"Ren," panggil Laras. Suaranya terdengar lirih tapi penuh kelembutan. Sementara air matanya sudah menggenangdi pelupuk mata, tinggal menunggu waktu untuk terjatuh.
Maniknya yang berkaca-kaca itu menatap adik semata wayangnya yang hanya berdiri diam di dekat pintu masuk bangsalnya. Ada begitu banyak emosi yang terlihat di wajahnya.
Semua perasaannya saling tumpang tindih dan berlawanan. Laras mengerti apa yang adiknya rasakan. Ia juga mungkin akan bersikap sama dengannya ketika mengetahui seseorang yang sudah dinyatakan hilang dan tewas tahu-tahu kembali dan hidup.
"Aku kangen," ucap Laras lagi. Kali ini ada kesedihan dalam suaranya. "Kukira Ren juga akan merindukanku."
Laras menunduk. Tidak terlalu berharap banyak. Perasaan bersalah mulai merasuki relung hatinya.
Jika saja ia bangun lebih cepat, keadaan mungkin tidak seperti ini, begitulah yang ia pikirkan. Tanpa tahu kalau nanti akan ada kejutan lebih dahsyat yang akan menghancurkan kehidupannya secara instan.
"Maafkan Kakak. Seharus —."
Laras tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja tubuh adik yang lebih besar darinya sudah memeluknya dengan erat. Mengejutkan Laras yang mengira kalau Ren tidak akan memeluknya sampai ia menjelaskan semua yang terjadi dan meminta maaf.
Sambil menahan tangis, tangan Laras yang lebih kurus dari sebelumnya karena ia baru saja tersadar dari komanya itu gemetar. Berusaha menepuk punggung adiknya yang terlihat menjadi lebih kecil. Padahal untuk ukuran laki-laki, Ren termasuk tinggi meskipun tubuhnya tidak termasuk di tipe laki-laki bertubuh kekar bagai atlet.
Tanpa bicara, kedua kakak beradik itu saling merangkul. Laras bahkan tidak lagi mampu untuk menahan isakannya. Begitu juga dengan Ren yang menangis tanpa suara.
Di sisi lain, Raka yang sejak awal ada di bangsal yang sama setelah mengantar Ren, memilih undur diri. Membiarkan keduanya melepas rindu.
***
"Seperti biasa, Mama dan Papa tidak bisa datang," sebal Ren.
Adik laki-laki Laras itu bercerita sambil terus menggerutu. Ia menceritakan bagaimana keadaan keluarga mereka setelah Laras hilang.
"Bukan berita batu juga sih. Papa dan Mama masih saja tuh sibuk kerja. Lupa kali kalau anaknya enggak cuma aku," dumel Ren, mengingat bagaimana kedua orang tuanya tetap sibuk bekerja, meskipun Laras hilang.
Mereka memang berusaha mencari dengan menggunggah foto hilangnya Laras. Berharap sosial media bisa melakukan tugasnya sendiri. Justru Ren yang sempat keteteran dengan jadwal kuliahnya karena bolak-balik Bandung.
"Mereka sibuk mencari uang untuk kamu kuliah, Ren. 'Kan kamu tahu," kekeh Laras. Melihat adiknya terus mendumel sampai membuat bibirnya monyong-monyong tampak menggemaskan di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceKetika ia terbangun dari koma, dunia Laras seketika runtuh. Semua yang ia ketahui telah berubah. Belahan jiwanya pergi ke tangan perempuan lain. Tetapi, selalu ada harum menyegarkan setelah hujan deras. Dan kali ini datangnya dari orang yang tidak t...