Parah Sih

21.2K 774 1
                                    


"Ternyata gini ya rasanya diambekin sama istri." Andanu menghela nafas kasar.

"Dingin banget nggak ada yang ngelonin."

"Yangggg! Kangen!"

Andanu terlihat frustasi di atas ranjang kamar tamu. Hukuman itu ternyata tidak main-main. Dia kira istrinya tidak akan setega itu, tapi ternyata tidak.

Dan disinilah ia mencak-mencak karena menyesali keputusannya karena nekad membeli sepeda sultan itu. Jika begini, ia lebih memlilih untuk tidur dipunggungi dan dibatasi guling daripada pisah ranjang.

Ini baru dua jam berjalan, dan ia sudah merindukan dada istrinya. Biasanya pada jam seperti ini ia sudah menempeli istrinya dengan mulut yang sibuk di dada istrinya. Tapi sekarang? Lihatlah, ia sudah seperti jomblo ngenes yang merindukan belaian dan kehangatan.

"Yang, kamu nggak kangen sama si Jackie ya? Tega banget ngusir Mas dari kamar."

"Jackie butuh kehangatanmu Yang!"

Sedangkan di kamar utama, Gege sedang menonton drama Korea makjang yang digadang-gadang membuat penontonnya geram akan tokoh-tokoh di drama itu. Apa lagi kalau bukan Penthouse. Penggemar berat Mak Lampir dan Dakjal di drama ini tentu fasih dengan jalan cerita dan konflik yang disuguhkan. Sungguh menguras emosi.

"Maaf ya, Mas. Sebenarnya tuh aku nggak ada niatan buat hukum kamu. Tapi aku mau marathon drakor. Tiap malem kan nggak bisa kalo ada kamu. Kamu kekepin mulu sih akunya." Gege berkata lirih sembari berjalan pelan melewati kamar tamu. Ia berniat untuk mengambil keripik pisang di dapur. Dan itu harus melewati kamar tamu terlebih dahulu.

***

Ceklek

Pukul 4 pagi Gege masuk ke kamar tamu dimana Andanu berada. Ia bisa melihat suaminya meringkuk di dalam selimut meskipun kurangnya pencahayaan di kamar itu. Andanu lebih suka kamar yang gelap gulita daripada terang. Untungnya Gege pun juga begitu.

Gege membuka selimut yang membungkus seluruh tubuh suaminya. Andanu hanya memakai boxer dan bertelanjang dada. Tetapi kipas di pojok ruangan menyala.

Suaminya ini memang aneh. Meskipun berselimut hampir sampai kepala, kipas angin tidak akan pernah absen untuk menyala. Jika kipas itu dimatikan, Andanu akan sangat peka dan otomatis akan menggeliat bangun. Contohnya seperti saat ini.

Klek!

Gege mematikan kipas itu dan beberapa detik kemudian Andanu menggeliat bergerak tidak nyaman. Karena kamar yang gelap, Gege memanfaatkan keadaan itu untuk naik keatas ranjang di samping Andanu. Andanu belum sadar akan hal itu. Dia malah bangkit dan berjalan kearah pojokan kamar tempat kipas itu berada.

"Kok mati sih? Mati lampu ya?" Dengan mata yang 70 persen tertutup, Andanu berhasil meraih tombol kipas itu.

Klek!

"Oh, mungkin error."

Setelah menyalakan kipas itu kembali, Andanu berniat melanjutkan tidurnya. Karena saat ini matanya belum bisa diajak kompromi untuk bangun.

Andanu bersiap untuk mengitung domba didalam mimpinya. Tapi yang ia rasakan disampingnya ada yang bergerak dan dengan tiba-tiba pinggangnya dipeluk oleh tangan halus dan mungil.

"Yang?"

Andanu sangat mengenali tangan dan bau tubuh ini. Ini adalah istrinya. Tapi mana mungkin? Bukankah istrinya masih menghukumnya?

"Hm. Selamat malam menjelang pagi Mas Danu-ku sayang." Gege mengucapkan itu dengan santai seakan tidak ada masalah diantara mereka. Waktu itu Gege hanya bercanda soal hukuman.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang