Ika atau yang memiliki nama panjang Mariska Dwitama itu terbelalak terkejut. Maksudnya apa? Sungguh ia merasa bodoh. Tiba-tiba pikirannya menjadi kosong.
Bukan hanya Ika yang ada di kamar bersama Eva yang kaget, tapi juga Ardi. Pernyataan jujur Eva itu membuatnya gemetar hingga ia hampir saja menjatuhkan botol di tangannya.
Namun di detik terakhir, ia mampu menahannya sehingga ia tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Yang awalnya tidak bermaksud menguping, sekarang berubah. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini, ia percaya telah melakukan hal yang tidak senonoh pada seorang perempuan sehingga ia merasa harus bertanggung jawab.
Karena perbuatannya itu, ia sampai kehilangan banyak hal. Waktu, orang tua, dan yang paling penting Laras.
"Ya seperti itu. Masa lo enggak ngerti sih?" hardik Eva. "Ardi enggak pernah ngapa-ngapain gue. Saat itu yang gue bilang dia nidurin gue tuh sebenarnya enggak. Boro-boro nidurin, saking maboknya, Ardi langsung tidur. Gue yang ngerencanain itu semua. Jadi gimana gue enggak mau ketakutan?"
"Lo gila!"
"Iya bener. Gue gila. Karena gue kira Laras enggak akan pernah kembali. Jadi gue punya banyak waktu buat ngebikin Ardi jatuh cinta sama gue."
"Kenapa lo bisa tahu Laras enggak akan balik? ... Enggak. Pertanyaan yang seharusnya gue tanyain adalah, sejak kapan lo ngerencanain itu?"
"Saat itu juga. Waktu itu HP Ardi bunyi. Tapi dari nomor yang enggak dikenal. Terus karena Ardi tidur, gue yang angkat. Ternyata dari rumah sakit di pedalaman gitu."
Dengan banjir air mata, Eva menatap ekspresi Ika yang semakin ketakutan.
"Iya benar. Sesuai dugaan lo. Itu dari rumah sakit tempat Laras dirawat. Perawat yang nelepon Ardi itu bilang, ia enggak sengaja nemu foto orang hilang yang mirip dengan pasiennya," cerita Eva dengan mata berapi-api meski suaranya masih sengau karena sempat menangis meski sebentar.
"Waktu itu, berita hilangnya Laras enggak seviral itu, jadi sepertinya enggak banyak tersebar. Makanya perawatnya baru nemu setelah sekian lama. Tapi si perawat enggak yakin apa itu benar orang yang di poster atau enggak.
"Makanya yang perawat itu tanyain waktu telepon, apakah orang yang di poster sudah ketemu? Soalnya di rumah sakit tempatnya bekerja ada orang yang mirip."
Ika meremat bantal kepala yan sejak tadi ia peluk. Menunggu kelanjutan cerita Eva yang sepertinya akan sangat mengejutkan baginya.
"Lalu gue bilang aja kalau orang yang di poster sudah ketemu. Tapi karena penasaran, gue nanya soal keadaan orang yang koma itu," lanjut Eva menatap manik Ika yang sedikit gemetar.
Ia yakin sahabatnya itu pasti gugup dan bingung bagaimana harus menyikapinya. Tapi walaupun begitu, Eva sudah tidak sanggup lagi menahan segala rahasia itu sendirian atau ia bisa gila karena ketakutan kehilangan Ardi.
"Kok bisa nelepon ke HP Ardi?"
"Kayaknya Ardi punya poster sendiri untuk disebar selain poster yang dibuat sama keluarga Laras. Gue enggak tahu sampai situ," sahut Eva cuek sambil mendengus malas.
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?"
"Ya si perawat cerita kapan si pasien ditemukan. Bagaimana keadaannya, tentang bagaimana tidak ada identitas diri di dekatnya, dan kemungkinan yang kecil untuk bertahan walau seorang dokter di sana begitu yakin kalau Laras bisa terbangun.
"Perawat itu sempat menyesalkan tindakan dokter itu karena ia takut kalau dokter muda di sana akan merasa sangat terluka jika harapannya enggak terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceKetika ia terbangun dari koma, dunia Laras seketika runtuh. Semua yang ia ketahui telah berubah. Belahan jiwanya pergi ke tangan perempuan lain. Tetapi, selalu ada harum menyegarkan setelah hujan deras. Dan kali ini datangnya dari orang yang tidak t...