Abyakta Hastungkara 2

13.6K 647 12
                                    


Gege menyadari jika ini hanyalah akal-akalan Andanu saja. Lihatlah mata suaminya yang mulai gelap karena memandang dadanya dengan sangat intens. Bahkan gerakan membersihkannya sudah tidak bisa dibilang membersihkan. Suaminya itu malah mengusap sensual dan memijat lembut dadanya.

"Mas?"

"Mas?!"

"Eh, apa?!"

Hm, benar kan. Suaminya itu pasti sudah membayangkan terbang ke surga dunia. Tapi tidak semudah itu Ferguso.

"Tangan Mas meresahkan! Udah siniin tisunya. Biar aku bersihin sendiri. Kalo kamu on, aku nggak mau tanggung jawab." Gege menepis tangan Andanu dari dadanya dan mengambil paksa tisu basah ditangan suaminya. Jika dibiarkan, itu tidak akan baik bagi Gege maupun Andanu sendiri.

"Yang, tanggung lho itu. Biar Mas aja." Andanu belum rela melepaskan mainannya.

"Nggak, nggak. Nanti malah nggak selesai-selesai lagi."

Ceklek!

"Assalamu'alaikum?"
Gege dan Andanu serempak menoleh kearah pintu yang dibuka dan menampilkan Gandhi dengan setelan santainya. Tanpa disuruh, Gandhi masuk dan menaruh beberapa bingkisan di atas laci.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Andanu dan Gege bersamaan.

Setelah Gandhi menaruh bingkisannya, ia menyalami tangan Andanu dan Gege. Gege dengan sigap mencium tangan Abangnya. Sedangkan Andanu hanya berjabat biasa.

"Gimana kabarnya, Dek?"

"Alhamdulillah baik kok, Bang. Besok udah boleh pulang. Abang gimana?"

"Alhamdulillah, baik juga."

"Maaf lho Dek, baru bisa jengukin sekarang. Di bengkel kemaren ada beberapa masalah. Jadi nggak sempet temenin kamu lahiran."

Gege mengangguk dan memahami keadaan Abangnya. "Iya, nggak papa kok Bang. Kemaren juga udah banyak orang yang temenin Gege. Jadi Abang nggak usah khawatir."

"Eh, iya. Tadi Abang bawain brownies tape kesukaan kamu. Nanti dimakan ya?"

"Oke, siap. Makasih banyak lho. Abang repot-repot banget bawain ginian."

"Hahaha. Ya nggak papa lah. Orang sama adek sendiri juga."

"Ini keponakan Abang namanya siapa? Ganteng banget." Gandhi memuji keponakan barunya. Tapi sungguh, memang keponakannya ini ganteng. Ganteng banget malah.

Diam-diam Andanu merasa sangat bangga akan bibit unggulnya ini. Beri tepuk tangan meriah untuk Bapak Kades terhormat yang telah berhasil menghasilkan bibit premium berwujud Abyakta Hastungkara.

"Nama aku Abyakta Hastungkara, Pakdhe." Ucap Gege dengan suara anak kecil.

Gandhi mendelik mendengar nama panggilan barunya. "Pakdhe? Ya kali Abang yang ganteng ini dipanggil 'Pakdhe'? Panggilnya 'Om' dong. Baru bener."

"Om apaan? Omong doang? Hahaha.
"
"Ya jangan dipanggil gitu dong. Abang masih terlalu muda buat dipanggil Pakdhe."

"Iya-iya. Om Gandhi terganteng sekebon. Hahaha."

Ceklek!

Pintu terbuka kembali dan menampilkan Mama Sonia bersama Arjuna yang datang membawa tikar lipat, sebuah termos dan satu rantang makanan.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Ketiga orang diruangan itu menjawab serempak.

"Jun, tikar lipatnya taruh pojok ruangan dulu. Ini termosnya taruh di laci yang samping kiri. Sekalian ini sayur daun katuknya juga." Cerocos Mama Sonia ketika memasuki ruangan Gege.

Mas KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang