Tubuhnya terasa berat. Rasanya seperti ada benda besar yang menindihnya. Sejujurnya, Laras merasa ketakutan dengan keadaan dirinya. Ia tidak bisa membuka matanya, tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dan tidak bisa bersuara. Padahal telinganya terus menerus mendengar suara.
Ingatannya berlabuh ke kenangan terakhir yang ia ingat.
Hari itu, hari terakhir ia masuk kuliah karena esok adalah hari pertama liburan semester. Di hari yang sama, ia bertengkar hebat dengan pacar lima tahunnya. Mereka memang pacaran jarak jauh sejak Laras memutuskan untuk melanjutkan studinya dengan kuliah di Bandung. Padahal jarak antara Jakarta – Bandung hanya dua jam perjalanan. Kecuali jika macet, tentu saja.
Pertengkaran itu bermula ketika Laras mengatakan kalau liburan semester itu, ia tidak akan pulang karena ia ingin menjelajah mencari tempat untuk mengambil foto. Membuat pacarnya, Ardi, marah. Bukan karena ia kecewa Laras tidak akan pulang. Toh ia bisa pergi ke Bandung dan menghabiskan liburan bersama dengan Laras.
Ia marah karena menganggap Laras tidak menghargai orang tuanya. Sebab beberapa harike depan akan ada perayaan sederhana ulangtahun perak pernikahan orang tua Laras.
Meski mendapatkan protes kuat dari pacarnya, Laras tetap teguh dengan pendiriannya. Bukan karena ia memang tidak menghargai orang tuanya, seperti yang dikatakan oleh Ardi, tapi karena ia memiliki rencana lain.
Gadis berkulit putih itu berencana untuk membuat kejutan. Ia sengaja berpura-pura tidak akan datang, padahal di hari perayaan, ia akan pulang. Memebrikan kejutan kepada keluarganya.
Demi mendukung rencananya itu, mau tidak mau membuat sebuah alasan untuk mengelabui semua orang. Termasuk ke pacar dan adik semata wayangnya yang merengek memohon agar Laras pulang.
Dan karena takut tiba-tiba dijemput lalu dipaksa pulang, Laras memutuskan langsung kabur pergi setelah kelas terakhirnya di semester enam itu berakhir. Ia bahkan sudah menyiapkan segalanya. Meskipun hanya beberapa setel pakaian, satu buah kamera lengkap dengan lensanya, dan sekantung makanan ringan, terutama cokelat.
Tujuannya adalah dataran tinggi Dieng. Disana bayak sekali kawasan wisata dan sudah dipastikan akan bagus untuk diambil gambarnya, meski mungkin Laras tidak akan mampu menangkap keindahannya secara sempurna. Namun ia tetap memutuskan untuk pergi ke sana.
Perjalanan antara Bandung ke dataran tinggi Dieng membutuhkan waktu hampir tujuh jam dengan menggunakan mobil. Jadi setidaknya Ardi dan adiknya, Ren tidak mungkin bisa melacaknya ke sana.
Begitu ia tiba di dataran tinggi Dieng, udara sejuk langsung menyambutnya, meskipun ia belum benar-benar tiba di daerah utamanya.
Dengan langkah ringan, ia segera pergi ke penginapan dan langsung membersihkan dirinya. Tubuhnya baru terasa lelah begitu tubuhnya menyentuh lembutnya Kasur. Tanpa mengeluarkan barang bawaannya, Laras tertidur nyenyak.
Pagi-pagi sekali, gadis berambut hitam panjang itu terbangun karena suara kokokan ayam. Betapa beryukurnya ia, bisa terbangun tepat waktu. Sebab semalam ia lupa menghidupkan alarmnya, jadi suara ayam yang membangunkannya merupakan anugerah tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceKetika ia terbangun dari koma, dunia Laras seketika runtuh. Semua yang ia ketahui telah berubah. Belahan jiwanya pergi ke tangan perempuan lain. Tetapi, selalu ada harum menyegarkan setelah hujan deras. Dan kali ini datangnya dari orang yang tidak t...