu mengambil tempat duduk di samping Mbak Ratna dengan Aby di pangkuannya.
Mbak Ratna menoleh. "Eh, ada Bu Kades! Sini-sini, Ge." Ucap Mbak Ratna tersenyum manis.
"Si Fero kemana, Mbak? Kok cuma ada Fera aja?" Fero adalah anak pertama Gashul dan Ratna, sedang Fera adalah anak bungsunya.
Terlihat kembar memang namanya, tapi mereka berdua bukan kembar. Yang sulung sekarang sudah berusia 10 tahun dan yang bungsu berusia 8 tahun.
"Fero masih sama Ayahnya, mau ikut makan-makan katanya nanti. Hahaha."
"Eh, ini udah riyip-riyip si Aby. Udah ngantuk berat kali ya?" Kata Mbak Ratna ketika melihat mata Aby yang sudah setengah mengantuk.
Gege menunduk. "Hahaha, tinggal 5 watt ini mah. Sssttt, sssttt." Mengetahui anaknya sudah akan tidur, Gege memperbaiki posisi Aby dan dirinya lalu menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan secara beraturan.
Tidak membutuhkan waktu lama, Aby langsung terlelap di pelukan Bundanya. Dahinya sudah penuh keringat sebiji jagung. Maklum, cuaca saat ini sudah panas dan pengap. Untung saja kostum yang Gege buat menyerap keringat dan tidak menimbulkan pengap bagi pemakainya.
"Mbak? Boleh tolong ambilin gendongan instant di tas nya Aby ndak?" Bisik Gege kepada Mbak Ratna untuk mengambilkan tasnya yang ia letakkan di bawah.
"Bisa-bisa, bentar."
"Nih, aku bantu pakein ya?" Tawar Mbak Ratna karena melihat Gege yang kerepotan memangku Aby yang badannya bisa dibilang berisi. Pasti lelahnya terasa sekali jika menggendong anak Pak Kades yang gembul ini meskipun sebentar.
"Iya, Mbak. Minta tolong ya?"
"Siap, santuy saja."
Beberapa saat kemudian Andanu datang dengan membawa motor. "Lho? Aby-nya tidur?" Heran Andanu, cepat sekali anaknya tidur. Apa dia yang terlalu lama mengambil motor? Ah, sudahlah.
"Udah kecapekan, Mas. Ayo pulang, kasihan Aby kepanasan." Gege berdiri dan berpamitan kepada beberapa istri pejabat desa disana dan juga Mbak Ratna.
"Nggeh, Bu monggo...!" Jawab beberapa istri pejabat desa itu.
Gege sedikit kesusahan ketika naik keatas motor, dengan sedikit bantuan Mbak Ratna akhirnya ia bisa naik. Bobot anaknya memang sangat luar biasa, belum 5 menit menggendongnya sambil berdiri kakinya dan pundaknya sudah terasa pegal sekali.
"Hati-hati ya, Ge." Pesan Mbak Ratna.
"Siap, Assalamu'alaikum..."
"Monggo ibuk-ibuk, Assalamu'alaikum..." Pamit Andanu dan Gege ramah.
"Nggeh, Pak monggo. Wa'alaikumsalam...!"
***
"Yang, Mas tinggal balik kesana ya?" Pamit Andanu setelah membaringkan Aby di ranjang.
"Mas nggak ganti baju dulu?" Tawar Gege sambil menata beberapa guling di sekitar tubuh Aby.
Andanu memperhatikan bajunya yang basah karena keringat. "Ganti aja deh. Ini udah kena keringet semua."
"Bentar tak siapin bajunya." Gege mengambil celana training dan kaos panitia warna kuning untuk Andanu. "Sekalian mandi aja deh, Mas. Nanggung banget cuma ganti baju." Usul Gege.
"Oke deh, tak mandi dulu ya?" Gege mengangguk. Andanu berlalu ke kamar mandi sambil membawa handuk.
Ceklek!
Setelah beberapa menit Andanu keluar dari kamar mandi dengan handuk selutut dan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya. Dilihat sekeliling istrinya ternyata tidak ada di dalam kamar. Tapi tumpukan baju dan dalaman diatas ranjang menandakan istrinya pasti ada di dapur. Entah untuk membuatkannya kopi atau minuman dingin.
"Mas?"
Andanu menoleh ke belakang, istrinya membawakan secangkir kopi dan segelas es jeruk. "Dari mana, Yang? Mas cariin nggak ada."
Gege meletakkan nampan yang berisi secangkir kopi dan segelas es jeruk itu di atas nakas samping tempat tidur. "Dari dapur, sekalian naruh cucian kotor di mesin cuci."
"Sepatunya udah tak siapin di depan. Topinya jangan lupa dipake, panas banget diluar." Pesan Gege kepada Andanu yang sedang menyisir rambutnya di depan kaca rias.
"Sekalian sunblocknya jangan lupa. Biar nggak gosong." Sambungnya.
"Iya, Sayangku. Perhatian banget sih!"
Andanu maju beberapa langkah untuk meraup pinggang istrinya. Di dekapnya tubuh sintal istrinya dengan mesra. "Sini-sini cium dulu. Mas butuh energi."
"Ih, nggak mau! Orang aku aja belum mandi kok." Tolak Gege. Dirinya masih kucel karena belum mandi sejak pulang tadi. Bajunya saja yang sudah berganti menjadi daster selutut.
"Kamu tetep cantik, Bunda. Percaya deh."
"Alah, gombal!"
"Iya lho. Cuppp!! Dah, Ayah mau berangkat dulu. Assalamu'alaikum..."
assalamualaikummmm, maaf banget ya temen temen yang masih nungguin cerita pak kades ini up sampek sekaranggg.
masih repot ngurusin ini itu sampek sekarang habis nikah baru bisa update lagiii.
sekarang tak usahain buat update se-sering mungkin, cmiwww
salam cintahhhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kades
RomantizmKisah minim konflik antara Greesha Danurdara Priyambodo (17) dan Andanu Hastungkara (31) Publish 27 Agustus 2022